Dua orang cewek sedang berdiri disebuah koridor arah menuju kantin. Mereka menatap sinis ke arah Adinda dan Cahya yang berada dibelakangnya.
"Eh, coba liat, itu cewek yang deket-deket sama wakil ketua OSIS itu lho," ujar Shila memberi tahu teman yang berada disampingnya.
Teman nya pun mendekatkan wajah untuk mendengarkan apa yang diucapkan Shila. "Hah? Bener? Padahal gue ngecrushin, Abian. Udah lama, kok dia yang deket sih?"
"Gak tau, gatel kali dia sama, Abian. Atau pake pelet?" balas Shila pada temannya yang bernama Chika.
"Padahal masih cantikan kita daripada cewek itu," ucap Chika sembari menunjuk ke arah Adinda yang ingin melewati mereka berdua.
Cahya mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia tidak ingin sahabatnya diledek atau dicaci maki dengan dua cewek penggosip itu. Cahya yang bersifat tomboy dan bar-bar, langsung berjalan ke arah Shila dan Chika yang sedari tadi menatap mereka. "Heh cewek jamet! Lo iri sama, Adinda. Yang deket sama, Abian. Terus lo pengen juga? Jangan mimpi terlalu tinggi, Abian. Juga pilih-pilih kali!" kelakar Cahya dengan balik menatap sinis.
Adinda yang melihat sahabat nya itu bertengkar dengan dua cewek yang biasa menggosip di SMP Lima Sila Trisatya. "Cahya, kenapa lo ladenin?"
Cahya menoleh ke arah Adinda. "Biarin mereka tau! Mereka itu iri sama lo, Din. Kasian gak ada yang deketin ya?" ejek Cahya dengan kekehan kecil yang ditutupi oleh tangannya.
"Heh, lo tuh harusnya ngaca! Punya kaca gak sih lo?! Lo juga sama ya, Aziel. Aja gak mau sama lo!" protes Shila membela dirinya dan Chika.
Cewek itu meroggoh sesuatu yang berada di saku bajunya. Cahya mengeluarkan dan memperlihatkan itu didepan wajah Shila dan Chika. "Ini, gue punya kaca, jangan bawa-bawa, Aziel ya! Gue gak suka mulut lo pada ngomongin crush gue"
Mendengar hal itu Adinda memijat keningnya. Bisa-bisa nya lagi adu mulut masih membela cowok yang Cahya suka. Benar-benar tidak habis pikir.
Cowok yang sedang di ributkan oleh Cahya, Shila dan Chika datang diantara mereka. Ia berdiri disamping Adinda dan merangkul cewek itu. "Ngapain lo, ganggu cibol gue, Hah?!" decit Abian dengan mata yang sipit sudah berubah menjadi bulat dan sinis.
Shila dan Chika langsung berlari tanpa menjawab apapun. Cahya menatap sinis dan tersenyum ke arah samping melihatnya. "Pengecut!" ucap cewek itu.
Cahya menatap Adinda yang sudah bersama Abian sekarang. Ia ingin pergi ke toilet dan meninggalkan Adinda dengan pawangnya itu.
Abian menuntun Adinda untuk duduk di kursi kosong yang berada di dekat kantin. Untung hari ini guru-guru sedang mengadakan rapat. Jadi mereka masih ada banyak waktu. "Lo diomongin apa sama mereka?" tanya Abian dengan sedikit menyampingkan tubuhnya ke arah Adinda.
Cewek itu menggeleng. "Gak ada apa-apa, Ian. Ada masalah sedikit aja."
"Jujur, Din. Yang jujur berarti itu cibol gue" balas Abian dengan nada memohon.
"Bener, udah ya? Makasih udah nolong, gue harus nyusul, Cahya. Dulu" desak Adinda pergi melangkah ke arah toilet untuk menyusul Cahya dan meninggalkan Abian yang sendiri di kursi itu.
"Ya Allah, kenapa masalah terus saja berdatangan?" tanya Abian sambil mendongakkan kepala dan menutup matanya. Ia benar-benar lelah, cowok itu ingin membuat Adinda bahagia. Tapi memang itulah konsekuensinya Adinda kesepian, dibenci, dan diterror
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA & ABIAN
Teen FictionSepasang sahabat yang sama-sama membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua nya. Mereka adalah Adinda Aulia dan Abian Alfiandra Majid, ketua gang bernama 'DreamTeam' Siapa sangka jika mereka akan melengkapi satu sama lain? Hingga s...