Pagi hari yang indah, terik matahari pagi masuk melalui gorden yang sudah terbuka dari semalam, membuat seorang cewek yang memakai piama berwarna biru tua dengan motif bintang kuning terlihat mulai terbangun dari tidurnya karena dering jam weker yang berada di nakas sebelah tempat tidur nya.
Cewek itu duduk sambil merenggangkan punggung nya ke belakang. Ia mulai membuka mata dengan sayup-sayup. Ia melihat jam weker yang sudah menunjukan arah jarum jam. Cewek itu membulatkan mata saat ia lihat sekarang ia terbangun jam 06.30.
Ia langsung membuka selimut yang menyelimuti semua bagian tubuhnya, ia turun dari kasur dengan terburu-buru karena panik. "Astagfirullah, gue udah telat!"
Cewek dengan mata sipit keatas, kulit putih yang ia miliki, dengan tinggi 160 cm, dan kerudung hitam yang selalu menutupi rambut nya saat tidur, Adinda Aulia itulah nama cewek cantik itu.
Adinda keluar dari kamar sambil membawa handuk yang berada dibahunya. Ia melihat seorang perempuan paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan untuk nya, ia adalah Bi Nia
"Bi, kok Bibi gak bangunin aku?" tanya Adinda sambil menghampiri ke arah meja makan.
Bi Nia menoleh menatap kedatangan Adinda. "Bibi udah bangunin Non kok, tapi kamar Non dikunci tadi."
Adinda menaruh telapak tangannya di dahi. "Maaf Bi, Adinda. lupa malah kunci pintu tadi malam."
"Ayah sama Bunda udah berangkat ya, Bi?" sambung Adinda.
Bi Nia mengangguk. "Iya, Non."
Adinda menggut-manggut mendengar jawabannya. "Udah aku duga" gerutu Adinda saat mendengar kedua orang tua nya pergi keluar kota.
♡♡♡
Tok tok
Adinda sedang membereskan barang-barang, saat ia menangis kesepian tadi malam, seperti tisu dan Novel yang dibiarkan tergeletak semalaman.
Cewek itu membuka pintu dan melihat seorang cowok yang notabenenya adalah sahabat nya. "Kenapa lo gak angkat telepon gue tadi?" ucap cowok yang sedari tadi menunggu dengan duduk dikursi teras.
Cowok dengan mata sipit kebawah, dengan kulit berwarna cokelat terang yang ia miliki, dan dengan tinggi 183 cm, sangat tinggi untuk ukuran kelas 3 SMP. Abian Alfiandra Majid.
"Gue tadi bangunnya kesiangan," ujar Adinda menjawab sambil mengucek matanya yang masih mengantuk itu.
Abian hanya memandang mata Adinda yang bengkak akibat menangis semalam.
Adinda melambai-lambaikan tangannya dihadapan mata Abian yang fokus menatapnya lekat. "Halooo, mau berangkat gak? Nanti telat lho."
Abian membuyarkan lamunan nya saat menatap wajah Adinda yang berada dihadapannya. "I-iya, ayo" lontar Abian sambil menghampiri motor hitam yang berada di teras rumah sahabatnya itu.
Disepanjang jalan hening tanpa ada obrolan sedikitpun dari mereka berdua. "Din?" Abian yang sedang mengendarai motornya itupun berinisiatif untuk mengajak ngobrol Adinda terlebih dahulu.
Terlihat Adinda menahan kepalanya untuk tidak jatuh dari keseimbangannya. "Hmm? Apa, Ian?
"Lo ngantuk? Sini tidur dibahu gue," ujar cowok ini dengan entengnya mempersilahkan Adinda tidur dibahunya.
Cewek itu menyetujui saran sahabatnya itu, ia pun langsung meniduri bahu Abian tanpa menolak sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA & ABIAN
Teen FictionSepasang sahabat yang sama-sama membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua nya. Mereka adalah Adinda Aulia dan Abian Alfiandra Majid, ketua gang bernama 'DreamTeam' Siapa sangka jika mereka akan melengkapi satu sama lain? Hingga s...