11

168 38 2
                                    

"Kak, serius?" Daniel memandang Changkyun sambil menyipitkan matanya.

"Iya Danny, gapapa kan kalau kita tukerannya lebih lama?"

"Tapi kenapa kak?"

"Kakak cuma pengen suasana baru aja. Sekolah kamu ternyata asyik juga, enggak kayak sekolahan kakak."

"Kakak enggak nyembunyiin sesuatu kan?"

"Enggak lah. Kakak enggak kayak kamu ya. Dasar."

Daniel terkekeh pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ehe~ ya udah terserah kakak sih. Tapi kalau ada apa-apa, kakak cerita ya? Jangan disimpen semua sendirian."

Changkyun tersenyum kecil kemudian mengusak surai Daniel dengan sayang. "Iya bawel. Udah sana tidur. Kakak balik ke kamar ya."

Changkyun bangkit berdiri dari kasur milik Daniel, menunggu hingga adiknya itu berbaring dengan nyaman sebelum menyelimuti Daniel hingga dada kemudian berjalan ke arah pintu.

"Good night kakak~"

"Good night Danny." Balas Changkyun sebelum mematikan lampu dan meninggalkan kamar Daniel.




***




Jooheon baru saja turun dari mobilnya ketika matanya menangkap mobil milik Changkyun -atau lebih tepatnya mobil milik Daniel- itu memasuki area sekolah. Tersenyum miring, Jooheon menghampiri mobil yang baru saja terparkir dengan rapi itu dan menunggu hingga pemiliknya turun dari mobil.

"Bawain." Jooheon menyerahkan tas miliknya kepada Changkyun begitu pemuda manis itu turun dari mobilnya. Changkyun mendengus pelan namun tetap membawakan tas milik Jooheon yang entah diisi apa karena tas itu sangat berat.

"Lo sekolah bawa batu apa gimana sih?" Gerutu Changkyun pelan agar tidak terdengar oleh Jooheon. Sementara Jooheon yang mendengar gerutuan tidak jelas itu menoleh dan menatap tajam ke arah Changkyun.

"Ngomong apaan lo?"

"Enggak ada ngomong apa-apa."

Jooheon berdecak pelan kemudian melanjutkan langkahnya dengan Changkyun yang mengikuti di belakangnya.

Sesampainya di kelas Jooheon, Changkyun menghela nafas lega setelah meletakkan tas milik Jooheon di atas meja.

"Udah kan? Gue mau ke-"

"Beliin gue sarapan."

"Ya gue ke ke-"

"5 menit."

Ganti Changkyun yang berdecak pelan kemudian berlari secepat mungkin ke kelasnya untuk menaruh tasnya lalu bergegas menuju kantin. Bahkan teriakan Dino yang memanggilnya pun diabaikan. Untungnya kantin masih sepi sehingga Changkyun tidak perlu mengantri terlalu lama. Pemuda manis itu kembali berlari secepat yang ia bisa menuju kelas Jooheon, mengundang tatapan aneh dari murid-murid yang berada di koridor.

"Nih." Ucap Changkyun sambil meletakkan makanan yang ia beli di atas meja Jooheon dengan nafas tersengal dan juga keringat yang mulai membasahi punggungnya.

"Okay." Jooheon tersenyum kecil, mengambil plastik di atas mejanya kemudian menyerahkannya kepada pemuda manis yang duduk di sampingnya. "Nih buat lo. Tadi lo bilang belum sarapan kan?"

Changkyun mengepalkan tangannya erat hingga buku jarinya memutih. Ia pikir Jooheon yang akan memakannya, tapi ternyata malah diberikan kepada orang lain. Dan lagi, siapa pemuda manis itu? Kenapa Jooheon bisa tersenyum seperti itu kepada pemuda manis itu?

Aduh Changkyun, mikir apaan sih! Rutuk Changkyun di dalam hati.

Merasa diabaikan, Changkyun pun dengan kesal berbalik dan meninggalkan kelas Jooheon tanpa menyadari senyuman Jooheon yang tidak bisa diartikan.

"Ini beneran buat gue nih?"

"Enggak! Balikin sini!" Jooheon pun menarik plastik itu dan mulai membukanya sementara pemuda manis di samping Jooheon hanya mendengus pelan kemudian melanjutkan kegiatannya membaca buku yang sempat tertunda karena ulah Jooheon tadi.

"Dasar sepupu laknat."

Switch (Jookyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang