Changkyun mengetuk pintu kamar Daniel dengan pelan.
"Niel, kakak masuk ya?"
Tanpa menunggu jawaban, Changkyun pun memasuki kamar Daniel yang masih gelap. Seharusnya Daniel sudah bangun sejak tadi, tapi sampai jam makan siang terlewati, Daniel masih belum kunjung bangun dan itu membuat Changkyun khawatir. Padahal biasanya di hari libur seperti ini, Daniel memang biasa bangun pukul 2 siang karena bergadang semalaman, tapi entah kenapa kali ini Changkyun merasa khawatir.
"Niel." Changkyun mendekati kasur milik sang adik.
"Hng..."
Daniel bergerak tidak nyaman dan Changkyun memekik pelan melihat wajah pucat sang adik.
"Niel!"
Changkyun meletakkan ponselnya di atas nakas lalu menyibak selimut Daniel hingga batas dada kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Daniel. "Niel, panas banget ini."
"K-kak." Gumam Daniel tanpa membuka matanya. "D-dingin."
"Iya, kakak peluk sini."
Changkyun pun masuk ke dalam selimut, memeluk erat tubuh Daniel sambil mengusap puncak kepala sang adik yang rambutnya basah karena berkeringat sementara Daniel melingkarkan tangannya di pinggang Changkyun, memeluk kakaknya dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di dada Changkyun.
Changkyun sebenarnya cemas, masalahnya ini sudah siang dan kalau sudah dalam posisi begini, biasanya Daniel tidak mau melepaskan pelukannya. Padahal Changkyun harus menyiapkan makanan dan juga obat untuk sang adik. Tapi... Ya sudahlah, biarkan saja Daniel tidur lebih dulu.
Ah... Mungkin menghubungi Dino untuk meminta bantuan bukan ide yang buruk.
***
Ketukan pelan pada pintu kamar Daniel membuat Changkyun kembali terjaga. Pintu itu terbuka perlahan, menampilkan Dino yang baru datang.
"Gimana?" Tanya Dino pelan.
"Masih belum mau bangun anaknya." Balas Changkyun seraya mengusap punggung Daniel yang belum melepas pelukannya. Setiap kali Changkyun bergerak sedikit maka Daniel akan mengeratkan pelukannya, bahkan tadi Daniel sempat merengek saat Changkyun berusaha meraih plester pereda demam yang selalu tersimpan di laci nakas, membuat sulung keluarga Im tersebut akhirnya berusaha untuk tidak bergerak setelah berhasil mengambil dan menempelkan plester demam itu di kening Daniel.
"Makanannya gue taruh di ruang makan."
"Hmm, makasih ya. Sorry ngerepotin."
Suara Changkyun dan Dino akhirnya membuat Daniel bergerak pelan dan perlahan membuka matanya.
"Kak... Pusing~" rengek Daniel sambil kembali menenggelamkan wajahnya di dada sang kakak.
"Iya makanya bangun, terus makan, abis gitu minum obat."
"Enggak mau~" rengek Daniel sambil mengeratkan pelukannya.
"Kok gitu? Kasian Dino udah beliin makanannya lho."
Mendengar nama Dino disebut membuat Daniel mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Dino dengan tatapan sayunya. "Dino kapan datengnya?" Tanya Daniel dengan suara seraknya namun tetap tidak melepas pelukannya pada Changkyun.
"Barusan kok." Jawab Dino dengan senyum kecilnya. "Udah Kyun, lo turun aja, Daniel biar sama gue."
Changkyun mengangguk lalu menepuk pelan lengan Daniel yang masih melingkar di badannya. "Kakak turun duluan ya? Nanti balik lagi bawain makan sama obat."
"Hng..." Daniel sebenarnya tidak rela tapi mau tidak mau akhirnya bungsu keluarga Im itu melepas pelukannya dari sang kakak.
"Din, nitip Daniel bentar ya." Setelahnya, Changkyun turun ke bawah untuk menyiapkan makanan dan juga obat untuk Daniel. Sementara Dino mendudukkan diri di samping Daniel yang masih berbaring di atas ranjang.
"Kok bisa sakit?" Tanya Dino sambil mengusap lembut puncak kepala Daniel, menggantikan tugas Changkyun.
"Enggak tau."
"Pasti begadang lagi kan?"
"Ish! Enggak!"
"Tadi malem tidur jam berapa?"
"10." Jawab Daniel singkat, sedikit merasa kesal pada Dino.
"Ngambek?"
"Hmph!"
Daniel membalikkan tubuh memunggungi Dino kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut hingga ke kepala.
"Hey, jangan ditutup semua gitu, nanti gak bisa nafas." Dino kemudian berusaha menurunkan selimut Daniel namun agak sulit karena Daniel menahannya dengan kuat. "Iya, iya. Maaf ya Niel."
Ampuh. Daniel perlahan-lahan menurunkan selimutnya lalu menoleh ke arah Dino yang kini tersenyum lembut ke arahnya.
"Jangan ledekin terus makanya."
"Iya, iya. Maaf ya? Dino yang salah."
Daniel mengangguk pelan kemudian kembali memutar tubuhnya agar menghadap ke arah Dino. Mata Daniel menatap Dino dengan berbinar.
"Dino, tolong anterin Niel ke ruang makan ya~"
"Eh?" Dino mengerutkan keningnya. "Emang udah enggak pusing?"
"Enggak kok!" Daniel tersenyum lebar. "Ya Dino ya?? Anterin Niel ke ruang makan ya??"
Akhirnya Dino menghela nafas pelan lalu mengangguk. "Tapi nanti kalau pusing lagi, bilang ya."
"Iyaa~"
![](https://img.wattpad.com/cover/308105294-288-k995314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Switch (Jookyun)
Short Storyini semua karena permintaan adik kembarnya yang aneh tapi nyata.