Bagian 13

2.6K 328 4
                                    

Attention
-Jingga Senja-

○○○●●●○○○

Papanya bilang dirinya tidak gila, hal yang sama juga dikatakan oleh mama, ayah, serta maminya. Mereka semua bilang dirinya tidak gila, masih Nayla yang sama dengan kondisi yang berbeda.
Nayla sering melihat atau membaca tentang beberapa penyakit yang menyerang jiwa seseorang, dulu dia sering menonton mental education dichanel youtube salah seorang psikolog dan hanya mampu mengangguk-anggukan kepala atas penjelasan mereka. Tapi tidak pernah Nayla bayangkan jika dirinya akan mengalami hal tersebut.
Mungkin penyakitnya tidak tergambar jelas seperti demam atau diare yang gejalanya bisa langsung terkenali, membutuhkan waktu serta pemeriksaan sangat serius sampai akhirnya Nayla dikatakan mengidap BPD.

Alasan mengapa selama ini dia sering begitu marah-marah dan senang dalam waktu berdekatan ---moodnya mengalami perubahan yang sangat extreme, serta sering memikirkan hal yang terkadang kurang masuk akal. Tentu saja Nayla sedih, karena merasa bahwa sekarang dia memiliki perbedaan jomplang dari remaja seusianya. Dimana mereka bisa bermain dan tertawa sedangkan dirinya harus menderita karena penyakitnya itu, yang terkadang akan kambuh tanpa kenal tempat dan waktu, terutama ketika dia mengalami tekanan hebat.

Tapi papanya bilang, dia akan baik-baik saja selagi rutin melakukan terapi dan mengkonsumsi obat. Papanya juga bilang bahwa mulai sekarang dia harus lebih terbuka, menceritakan apapun yang membuatnya terganggu atau kejadian kurang mengenakan kepada keluarganya. Masalahnya, apa Nayla bisa melakukan itu?

Selama ini dia selalu memilih memendamnya, seberat apapun dia hanya akan diam lalu diam-diam menangis. Hanya sendirian karena berpikir jika dia akan membebani keluarganya dengan menceritakan masalah yang menimpanya, atau mungkin mereka akan berpikir apa yang dirinya alami hanya seperempat dari masalah orang dewasa. Nayla tahu betul bahwa sekarang kedua orangtuanya telah berpisah dan memiliki keluarga masing-masing yang harus mereka urus, mereka tidak akan bisa hanya terfokus pada dirinya saja.

Nayla dibuat berpikir keras lagi, kemana dia harus mencurahkan keluh kesahnya jika kedua orangtuanya sedang sama-sama sibuk dengan keluarga mereka masing-masing? Dan pikiran itu membuat hatinya terluka. Andai saja kedua orangtuanya dulu tak berpisah, mungkin dirinya akan baik-baik saja. Tidak akan ada banyak drama menyakitkan yang Nayla alami hingga membuatnya trauma hebat, pun dia tidak akan dihina sebagai anak yang tidak di inginkan pada awalnya.

"Mbak Lala, ada Nana, nih!" Lamunan Nayla seketika buyar, gadis itu baru tersadar bahwa sejak tadi dia meremas buku diatas meja hingga kusut dan dengan cepat dia membenarkannya.

Kepalanya mendongak dan mendapati Nares yang terlihat masih mengenakan seragam sekolah ---tandanya bahwa Nares belum sempat pulang dulu dan langsung kesini. Keningnya berkerut melihat kehadiran pemuda itu dirumahnya.

"Luka lo masih sakit?" Pertanyaan tersebut menjadi pembuka percakapan diantara mereka. Nayla menatap telapak tangannya yang masih dibungkus perban, luka yang dia dapat dari mencengkram pecahan vas bunga.

"Gakpapa, kok. Lo ngapain disini? Kenapa gak pulang dulu?" Tanyanya balik, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan karena saat ini Nayla benar-benar tidak ingin mengungkit kejadian menyebalkan kemarin.

Nares tersenyum lebar, pemuda itu meletakan tas hitamnya keatas meja dan berusaha untuk mengeluarkan sesuatu. "Gue udah izin kok, sama Ibu. Gue kesini mau kasih buku catatan yang tadi gue salin dari buku KM kelas lo. Gak semua sih, cuman kesimpulannya doang. Tapi lumayan supaya lo gak ketinggalan pelajaran. Gue juga bawa siomay buat lo, tadi pas pulang mampir didepan mini market, kata Hani lo suka sama siomay pas diajak makan dikantin." Nayla sampai tertegun ketika mendengar jawaban panjang lebar yang dilontarkan Nares, seperti sebuah penjelasan apa saja yang dia lewati hari ini padahal Nayla hanya membutuhkan jawaban singkat saja.

Attention - Goodbye Winter✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang