12

171 37 2
                                    

Seluruh murid di kelas Changkyun, ah tidak, seluruh angkatan kelas 11 sedang menggerutu kesal. Bagaimana tidak? Guru sejarah mereka dengan sesuka hatinya memberi tugas untuk membuat makalah minimal sebanyak 10 halaman dengan ukuran font yang sudah ditentukan. Selain itu, tiap murid harus membuat tema yang berbeda sesuai dengan undian yang sudah dibuat dan harus dikumpulkan besok.

"Gila bener dah! Alamat begadang gue." Changkyun hanya terkekeh pelan mendengar gerutuan Dino yang tidak ada habisnya semenjak pengumuman tugas itu disebarkan. Keduanya sekarang sedang berada di perpustakaan, memanfaatkan waktu istirahat untuk mencicil tugas sejarah itu.

"Berisik."

Dino memanyunkan bibirnya. "Oh iya. Lo sama Daniel kapan tukeran balik?"

Changkyun menghentikan tangannya yang mengetik kemudian menatap Dino di sampingnya. Pemuda manis itu ragu apakah harus menceritakan masalahnya kepada Dino? Changkyun hanya takut jika Dino akan menceritakannya kepada Daniel.

"Enggak tau. Gue masih nyaman disini. Bosen banget di sekolah gue."

Dino hanya menganggukan kepalanya lalu melanjutkan tugasnya begitu pula dengan Changkyun sampai jam istirahat berakhir.


***


Changkyun bergegas menuju parkiran. Niatnya untuk segera pulang dan melanjutkan tugas sejarah yang masih tersisa setengahnya, namun sepertinya Changkyun harus menunda niatannya karena Jooheon yang sedang duduk dengan santainya di atas kap mesin mobil putih milik Daniel.

"Kenapa?" Tanya Changkyun langsung ketika Jooheon melompat turun kemudian berdiri mengahadapnya.

"Kerjain tugas sejarah gue lah. Apa lagi?"

Changkyun kemudian mengulurkan tangannya membuat Jooheon mengerutkan keningnya bingung.

"Apaan?"

"Tugas lo. Sini gue kerjain sisanya."

Jooheon tertawa pelan. "Belom gue kerjain sama sekali tuh."

Changkyun mengerjap pelan sebelum membulatkan matanya. "Gila!"

"Lo kerjain, atau gue-"

"Iya! Gue kerjain!" Potong Changkyun sebelum Jooheon sempat menyelesaikan ucapannya. Pemuda manis itu yakin Jooheon pasti akan mengancam untuk menyakiti Daniel jika Changkyun tidak menuruti perintahnya.

"Nah, gitu dong. Tema nya nanti gue chat."

Changkyun menghela nafas pelan lalu mengangguk pasrah sebelum Jooheon pergi meninggalkannya begitu saja.


***

"Ck! Sialan!" Changkyun tidak bisa berhenti mengumpat. Pasalnya ini sudah pukul 10 malam dan Jooheon sama sekali belum memberitahu tema tugas sejarah yang pemuda itu dapatkan. Pesan yang Changkyun kirimkan juga tidak mendapatkan balasan, begitupun dengan belasan panggilan yang tidak terjawab.

Akhirnya, Jooheon membalas pesan Changkyun ketika jam menunjukkan pukul 11 malam. Dengan kesal Changkyun mulai membuka laptopnya kemudian mengerjakan tugas milik Jooheon secepat yang ia bisa.



***


"Dino, bantuin gue ijin ya."

"Ijin apaan?"

"Gue ngantuk banget sumpah. Semalem begadang buat ngerjain tugas sejarah." Keluh Changkyun sambil meletakkan kepalanya di atas lipatan tangannya di atas meja.

"Bukannya kemarin lo ngerjain bareng gue itu udah setengah jalan ya?"

Changkyun mengangguk pelan, hampir saja mengatakan bahwa ia juga mengerjakan tugas milik Jooheon, namun teringat bahwa Dino masih belum tahu mengenai perjanjiannya dengan Jooheon. "Hehe, file nya lupa gue save kemarin. Jadi ya ngerjain ulang."

Dino menghela nafas pelan. "Ya udah sana. Tugas lo juga siniin, ntar gue aja yang kumpulin di ruang guru."

"Hehe~ makasih Dino~" Changkyun meletakkan makalah miliknya di atas meja Dino. "Nanti pulang sekolah gue traktir deh."

"Gampang lah itu." Dino mengibaskan tangannya, mengusir Changkyun agar segera pergi ke ruang kesehatan karena tidak tahan melihat lingkar hitam di bawah mata Changkyun. Pemuda manis itu pun dengan segera bergegas menuju ke ruang kesehatan untuk tidur sebentar atau setidaknya sampai jam istirahat pertama nanti.

Namun sepertinya Changkyun harus menunda niatnya karena seseorang mencekal tangannya.

"Ck! Mau apa lagi sih?" Tanya Changkyun kesal begitu tahu bahwa Jooheon-lah yang menghalangi rencananya untuk tidur.

"Ikut gue."

"Ish! Enggak mau!" Changkyun berusaha menarik tangannya dari cekalan Jooheon namun sama sekali tidak membuahkan hasil. Yang ada malah Jooheon semakin mengeratkan genggamannya, membuat pemuda manis itu merintih pelan.

"Mau kemana sih?? Gue ngantuk!"

Jooheon tidak menjawab pertanyaan Changkyun, membuat pemuda manis itu mengerucutkan bibir dan berakhir pasrah mengikuti kemana Jooheon menariknya.

"Gue bisa jalan sendiri kesini." Ucap Changkyun ketika Jooheon akhirnya menghentikan langkahnya di depan ruang kesehatan, tempat yang juga menjadi tujuan utama Changkyun tadi.

Jooheon lagi-lagi tidak menanggapi ucapan Changkyun dan kembali menarik pemuda manis itu ke kasur yang terletak di paling ujung. Dan ketika Jooheon menoleh ke arahnya, barulah Changkyun sadar ada luka di sudut bibir Jooheon. Segera saja Changkyun menarik tangannya dari genggaman Jooheon dan menangkup wajah pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Changkyun memperhatikan wajah Jooheon dengan teliti dan mendapati ada lebam di pelipis, luka di pangkal hidung dan juga kening Jooheon.

"Kenapa bisa sampe luka sih?? Udah diobatin belom?"

Jooheon hanya diam sebelum akhirnya menggeleng pelan membuat pemuda manis itu berdecak pelan, mendorong Jooheon untuk duduk di ujung kasur kemudian beranjak untuk mengambil kotak obat yang disimpan di ruang kesehatan.

"Luka sekecil apapun itu harus diobatin." Omel Changkyun sambil mulai membersihkan luka di sudut bibir Jooheon kemudian mengoleskan obat-obatan pada luka-lukanya yang lain. "Nanti kalau infeksi gimana coba?"

Jooheon hanya terdiam sambil memperhatikan wajah Changkyun yang sedang fokus mengobati lukanya.

"Diem aja kena- Eh?" Changkyun terdiam ketika Jooheon tiba-tiba melingkarkan tangannya pada pinggangnya kemudian menenggelamkan wajahnya di perut pemuda manis itu. "Heh! Jangan gini! Nanti obatnya-" Protesan Changkyun kembali tertelan ketika pemuda manis itu merasakan basah pada seragam bagian perutnya.

Switch (Jookyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang