3

205 39 1
                                    

Changkyun menatap malas ke arah Jooheon. Niatnya pemuda manis itu ingin pulang karena ini sudah pukul 7 malam, namun sosok yang menyatakan perasaannya pada Daniel itu memaksa Changkyun untuk tetap tinggal dengan alasan dia lapar dan tidak bisa menggunakan tangannya yang terluka untuk mengangkat sendok.

Dengan malas-malasan pun, Changkyun berakhir menyuapi Jooheon setelah menghubungi sang mama dan mengatakan bahwa ia akan pulang sedikit terlambat.

"Cepetan abisin! Makanan tuh dikunyah! Jangan disimpen di pipi melulu!  Gue mau pulang!" Ucap Changkyun ketus saat Jooheon malah menyimpan makanannya di salah satu sisi pipinya.

Jooheon mengunyah dengan pelan, bukannya sengaja tapi memang pipi dan rahangnya masih terasa sakit jika digerakkan terlalu cepat untuk mengunyah.

"Sabar kek. Pipi sama rahang gue sakit nih buat ngunyah."

Akhirnya Changkyun melunak kemudian berusaha menyuapi Jooheon dengan penuh kesabaran. Butuh waktu 45 menit untuk membuat piring makan malam Jooheon kosong dan Changkyun akhirnya bisa bernafas lega, meletakkan piring kosongnya di atas tray kemudian bangkut berdiri.

"Udah kan? Gue balik."

Merasa tidak memiliki alasan lagi untuk menahan Changkyun, Jooheon pun akhirnya mengangguk dengan tatapan memelas yang jelas tidak akan dianggap oleh Changkyun yang terus saja melenggang pergi meninggalkan kamar rawat Jooheon.

Ditinggalkan sendirian membuat Jooheon merasa kesepian, padahal seharusnya ia sudah terbiasa sendirian. Jooheon membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit dengan senyuman yang perlahan-lahan muncul di bibirnya ketika mengingat bagaimana Changkyun menolongnya tadi.

Yah, sepertinya Jooheon akan tidur nyenyak malam ini meskipun seluruh tubuhnya terasa sakit.


***


Daniel menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Changkyun yang membuatnya ciut.

"Bener kan kata kakak? Kamu ada masalah di sekolah."

"M-maaf kak..."

Changkyun menghela nafas pelan. "Lagian kamu kok bisa sampe ditaksir sama berandalan gitu sih?"

"Aku juga gak tau kak." Jawab Daniel memelas. "Aku aja cuma tau dia, gak kenal dan gak pernah ngobrol sama sekali sama dia."

Changkyun memijat pelipisnya pelan membuat Daniel semakin takut.

"Tadi... gimana kak?"

"Gak gimana-gimana. Cuma gantungan kunci mobil kamu rusak, tadi diinjek sama dia. Terus tadi sore kakak nolongin dia yang dikeroyok gara-gara musuhnya gak terima mereka kalah balapan dari Jooheon."

"Makanya kakak tadi pulangnya telat?"

Changkyun mengangguk. "Nemenin dia dulu di rumah sakit tadi."

"Tapi kakak gak kenapa-kenapa kan? Jooheon beneran gak ngapa-ngapain kakak?"

"Enggak Danny. Malah kakak yang ngapa-ngapain Jooheon."

"Emang kakak apain si Jooheon?"

"Kakak pukul dia soalnya dia mau gangguin kamu."

"Ish! Kak! Kok kakak pukul dia sih??"

Changkyun mengerutkan keningnya. "Kenapa emang?"

"Kak! Jooheon tuh terkenal kejam kak! Dia gak pandang bulu, mau cewek atau cowok, kalau dia gak suka bakal dia gangguin terus. Gangguinnya parah kak! Bahkan katanya dulu pas SMP, dia pernah gangguin anak sampe anak itu gila kak!"

Changkyun mendengus di dalam hati. "Rumor kali." Bagaimana Changkyun mau percaya jika Jooheon yang dilihatnya tadi adalah sosok yang manja dan suka merengek?

"Ih, beneran kak! Nanti kalau kakak diapa-apain bilang ke aku ya!"

"Emangnya kamu mau apa? Bales dendam? Emang berani?"

"Eung... e-enggak berani kak kalau lawannya si Jooheon, ehe~"

"Dasar. Terus gimana di sekolah kakak? Ada tugas? Atau ada berita apa?"

"Dih, anak kelas kakak tuh ansos semua ya?" Daniel mengerucutkan bibirnya saat teringat akan teman-teman sekelas Changkyun yang hanya sibuk dengan buku-bukunya.

Changkyun tertawa pelan. "Ya gitu. Namanya juga kelas unggulan."

"Untung kakak gak jadi ansos juga ya."

"Ngomong apa kamu? Coba diulangin?"

"Ehe~ ampun kak, peace ya."

Changkyun mengacak gemas surai Daniel. "Ada tugas gak? Kalau ada siniin, kakak kerjain."

"Udah beres tugas kakak. Aku kerjain tadi sambil nunggu kakak pulang. Kelas aku sendiri gimana kak? Ada tugas?"

Dan kedua saudara kembar itu terlalu asyik membicarakan hari pertama mereka bertukar peran hingga keduanya mengantuk dan Daniel terlalu malas untuk kembali ke kamarnya sendiri, berakhir dengan keduanya tertidur di kamar Changkyun sambil saling memeluk satu sama lain dengan erat.

Switch (Jookyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang