25. The Power of anak Preman

13 2 0
                                    

Namanya juga Pangeran sereceh apapun yang dia lakukan kalau itu membuat dia bahagia maka senyumnya akan lebar kalau kata Azka mah senyumnya Pangeran sampai ke telinga "Eneg gue lihat wajah lo. Perihal termos aja lo senyumnya sepanjang jalan" ujar Azka yang kesal melihat tingkah Pangeran yang jelas-jelas tingkahnya itu untuk memanasi Zia yang kalah star darinya

" Ini bukan masalah termos aja bro tapi masalah gue yang satu langkah lebih cepat dari pacarnya Dewa"

" Gitu aja lo bangga" gerutu Zia menatap remeh kearah Pangeran

" Ya bangga dong. Membuat lo sangat-sangat kesal itu adalah suatu kebanggan bagi gue" tengil Pangeran membuat Zia menghembuskan nafas kasarnya. Jika ditanya berapa persen kekesalanya dirinya saat ini maka jawaban 100%, sebelumnya tak sampai di angka 100 namun ketengilan Pangeran membuat kepalanya rasanya mau pecah

Zia memilih untuk diam, selain hari yang sudah malam dirinya sudah mengantuk jadi dari pada mendebat Pangeran dia lebih memilih untuk tidur, selain Zia yang lain juga melakukan hal yang sama kecuali Arta, setelah turun dari kapal Arta memang menggantikan Dewa menyetir.

Malam telah berlalu kini mereka dengan wajah baru bangunnya, sebelum mencari makan mereka semua pergi untuk menyegarkan badan mereka.

" Kak Ahza, tolong bawain termos aku kesini ya," pinta Pangeran kepada Ahza yang akan pergi ke mobil.

" Ba-baik" jawab Ahza gugup karena ini pertama kalinya Pangeran bicara kepadanya. Dia cukup senang dengan permulaan itu

Beberapa menit setelah kepergian Ahza, Ahza kembali menenteng barang titipan Pangeran itu " Pangeran i-ini termosnya" ucap Ahza menyodorkan termos itu kearah Pangeran, namun tidak jelas apa yang terjadi termos itu lepas dari tangan Ahza namun tidak diambil oleh Pangeran hingga barang itu berakhir di lantai dengan suara pecahan kaca yang cukup nyaring

Beberapa detik mereka semua terdiam, hingga keterdiaman itu di hentikan oleh suara tawa dari Zia.
" The Power of anak Preman" ujar Zia disela tawanya

" Ma-maafin gue" ujar Ahza yang merasa takut karena sudah menghancurkan barang yang saat ini sangat disayangi oleh Pangeran

Pangeran menghembuskan nafas kasar " udahlah lupain!" Ujar Pangeran dengan nada datar dan itu membuat Ahza makin takut

" A-aku bakal ganti, aku akan nyari toko perabot dekat-dekat sini" ucap Ahza mencoba untuk bertanggung jawab

" Kak Ahza gak usah merasa bersalah gitu, lebih baik kakak makan sarapan ini aja, ntar lagi kita udah mau berangkat" ujar Aretha mencoba untuk menghibur Ahza

" Tapi Pangeran"

" Gak usah di peduliin" suruh Zia
" Kalau gak mau Pangeran marah lebih baik sekarang kakak sarapan!" Tambah Zia. Mau tidak mau Ahza duduk di kursi yang kosong dan makan sarapan yang sudah di pesan dengan rasa takut, meskipun baru kenalan dengan Pangeran namun bukan berarti dia tidak tau siapa Pangeran, seorang junior yang dikenal oleh angkatannya sebagai cowok yang mudah senyum namun apabila telah terusik dia akan membalas tanpa lihat siapa yang mengusiknya

Pagi ini mereka istirahat lebih lama dari biasanya karena pengawal yang mengawal mereka butuh istirahat karena mereka hanya berdua di mobil. Setelah 2 jam berlalu akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali
" Kali ini biar gue sama Azka yang di depan, kalian di belakang aja, butuh istirahat kan?" Ujar Bani mengambil alih kunci yang baru saja di ambil Pangeran dari tangan Arta. Azka mengangguk setuju dengan ucapan Bani, dia tidak ingin Pangeran yang entah dalam suasana hati seperti apa dibiarkan membawa mobil

Pangeran tak merespon ucapan Bani, dia memilih untuk masuk lebih dulu ke mobil dan diikuti oleh yang lainnya. Mengingat tragedi yang terjadi sebelumnya membuat suasana dalam mobil jadi hening, apalagi melihat Pangeran yang memilih untuk tidur.

Pangeran Elghava Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang