05. Calon Sad Boy

129 11 0
                                    

Matahari pagi bersinar terik menyinari kelas yang sangat berisik, dan tidak mau berhenti untuk bercanda gurau.

Adinda yang sudah mendingan dari hari kemarin, mulai bercanda dan mengobrol dengan kelima sahabatnya. Mereka melingkari meja Raina yang berada dibaris kedua, belakang bangku Adinda dan Maya.

Adinda yang bosan dengan lingkungan sekitar mulai bersuara. "May, lo beneran suka sama, Arlo?" tanya Adinda yang berada disamping kanan Maya.

Maya mengangguk jujur.

Raina tersedak makanan yang ia bawa dari rumah, "Lo beneran suka sama cacing kepanasan itu?" sela Raina yang penasaran dengan topik yang dibicarakan Adinda.

Maya mengangguk setuju lagi.

"Kemarin, Arlo. Ada ajak gue jalan tau," sambung Maya, sambil melihat kesembarang tempat.

"TERUS?!" ujar Adinda, Cahya, Hanna, Raina dan Carina.

Maya melihatkan wajah jutek dan menaikkan bahu tidak peduli. "Ya mau ngapain? Yang ada gue sama dia canggung, kesannya prik"

Cahya berdiri sambil memukul meja dengan keras. "Kenapa lo gak terima?! MAYA PUTRI CANTIKA?!"

"Gue gak peduli" cuek Maya sambil berlalu pergi untuk melihat situasi dilapangan.

Maya berdiri di depan kelas, disusul Adinda yang mengikuti. Ia berada disamping Maya untuk menemani cewek itu. "Kenapa sih lo gak mau terima ajakan, Arlo?"

Maya menoleh ke arah Adinda yang berada di samping kirinya. "Masalah nya gue gak tau harus ngapain, Din. Gue malu!" rengek Maya yang masih labil dengan hatinya.

Arlo datang dari arah tangga. Ia menghampiri Maya yang bersama dengan Adinda disampingnya. "May, pulang sekolah lo sibuk?" tanya Arlo sambil berdiri disamping kanan cewek itu.

Maya hanya diam saja dan lanjut mengobrol dengan Adinda.

Arlo masih belum menyerah. "Maya? Gue ngomong sama lo, tau!"

Akhirnya Maya menoleh kearah Arlo. "Gue sibuk, gue mau pergi sama, Adinda. Nanti!" timpal Maya sambil menarik tangan Adinda untuk mengganti baju di toilet. Disusul dengan sahabatnya yang lain.

♡♡♡

Jam pelajaran Penjas pun telah usai. Adinda, Maya, Cahya, Raina, Hanna dan Carina duduk dipinggir lapangan untuk beristirahat sejenak sebelum akhirnya pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sedari tadi berbunyi.

Arlo turun dengan Abian dan Aziel dari tangga sebelah kiri. Ia melihat seorang cewek yang selalu ia ingin luluhkan, sedang duduk dengan sahabatnya.

"Eh, Arlo. Lo mau kemana? Jalan ke kantin kan kesini, ngapain muter?" teriak Aziel memberi tahu Arlo yang berjalan tidak searah.

Abian yang berada disamping Aziel pun menepuk bahu sahabatnya itu. "Dia lagi modus, Ziel." lontar Abian sambil menunjuk seorang cewek yang sedang bersama dengan Adinda.

"Siapa?"

"Maya, dia tergila-gila banget sama, Maya. Dari kelas 8" terang Abian memberi tahu Aziel yang kurang update tentang berita yang ada di lingkungannya.

Aziel manggut-manggut mengerti. "Pantes pas gue mau ketemu, Cahya. Dia ngitilin terus" kekeh Aziel saat sudah tahu kenapa Arlo selalu mengikutinya.

Abian dan Aziel mengikuti arah Arlo pergi. Mereka melihat dari jauh bahwa Arlo pergi mengikuti Maya dari belakang.

Sampai akhirnya Adinda, Maya, Carina, Cahya, Hanna dan Raina duduk di bangku meja panjang yang berada di dekat tukang bakso disebelahnya.

"Mang, bakso nya enam ya" teriak Raina memesan bakso di tempat duduk nya di sebelah Carina.

Tiba-tiba saja Arlo duduk disebelah Maya yang tampak kosong melompong. Ia mengambil kesempatan itu untuk makan bareng dengan cewek disebelahnya. "Bang, bakso nya satu ya," ujar Arlo ikut memesan.

Tampak dari jauh, Abian dan Aziel menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Arlo sangat brutal untuk mendekati Maya, yang sekarang wajah gadis itu tampak risih akan kehadiran Arlo. "Bos? Yakin Maya gak risih?" ucap Aziel tidak yakin.

Abian mengangkat bahu dan mulai melangkahkan kaki untuk menghampiri Adinda. "Hanya mereka dan Tuhan yang tau gimana akhir ceritanya." seloroh Abian sebelum pergi meninggalkan Aziel sendiri.

Aziel hanya bisa mematung mendengar ucapan Abian. Ia lupa bahwa ketua nya itu sangat cuek dan dingin. Tapi berbeda cerita jika ia dengan Adinda.

♡♡♡

Aziel dan Arlo tiba di markas DreamTeam, yaitu rumah Abian. Mereka biasa mengobrol atau mengerjakan PR disana.

Motor dengan nuansa putih dan hitam terparkir di halaman rumah Abian. Sedangkan, ketua gang itu sedang duduk mengerjakan PR disana.

Aziel dan Arlo yang dibonceng di bangku belakang, datang untuk menyalin PR untuk besok. "Wih, Bos. Tau aja kita mau nyontek," ucap Arlo sambil membuka helm yang menutupi kepalanya.

Cowok yang sedang duduk diteras itupun mendongakkan kepalanya menatap dua cowok datang menghampiri dengan membawa buku di tas yang dipegang ditangan mereka.

Dua cowok itupun duduk di sebelah kiri dan kanan ketua gang DreamTeam itu. "Ngapain lo? Biasanya juga lagi chattingan sama, Maya." kelit Abian sambil memandang dengan senyum miring ke samping.

Arlo menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan menunjukkan senyum yang terlihat gigi putih yang berderet. "Iya, Boss, Maya. Cuma ngeread doang chat dari gue, sialan emang" desis Arlo yang kesal akan sikap Maya padanya.

Abian dan Aziel tertawa akan nasib sahabatnya itu. Mereka tidak habis pikir cewe yang jelas-jelas risih padanya, tapi Arlo tetap berusaha mendekatinya. "Lo bodoh apa gimana sih? Maya tuh udah risih sama lo! Gak ngerti amat." kekeh Aziel dengan samar-samar tawanya.

Tiba-tiba saja Aldi datang dengan motornya. Menimbrung pembicaraan mereka bertiga. "Kenapa? Kok pada ketawa" tanya Aldi sambil duduk disebelah Arlo dan Aziel. Mereka duduk melingkar yang berada meja bundar ditengah-tengah mereka.

Abian menoleh kearah Aldi. "Biasa, calon-calon sadboy" tukas Abian sambil menepok-nepok bahu Arlo.

"SIALAN!" murka Arlo dengan muka yang berubah menjadi badmood.

Cuma mau ngingetin jangan lupa vote ya

ADINDA & ABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang