Attention
-Jingga Senja-○○○●●●○○○
Nayla terus menghindari orang-orang, bahkan ketika dia memiliki tugas kelompok pun sebisa mungkin dirinya tidak banyak berbicara dengan mereka. Kejadian tadi pagi masih terus membayanginya dan memberikan efek kesal dan juga malu yang membuat Nayla merasa tidak nyaman, lalu berakhir badmood kepada setiap orang yang dia temui. Saat Beby mengajaknya untuk makan dikantin atau Hani yang mendekatinya, Nayla selalu memberikan alasan agar tak berada didekat mereka lebih dulu. Hingga akhirnya Nayla berada sendirian disebuah ruang musik, ruangan yang biasa hanya Nayla kunjungi pada saat ekskul saja, terasa cocok menjadi tempat persembunyian. Benar kata Hani, tidak banyak yang datang ke ruangan ini dihari biasa.
Gadis itu duduk didepan sebuah piano, termenung sendirian dengan tatapan lurus kedepan. Kata-kata Haykal terus terngiang dikedua telinganya, membuat Nayla berpikiran apakah memang benar dirinya ini berlebihan? Apakah selama ini, Nayla bersikap mengancam semua orang, menangis karena merasa tersudut, apakah itu karena dirinya berlebihan juga?
"Jangan ditahan, La, luapin semuanya!" Suara Sagara dan Kayan kini mendominasi, sontak membuat Nayla memejamkan kedua mata dan menghembuskan nafas secara berulang.
"Kalo kamu mau nangis, maka menangis. Jika kamu marah, maka marah lah! Jangan ditahan karena itu akan berakibat buruk terhadap diri kamu sendiri. Selama ini kamu udah mencoba menjadi yang terbaik namun orang-orang disekitar kamu tidak pernah mengapresiasi kerja keras kamu, jadi tidak ada yang salah kalo kamu bersedih. Itu manusiawi. Terkadang kita juga mau direspect, dibanggakan, dan diapresiasi."
Setetes air mata terjatuh namun dengan cepat Nayla tepis. Gadis itu menurunkan tatapannya pada setiap tuts piano dan meletakan jemarinya diatas permukaan tuts, menekannya secara asal karena memang Nayla tidak bisa memainkan benda tersebut. Hal ini hanya Nayla lakukan untuk menyalurkan perasaannya saja, daripada Nayla berteriak atau justru menyakiti orang lain, lebih baik seperti ini saja 'kan? Paling dirinya akan ditegur karena bermain alat musik dengan tidak benar.
Jika seperti ini, Nayla kembali merasakan kesepiannya. Bayang-bayang masa kecilnya yang hanya mampu menjadi teman Nayla sekarang, dimana begitu bahagianya seorang Nayla meski hanya hidup berdua bersama sang Mama. Nayla yang banyak bercerita, tertawa, serta menyenangkan dimata orang lain sehingga tanpa Nayla sadari kini dirinya mulai berubah menjadi orang asing.
Kegelapan yang menelannya pasca kejadian mengerikan, membuat Nayla mengalami trauma hebat. Ketidakadilan memang sudah jalannya hidup seperti itu bukan? Hanya saja rasanya terlalu berat jika Nayla yang masih sangat muda harus mengalaminya. Tidak ada hal baik yang bisa Nayla kenang sebagai masa remajanya. Pertumbuhannya mengajarkan Nayla banyak hal dan menuntutnya untuk menjadi pribadi yang mandiri oleh keadaan.
Sesekali Nayla pernah berpikir, apakah jika Mama dan Papanya tidak pernah menikah semua yang terjadi hari ini tidak akan ada? Karena dirinya tidak pernah terlahir. Atau mungkin, kalau saja Papanya yang mempertahankan Mamanya dulu, dirinya bisa saja tumbuh menjadi anak yang baik-baik saja karena kedua orangtua yang lengkap dan tanpa masalah. Bisa saja, 'kan?
Jadi, Nayla harus memilih yang mana?
'Buk!'
Sepertinya tidak pernah terlahir itu jauh lebih baik.
Nayla menatap tajam sosok Leo yang menjadi tersangka atas pemukulan dikepalanya barusan. Pemuda berpakaian jauh dari kata rapih itu tampak menyeringai sebelum akhirnya ikut duduk disampingnya. "Kasian ... gak punya temen, ya? Mau temenan sama gue aja gak?" ucapnya sembari merangkul Nayla, dan langsung ditepis secara kasar oleh sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention - Goodbye Winter✔ (TAMAT)
Novela Juvenil(Seri ke-3 Goodbye Winter) Semuanya tak lagi sama. Keceriaan dan kebahagiaan telah tertinggal bersama bayang-bayang menyakitkan memori masa lalu Nayla. Gadis kecil dengan sejuta mimpi itu kini bak seorang gadis yang tak memiliki harapan apapun dalam...