17

160 37 1
                                    

Semenjak selesai pelatihan, Changkyun sudah tidak lagi bertukar peran dengan Daniel. Pemuda manis itu sedang sibuk dengan urusan lombanya dan juga sibuk menghindari pemuda yang terus saja menerornya dengan ratusan chat dan puluhan panggilan yang Changkyun abaikan. Lagipula Changkyun sudah bertanya kepada Daniel, apakah Jooheon masih sering mengganggunya dan adik kembarnya itu berkata bahwa Jooheon tidak pernah mengganggunya sama sekali semenjak kedua saudara kembar itu kembali ke perannya masing-masing.

Jadi tugas Changkyun sudah selesai bukan?

Changkyun berusaha fokus pada kesibukannya ketika ponselnya bergetar dan lagi-lagi menunjukkan nama Jooheon di sana. Menghela nafas pelan, Changkyun memutuskan untuk menjawab panggilan Jooheon agar pemuda itu berhenti merecokinya.

"Apa?"

"Lama banget angkat telpon!"

"Gue sibuk. Lombanya minggu depan."

"Selesai lomba, lo udah gak ada acara kan?"

"Kenapa emangnya?"

"Temenin gue ke suatu tempat dan gue gak nerima penolakan! Okay? Sukses lombanya ya! Bye!"

"Eh- astaga." Changkyun ingin sekali mengumpati Jooheon yang seenaknya memutus panggilan begitu saja. Dan apa-apaan itu tadi? Jooheon memaksanya untuk ikut ke suatu tempat?

Tidak.

Changkyun tidak akan mengikuti kemauan pemuda itu.

***

"Dino lagi ngeliatin apa?"

"Oh? Danny?"

"Dino gapapa kan?" Tanya Daniel yang khawatir karena Dino terlihat linglung.

Dino tersenyum kemudian mengusak surai Daniel dengan lembut. "Gapapa kok. Kamu ngapain disini? Gak ke kantin?"

"Tadi mau ke kantin, tapi liat Dino disini, ya udah aku kesini dulu. Ayo ke kantin!" Danny kemudian melingkarkan tangannya pada lengan Dino, membuat pemuda itu tersentak kecil namun segera menormalkan ekspresi nya.

"Iya, iya. Ayo. Kamu kalo laper jadi macan soalnya."

"Ish! Enak aja!"

"Iya deh iya. Jangan marah. Yuk ke kantin."

Dino kemudian melepas tangan Daniel yang melingkar di lengannya dan sebagai gantinya, pemuda itu merangkul pundak Daniel seperti biasanya.

***

"Gimana kak? Mau dia?"

Jooheon memasang cengirannya. "Mau lah."

Hyunbin mendengus pelan. "Lo pasti maksa dia kan?"

"Dikit sih. Tapi gapapa. Dia emang harus digituin dulu baru mau." Jawab Jooheon sambil memandangi ponselnya dengan penuh makna. Hyunbin yang melihatnya pun ikut tersenyum. Sudah lama pemuda tinggi itu tidak melihat kakak tirinya sebahagia ini.

"Gue doain semoga sukses ya kak."



***



Changkyun tersenyum puas melihat medali emas yang berada di tangannya. Meskipun pikirannya sedikit kacau, ia berhasil menjadi juara pertama sementara Minhyun meraih juara ketiga. Setelah mengikuti upacara penutupan, Changkyun segera melarikan diri karena ia tahu, Minhyun sudah bersiap untuk 'menculiknya' atas suruhan Jooheon.

Tidak, pemuda manis itu tidak akan mau menemui Jooheon lagi. Baginya, tugasnya sudah selesai dan kini saatnya untuk menghilangkan perasaannya kepada Jooheon. Changkyun melarikan diri ke sebuah pantai terpencil yang hanya dirinya yang tahu. Pemuda manis itu tidak pernah mengajak ataupun menceritakan tentang pantai ini kepada siapapun, termasuk kepada Daniel karena ia menjadikan pantai ini sebagai tempat persembunyiannya.

Changkyun menatap hamparan ombak sambil menghela nafas pelan. Memikirkan hari-hari yang ia habiskan bersama Jooheon membuat hatinya menghangat sekaligus sesak. Ia merasa nyaman berada di dekat Jooheon, meskipun sering kali tingkah laku pemuda sipit itu membuatnya emosi. Di sisi lain, Changkyun kembali teringat bahwa orang yang disukai Jooheon sedari awal adalah adik kembarnya, Im Daniel, bukan dirinya.

Changkyun kembali memandang medali emas di tangannya. "Padahal gue pengen banget tunjukin ini ke lo..." Gumamnya pelan kemudian memasukkan medali itu ke dalam saku celananya.

"Changkyun?"

Switch (Jookyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang