Abian baru saja memakirkan motor hitam sport nya di teras rumahnya. Dengan diikuti oleh Arlo, Adam, Aldi, Arkana, dan Aziel. Mereka seperti biasa ingin membebaskan otaknya dari pusingnya pelajaran yang harus dipelajari setiap malam.
Mereka duduk dikursi yang melingkar. Arlo memecah keheningan yang terjadi pada mereka. "Bos, rumah bos ada cctv?" tanya Arlo dengan tatapan serius kali ini.
Abian menunjuk salah satu sudut dinding rumahnya. Terlihat satu cctv sudah terpasang ke arah terasnya kali ini. "Udah, tapi setiap gue mau liat di cctv. Tiba-tiba cctv itu error, gue juga gak tau kenapa"
Adam mengelus dagunya dengan jari telunjuk dan ibu jari. "Jadi? Kita harus mikir lagi? Kan kesini kita mau healing" kata Adam menidurkan sandaran kursi dibelakang punggungnya.
Cowok yang berada di sebelah Adam menonyor kepala Adam. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan cara kerja otak cowok itu. "Situasi nya lagi serius," ujar Aldi dengan tatapan sinis pada Adam.
"Gue boleh minta tolong kalian?" tanya Abian dengan kepala yang menunduk dalam.
Mereka mengangguk serempak. "Apapun itu, kita bakal lakuin buat lo, Bian." balas Aziel dengan ucapan yang serius, berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Abian sekarang mendongak dan menatap satu persatu sahabatnya yang menatap nya dengan sendu. "Tolong jagain, Adinda. Ya? Gue takut kalau sendiri gue gak bisa"
Ketua OSIS yang akan lengser itu menepuk dua kali bahu Abian dengan tatapan manis. Mata coklatnya menatap dengan prihatin dengan keadaan Abian sekarang. "Kita bakal jaga, Adinda. Tapi lo jangan nyerah ya? Pasti kita bakal bisa lewatin ini semua" tutur Arkana dengan perkataan itu saja membuat Abian senang dan tidak akan menyerah dengan keadaan. Semoga.
♡♡♡
Zahra akan pulang dua minggu lagi. Sedangkan Intan dan Alzam akan pulang tiga bulan lagi. Adinda harap mereka bisa meluangkan waktu untuk dirinya saat masa-masa berada di rumah.
Adinda sekarang sedang duduk di meja belajar dengan tumpukan buku-buku yang sedikit menjulang tinggi. Kedua tangan cewek itu memegang kepalanya yang terasa pening dengan semua materi pelajaran.
Tapi, Adinda harus bisa mendapatkan nilai yang bagus. Untuk bisa membanggakan kedua orang tua nya yang selalu menuntut nya. Ia tahu dirinya dengan Zahra tidak sama, Zahra sedari kecil sudah sangat berprestasi dan selalu mendapatkan ranking pertama dikelas. Dirinya juga belajar bela diri Taekwondo setiap weekend
Sedangkan Adinda, dirinya selalu berada dibawah peringkat 10. Pertama kali dirinya bangga saat kelas tujuh, Adinda mendapatkan rangking pertama. Tapi saat semester dua nilai dirinya mulai turun dengan drastis. Adinda sangat banyak pikiran yang mengganggu nya, sehingga membuat dirinya sedikit stress dengan semua yang ada dibenaknya. Sebelum mengenal Abian dirinya sangat ingin mengeluh pada takdir.
Ketukan di pintu kamarnya membuat cewek itu menoleh kearah pintu yang berjarak sedikit jauh dari tempat duduk nya saat ini. Ia beranjak dari duduknya berniat ingin membuka.
Terlihat Bi Nia membawa sebuah nampan berisi satu porsi nasi dan lauk yang cewek itu sukai. Disamping piring itu terdapat satu gelas air putih dan ditemani dengan satu kotak susu stroberi.
Seketika bibir cewek itu terangkat ke atas. Bi Nia memang sangat peka dengan keadaan terutama dengan dirinya. "Makasih ya Bi, kalau gak ada Bibi pasti aku bakal lupa makan" ungkap Adinda dengan mengambil nampan itu dari tangan Bi Nia.
"Sama-sama, Non. Bibi emang harus kerjain kewajiban Bibi disini. Kalau gitu Bibi mau ke dapur dulu ya, mau bersihin barang-barang di cucian piring."
Adinda masih dengan raut wajah yang sama seperti sebelumnya. "Sekali lagi makasih ya Bi"
Hal sekecil itu saja bisa membuat Adinda sangat gembira. Perlakuan yang tidak didapat dari Bunda nya. Sampai ketika saat itu Adinda berada direstoran ia melihat seorang anak kecil yang sedang makan dengan tangan dari ibunya itu. Ia sangat-sangat begitu iri dengan perlakuan yang tidak pernah ia dapat.
Entahlah, sungguh dia benar-benar ingin di perlakukan seperti itu. Dari kecil ia selalu dengan Bi Nia dan selalu diantar jemput oleh Pak Mamat. Ya seperti ini lah takdir Adinda.
♡♡♡
Adinda berjalan dengan tergesa-gesa. Lagi-lagi ia terbangun pada jam menunjukan pukul 06.30. Dirinya pun tidak memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh Bi Nia yang berada di meja makan. Tapi untungnya buku pelajaran yang akan ia pelajari untuk mengerjakan ujian hari ini sudah ia siapkan semalam. Kalau tidak, ia tidak tahu bagaimana nasib nya sekarang.
Sekarang, Adinda memakan satu potong roti yang ia beli di minimarket yang berada di dekat sekolahnya. Saat ingin memasuki gerbang, ia melihat seseorang yang tidak asing baginya. Siapa lagi kalau bukan Abian? Abian tersenyum yang terlihat jelas di wajahnya saat ini. "Hai, Cibol" sapa Abian.
Adinda hanya melirik sinis sambil melangkahkan kakinya untuk bisa menjauh dari cowok itu. Tapi, tangan cowok itu lebih cepat untuk menggenggam pergelangan tangannya membuat langkahnya saat ini berhenti. Adinda pun kini menatap dengan penuh tanda tanya. "Mau apa lagi?"
Mata Abian pun seketika berbinar. Embun dimata nya kini menutup penglihatan Abian. "Maafin gue ya, gue gak bisa tanpa lo, Bol."
Adinda melihat ke sembarang arah. Ia seperti itu lantaran tidak ingin berpapasan mata dengan Abian. Cewek itu tidak tega melihatnya. "Gak usah di melas-melasin, bisa? Jijik lihat nya" kata Adinda dengan mengucapkan kata yang mungkin membuat hati Abian sedikit tergores karena kata-kata nya itu.
"Maafin gue ya? Lo mau apa? Susu stroberi? Gue bakal beliin. Kalau mau, gue bakal beliin sama pabrik-pabriknya. Jangan jauhin gue kayak gini, Bol." lontar Abian dengan nada memohon, kapan lagi kan bisa melihat Abian yang cuek pada siswi lain, tapi dengan cewek ini ia memohon?
"Gak perlu, gue cuma butuh istirahat." balas Adinda masih dengan tatapan yang tak ingin menatap wajah Abian.
Genggaman tangan Abian pada pergelangan Adinda pun perlahan kian melepas. Ia menunduk dalam dan penuh arti. Ia mengerti sikapnya ini tidak bisa ia dan orang lain ubah sedikitpun.
Entahlah, Apakah perpisahan ini akan lama atau hanya sebentar? "Cibol? Kita jangan lama-lama marahannya ya? Kalau butuh apa-apa bilang. Kalau mau cerita tapi gak ada tempatnya, bisa ke gue. Gue akan selalu ada buat lo" lontar Abian mendongak ia menatap wajah Adinda yang tidak merubah posisi kepalanya sedikit pun.
Setelah Abian mengatakan itu. Bel masuk pun berbunyi, menandakan ujian akan dimulai. Adinda pun tidak menjawab ucapan Abian, ia langsung berlari dan memasuki lingkungan sekolah dengan siswa-siswi yang sibuk untuk masuk ke dalam kelas masing-masing.
♡♡♡
Bahagia adalah ketika kita sudah rela melepaskan seseorang yang kita cintai untuk memilih takdirnya sendiri.
~Abian Alfiandra MajidSemogaa, mereka cepat menurunkan ego mereka masing-masing. Dan kita dapat membaca cerita mereka yang bahagia. Doakan semoga happy ending. HAHAHA
JANGAN LUPA VOTE WANKAWAN!
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA & ABIAN
أدب المراهقينSepasang sahabat yang sama-sama membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua nya. Mereka adalah Adinda Aulia dan Abian Alfiandra Majid, ketua gang bernama 'DreamTeam' Siapa sangka jika mereka akan melengkapi satu sama lain? Hingga s...