Sorry banget karena cerita Lala sebelumnya aku unpub karena aku ngerasa gak yakin setiap mau update tiap partnya, kaya ada yg kurang gitu. Jadi aku milih buat mundurin sebentar dan balik lagi dengan alur serta karakter Lala yang berbeda. Semoga kalian bisa menyambut Lala kembali dengan suka cita ya guys🙂
Attention
-Jingga Senja-○○○●●●○○○
'Byur!'
Gadis itu terengah tatkala kepalanya berhasil dia angkat dari dalam bak berisi air yang dingin, mulutnya terbuka berusaha untuk merampas seluruh oksigen yang sempat tertahan menolak masuk kedalam paru-parunya.
Rasa sakit merambat dari akar rambut hingga kening, membuatnya hanya bisa menangis dan memohon ampun kepada oknum yang tengah menghukum atas kesalahan yang tidak dia ketahui.Namun seolah tanpa ampun, gadis lain yang menjambak rambutnya kembali menenggelamkan kepala tersebut kedalam air, membuat sang empunya memberontak, berusaha untuk menyelamatkan diri. Padahal mereka sama-sama sendiri, tidak ada kawan yang membantu gadis berambut panjang lurus itu untuk merundungnya, tapi tenaganya tetap tidak dapat dilawan sama sekali.
"Haaahh!" Gadis itu tertawa puas, melepaskan cengkramannya membuat tubuh yang sudah lemas akhirnya ambruk keatas lantai kamar mandi dingin. Tubuhnya bergetar hebat.
"Masih mau lagi?" Kepala basah itu terangkat, menatap penuh ketakutan pada lawannya yang terlihat tidak berbeda jauh dengan seekor singa betina, yang kapan saja bisa menerkamnya.
Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya, "G-gue ... m-aaf ... maafin gue, La!" Mohon gadis tersebut sembari terisak, suaranya terdengar bergetar karena menggigil. "Gue salah ... g-gue akui gue salah ... gue-hanya capek dijadiin pembicaraan orang-orang. Mereka semua benci sama lo dan otomatis juga membenci gue karena temenan sama lo, gue ... gue capek dibenci karena kesalahan lo, La. Gue capek!" Raungnya sembari menangis tersedu-sedu, seolah dia adalah korban paling tersakiti dibawah kaki gadis bernama Nayla itu.
Kedua tangan Nayla terkepal kuat, kepalanya mendongak dan ditepisnya anakan rambut yang menutup sebagian wajahnya. "Dari awal gue udah tekankan sama lo, kalo lo mau jadi temen gue berarti lo harus menerima apapun resiko yang akan lo dapatkan. Lo bilang sama gue dan yakinin gue akan setia sama gue, jalan bareng dijalan yang pijak juga. Tapi buktinya, lo malah ngekhianatin gue, Lun!" Nayla tertawa sumbang, hatinya kembali terasa sakit ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri serta mendengar bagaimana luwesnya seorang Luna menjelekannya dihadapan semua orang. Luna yang bernotabene adalah sahabatnya.
Iya, sahabatnya!
Nayla merasa Luna telah menancapkan sebuah tombak besar dibelakang tubuhnya dan membuat Nayla tak berdaya dihadapan semua orang.
Luna memejamkan kedua matanya, tangannya terkepal kuat menahan rasa sakit didadanya karena terlalu lama didalam air sebelumnya. "Lo bilang kalo gue anak yang kurang perhatian, yang bisanya memberontak sama orangtua dan juga cari masalah. Gue anak yang gak bener, bad, dan juga sakit mental! Itu 'kan yang lo bilang sama mereka?" Air matanya kembali mengalir dengan deras saat ucapan Nayla kembali terdengar.
Nayla menatap kepala Luna dibawah, mendesah kasar sebelum akhirnya dia berjongkok dan meremas bahu Luna dengan erat. Dimana biasa dia merangkul Luna dengan bangga sebagai sahabatnya, tanpa menyadari bahwa Luna adalah musuh paling berbahaya baginya.
"Lo khianatin gue, Lun. Lo pengkhianat. Dan seorang pengkhianat gak berhak mendapat ampunan!"
'Brak!'
"Nayla!"
○○○●●●○○○
"Dengan berat hati, saya mengatakan jika kami harus mengeluarkan Nayla dari sekolah, Bu Kinar. Kami mohon maaf karena tidak bisa lagi memberikan Nayla kesempatan, dan juag sudah tidak mampu untuk menjadikan Nayla tetap berada disekolah ini."
Nayla menatap datar sebuah kertas yang baru saja disodorkan oleh seorang pria yang menjabat sebagai kepala sekolah ditempatnya belajar, kertas yang Nayla duga adalah tanda pengeluarannya dari tempat ini setelah tindakannya merundung Luna dan menempatkan mantan sahabatnya itu didalam sebuah ruang rawat rumah sakit karena sesak nafas. Dia hanya diam, bahkan ketika mamanya menatapnya penuh dengan tatapan penuh kecewa pun Nayla hanya diam, seolah apa yang menimpanya hari ini bukanlah sebuah masalah besar.
Tepat setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Nayla langsung mendapat sebuah sambutan berupa tamparan yang mendarat tepat dipipi kanannya, membuat sang mama langsung memeluknya dengan erat.
Nayla menatap wanita bersanggul yang dia kenal, wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Luna. Orang yang selalu menyuruh Luna menjauhinya karena menganggap bahwa dirinya adalah pembawa pengaruh buruk untuk putri semata wayangnya."Sudah dari awal saya peringatkan Luna untuk jauhi kamu, tapi dia gak pernah mau dengerin saya. Lihat apa yang sekarang anak saya dapatkan? Kamu buat anak saya masuk rumah sakit setelah dia dengan setia menjadi sahabat kamu, apa ini yang disebut sebagai sahabat, hah?!" Teriaknya tepat didepan Nayla, telunjuknya terus terangkat ke muka gadis itu bahkan Nayla yakin, jika saja suami wanita itu tidak ada disana ibu Luna akan mencakarnya habis-habisan.
"Saya minta maaf Bu Nadia. Maaf karena tindakan yang diperbuat oleh anak saya. Saya berjanji akan bertanggung jawab penuh atas pengobatan Luna, saya benar-benar sangat menyesal!" Nayla melemparkan tatapan tak sukanya pada sang mama. Untuk apa meminta maaf kepada mereka? Nayla tidak salah. Ya, itu yang dia rasakan.
"Harusnya Luna yang minta maaf sama aku. Dia juga salah dan aku hanya kasih dia pelajaran atas apa yang dia perbuat."
"Masih berani kamu membela diri kamu sendiri, hah?! Anak gak tau diri-"
"Aku cukup sadar diri dan gak pernah membawa Luna masuk circle aku, Tante. Kalo Tante lupa dia sendiri yang maksa buat jadi temen aku. Jadi, aku gak salah!" Putus Nayla, sebelum akhirnya melangkahkan kaki dengan angkuh menyusuri koridor sekolah tanpa mempedulikan tatapan orang-orang padanya.
Bisikan demi bisikan negatif tentangnya terus berseliweran ditelinga, namun Nayla memilih untuk tak mengacuhkannya karena baginya ada hal lain yang lebih menyakitkan dan pernah Nayla lewati dengan baik-baik saja. Ini hanya sebagian kecil dari rasa sakitnya, tidak berefek apapun bagi Nayla.
○○○●●●○○○
To be continued
Ucapkan selamat datang kepada Lala dan Nana kita yang baru guys!
Ditulis;
Sukabumi, 11 Agustus 2022
Dipublish;
Sukabumi, 12 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention - Goodbye Winter✔ (TAMAT)
Fiksi Remaja(Seri ke-3 Goodbye Winter) Semuanya tak lagi sama. Keceriaan dan kebahagiaan telah tertinggal bersama bayang-bayang menyakitkan memori masa lalu Nayla. Gadis kecil dengan sejuta mimpi itu kini bak seorang gadis yang tak memiliki harapan apapun dalam...