Changkyun mengendarai mobil putih milik Daniel tanpa tujuan. Pemuda manis itu sudah meminta ijin kepada orang tua mereka bahwa ia akan pulang terlambat karena ingin mencari udara segar. Changkyun akhirnya memutuskan untuk berhenti di sebuah taman dengan danau buatan yang sepi dan duduk di salah satu bangku kosong disana. Menghela nafas pelan, Changkyun kembali memikirkan hari pertama yang ia habiskan di sekolah Daniel.
Menyenangkan sih, teman-teman sekelas Daniel semuanya sangat baik, apalagi Dino, sangat berbanding terbalik dengan teman-teman sekelasnya yang terkesan acuh karena masing-masing dari mereka hanya mementingkan nilai yang sempurna dan menganggap siswa lain adalah saingan mereka.
Menyebalkannya adalah sosok bernama Lee Jooheon yang ternyata seangkatan dengan Daniel itu. Untung saja kelas mereka berbeda. Jika saja mereka satu kelas... Aih... Changkyun merinding membayangkannya.
Ketenangan Changkyun terganggu saat ada suara gaduh yang sepertinya tidak jauh dari tempatnya duduk. Dengan penasaran, Changkyun mencari sumber suara gaduh itu yang ternyata berasal dari sekelompok siswa yang mengenakan seragam yang tidak Changkyun ketahui dari sekolah mana, sedang mengeroyok seorang siswa yang dari seragamnya, Changkyun yakin bahwa siswa itu adalah salah satu siswa di sekolah Daniel.
"Kalian ini beraninya main keroyok ya?"
Suara Changkyun yang lantang membuat tiga siswa dengan yang sedang mengeroyok itu menoleh.
"Lo siapa? Gak usah ikut campur!"
Changkyun tersenyum miring. "Yang lo gangguin itu temen sekolah gue."
Siswa yang sedang dikeroyok itu tiba-tiba mendongak dan Changkyun terkejut melihat siapa orangnya.
Tau gitu gak gue bantuin!
Itu Lee Jooheon, dengan nafas berantakan dan juga wajah terluka di sana sini. Meskipun malas, tapi Changkyun tidak tega juga melihat kondisi Jooheon seperti sekarang.
"Gue bisa laporin kelakuan kalian ke polisi. Oh, sekedar info aja nih, papa gue jendral di kepolisian." Ucap Changkyun santai sambil melipat tangannya di depan dada.
"Lo mau bohongin kita pake trik murahan lo? Lo pikir kita bakal ketipu?"
"Kalo lo gak percaya, coba aja cek. Nama papa gue Im Sanghyun."
Memang benar sang papa adalah jenderal di kepolisian dengan status masih aktif hingga saat ini. Tidak banyak yang tahu karena baik Changkyun maupun Daniel tidak terlalu suka mengumbar kehidupan pribad mereka. Tapi mau bagaimana lagi? Sekarang situasinya sedang gawat dan Changkyun mau tidak mau harus menggunakan kartu As nya.
Melihat ketiga siswa yang tidak bergeming itu, Changkyun menghela nafas pelan kemudian mengambil ponselnya di saku celana. "Atau mau gue aja yang telponin ke kantor polisi? Biar kalian percaya?"
Akhirnya salah satu dari tiga siswa itu menarik teman-temannya untuk pergi.
"Inget aja urusan kita belum kelar!"
Changkyun mencibir kemudian berjalan mendekati Jooheon.
"Lo gapapa?" Tanya Changkyun dengan nada yang jelas sekali bahwa sebenarnya pemuda manis itu malas bertanya.
Jooheon mendecih pelan, berusaha berdiri tegak yang nyatanya sedikit sulit mengingat kondisi tubuhnya yang babak belur.
"Kenapa harus lo lagi?"
"Heh! Bukannya makasih kek udah dibantuin! Gue juga gak bakal bantuin kalau dari awal gue tau kalo yang dikeroyoj itu lo! Udah lah! Males gue sa-"
Ucapan Changkyun berhenti saat ia melihat tubuh Jooheon yang limbung ke arahnya.
"Eh?? Heh! Aduh, pake acara pingsan segala lagi! Nyusahin banget sih?!"
Changkyun menggerutu namun tetap berusaha sekuat tenaga untuk membopong tubuh Jooheon ke mqobilnya dan membawanya ke rumah sakit.
***
"Ngapain lo masih disini?"
Changkyun melirik sebal ke arah Jooheon yang baru saja bangun namun sudah melontarkan pertanyaan yang membuatnya emosi.
"Gue masih punya hati ya buat gak ninggalin lo di rumah sakit sendirian."
Jooheon hanya terdiam sambil menatap langit-langit.
"Lagian lo ngapain sih berantem kalo tahu ujung-ujungnya bakal kalah?" Gerutu Changkyun.
"Gue gak ngapa-ngapain. Mereka tiba-tiba nyerang gue duluan gara-gara kalah balapan sabtu kemarin."
"Dih! Gak gentle banget sih. Kalah ya udah kalah aja, ngapain main keroyokan gitu?" Lagi, Changkyun menggerutu kesal membuat Jooheon melirik ke arahnya dan memperhatikan wajah Changkyun.
"Jumat kemarin lo nolak gue, kenapa sekarang lo malah nolongin gue?"
Changkyun menoleh dan menatap kesal ke arah Jooheon. "Dibilang gue masih punya hati buat gak ninggalin orang yang lagi kesusahan juga." Changkyun kemudian memicingkan matanya. "Lagian kok lo bisa suka sama ad- eh, maksudnya suka sama gue sih?"
Bukannya menjawab, Jooheon malah menjulurkan lidahnya. "Kepo."
"Pantesan aja ditolak sama Danny." Gerutu Changkyun pelan.
"Ngomong apa lo barusan? Ngeledek gue?" Sahut Jooheon.
"Kepo." Balas Changkyun sambil mendengus pelan. "Pulang aja lah gue. Gak guna nemenin orang kayak lo."
Changkyun bangkit berdiri dan Jooheon tanpa sadar mengulurkan tangannya dengan cepat, melupakan jika di tangannya terdapat lebam cukup besar karena tadi sempat melindungi kepalanya dari pukulan balok kayu.
"Eh- akh!"
Mendengar Jooheon yang mengerang kesakitan, Changkyun pun berbalik dan membulatkan matanya saat melihat Jooheon memegangi tangan kanannya yang lebam dengan mata terpejam erat.
"Eh! Eh! Aduh, gue panggilin dokter ya ben-"
"Gak usah." Ucap Jooheon di sela-sela ringisannya. "Gara-gara lo nih."
"Kok jadi gue yang salah?!" Sahut Changkyun tidak terima.
"Ya kan gue mau nyegah lo buat pulang."
Merasa sedikit bersalah, Changkyun akhirnya kembali mendudukkan dirinya di kursi, di samping kasur Jooheon.
"Ya udah, gue tungguin. Jam 7 gue pulang tapi."
Changkyun mendengus ketika Jooheon hanya mengangguk kemudian berbaring menyamping dan memunggunginya. Pemuda manis itu mengangkat kepalan tangannya dan meninju udara untuk menyalurkan rasa kesalnya.
Tidak tahu saja bahwa Jooheon memunggungi Changkyun hanya untuk menyembunyikan lengkungan ke atas yang muncul di bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/308105294-288-k995314.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Switch (Jookyun)
Short Storyini semua karena permintaan adik kembarnya yang aneh tapi nyata.