09. Permintaan Maaf

103 12 0
                                    

Abian berada didepan rumah Adinda untuk memastikan sahabatnya itu berada didalam. Abian seperti biasa masuk untuk pergi ke kamar Adinda yang berada di lantai dua.

Keluarga Adinda yang sibuk sehingga membuat Adinda terbiasa sendiri di rumahnya. Intan selalu menitipkan putri bungsu nya pada Abian karena Intan percaya bahwa Abian akan menjaga dengan sepenuh hati untuk sahabatnya.

"Din. Lo ada di kamar?" teriak Abian sambil melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

Saat sudah sampai di depan pintu kamar Adinda tak ada respon sama sekali dari dalam kamar. Abian terpaksa mendobrak pintu yang terkunci dari dalam kamar.

Pintu kamar cewek itupun terbuka dengan sepenuhnya. Terlihat sangat berantakan Novel-Novel yang tergeletak dimana-mana. Squishy yang dipunya cewek itu keluar dari boxnya.

Dan terlihat cewek itu sedang frustasi. Membaringkan dirinya di kasur. "Din, lo salah paham," ujar Abian sambil mendekati Adinda yang sedang tengkurap sambil menenggelamkan wajahnya kedalam bantal.

"Gue gak pantas jadi sahabat lo, Ian. Banyak yang suka sama lo, dan mereka semua lebih cantik dari gue, kenapa lo milih gue?" beber Adinda mengubah posisinya menjadi duduk sambil mengusap air mata yang jatuh sedari tadi.

Abian duduk dipinggir kasur dan menepuk bahu sebelah kanan Adinda. "Lo masih peduliin bacotan, dia? Lo sempurna dimata gue, sangat sempurna" ungkap Abian jujur.

Adinda menggeleng. "Gue gak sempurna, gue gak pinter, gue gak ada bakat apapun sedangkan lo udah pinter, populer gak ada kekurangan di diri lo, Ian."

Cowok itu berusaha mengeluarkan wajah yang tenang agar sahabatnya mengerti. "Gue punya kekurangan, Din. Kita sama-sama membutuhkan satu sama lain, lo lupa? Kita butuh bahagia"

Adinda sontak terdiam. "Maafin gue, Ian. Lo gak malu selalu deket sama gue?"

"Ada apa sama lo? Lo sangat sempurna, buat apa nyari yang lebih sempurna sedangkan ada yang buat gue nyaman melebihi keluarga gue sendiri? Jangan nangis lagi ya. Nanti cantik nya luntur," ucap Abian sambil mencubit pipi kanan yang chubby itu.

Adinda sontak tersenyum bahagia mendengarnya. "Makasih ya, Ian. Udah bikin gue bahagia" tutur Adinda sambil memeluk Abian dari samping

Cowok itu membalas pelukan Adinda. "Harusnya gue berterima kasih sama lo, karena lo udah ada didunia ini, nemenin gue"

 ⁠♡♡♡

Maya datang dengan dibonceng Arlo menggunakan motor merahnya, tak lama dari itu Adinda juga datang dengan Abian. Mereka memakirkan motor bersebelahan.

"Muka lo kenapa, Din? Lo pucet banget" tanya Maya saat turun dari motor Arlo.

Adinda menggeleng, "Gak apa-apa kok, May. Gue kurang tidur aja kali." jawab Adinda dengan senyum membaluti kebohongan yang ia sembunyikan.

Cewek itu merangkul Adinda saat mendengar jawaban dari sahabatnya. "Makanya jangan bergadang, kita masuk nya bareng ya," ujar Maya.

Adinda mengangguk dan mengikuti kemana arah Maya pergi, masuk lingkungan sekolah.

Arlo dan Abian yang masih duduk diatas motornya pun mulai membuka helm nya. "Gue tau kalau Adinda bohong, Boss" celetuk Arlo sambil menatap manik coklat milik Abian.

Mendengar itu, Abian mengangguk membenarkan. "Iya, emang ada masalah sama, Adinda. Terutama, Naisa. Yang selalu mencela dia, gue makin benci sama cewek itu" hembus Abian secara perlahan.

"Terus lo ada rencana?"

♡♡♡

Pulang sekolah Adinda duduk di bangku yang berada di depan sekolah, ia ditemani dengan Abian disampingnya. "Kita jalan, yu" ajak Abian saat menoleh ke arah sahabatnya yang menekuk dan terdiam sedari tadi.

Adinda menggeleng. "Gue gak mau ngerepotin lo," ucapnya dengan nada rendah.

Cowok itu mendekatkan kembali duduknya dengan Adinda. "Lo jangan dengerin kata dia dong, mungkin dia iri, lo bisa cantik banget kayak gini" puji Abian dengan senyumnya sambil melihat Adinda dari bawah.

"Dia emang bener, Ian."

Abian berdiri sambil meraih tangan Adinda yang sedari tadi merobek kertas sampai menjadi potongan kecil. "Lo mau kemana? Toko buku? Ayo" ajak Abian dan membuat sahabatnya berdiri dari duduk nya.

Sebelum mereka menghampiri motor yang terparkir di parkiran sekolah, Naisa menghampiri sepasang sahabat itu yang masih membuat Adinda tersenyum dan tertawa.

Naisa sudah berdiri diantara mereka, lebih tepatnya berdiri disamping Abian. "Hai, Ian." sapa Naisa dengan lambaian pada cowok itu.

Cowok itu menoleh ke arah cewek yang sudah membuat sahabat nya menangis kemarin. "Lo kesini mau minta maaf sama, Adinda. Kan?" balas Abian.

Naisa kira Abian akan melupakan kejadian kemarin, tapi ia juga lupa kalau itu Abian yang tidak akan melupakan saat orang terdekatnya tersakiti.

"I-Iya gue mau minta maaf sama lo," ucap Naisa sambil mengulurkan tangan sebagai tanda minta maaf.

Adinda tersenyum ramah pada cewek itu. Dan membalas uluran tangan dari Naisa. "Iya gak apa-apa kok, mungkin kemarin lo khilaf"

Cowok itu tersenyum melihat Naisa sudah meminta maaf pada sahabatnya. "Makasih udah minta maaf sama, Adinda. Gue pamit pergi, Sa"

Naisa lagi-lagi melihat Abian disamping cewek yang hanya sahabat bagi cowok itu. Ia juga memasang wajah yang sangat iri pada Adinda yang bisa dekat dengan Abian.

Cewek itu menyeka tangan yang dipegang Adinda tadi di rok birunya, "Jijik banget gue pegang tangan cewek gatel itu, liat aja gue bakal ada disamping lo gantiin dia, Bian," ucap Naisa dengan nada yang rendah sambil tersenyum miring melihat Adinda dan Abian dari belakang.

♡♡♡

Jangan lupa vote dan komen biar makin aktif bikin ceritanya makasih Adibvers

ADINDA & ABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang