13

177 38 1
                                    

Changkyun terdiam dan membiarkan Jooheon menumpahkan air matanya dalam diam. Tangan Changkyun perlahan-lahan terangkat dan mengusap punggung Jooheon dengan lembut, sesekali menepuknya tanpa mengatakan apa-apa karena ia tahu, yang Jooheon butuhkan saat ini bukanlah kalimat-kalimat yang bersifat menghibur, melainkan sebuah rasa nyaman yang Changyun harap, pelukannya bisa memberikan rasa nyaman kepada Jooheon.

15 menit pun berlalu dan akhirnya Jooheon lah yang pertama kali melepas pelukannya lalu menundukkan kepalanya. Changkyun pun sedikit membungkukkan tubuhnya untuk melihat wajah Jooheon.

"Gue obatin lagi ya?" Tanya Changkyun dengan lembut dan pemuda manis itu tersenyum ketika Jooheon mengangguk kecil. Dengan telaten Changkyun membersihkan bekas air mata di wajah Jooheon kemudian kembali mengobati luka-luka di wajah Jooheon, melupakan rasa kantuk dan juga rasa kesalnya terhadap pemuda di hadapannya ini.

Setelah selesai, Changkyun pun membereskan bekas-bekas kapas yang ia pakai kemudian merapikan kotak obat milik ruang kesehatan sebelum mengembalikannya ke tempat semula. Setelah itu Changkyun menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Jooheon.

"Lo istirahat aja sana." Changkyun tidak tahu kenapa, tapi melihat kondisi Jooheon saat ini membuatnya tidak tega untuk bersikap ketus kepada pemuda itu. 

Jooheon mendongak dan menatap Changkyun. "Lo..."

Changkyun mengangkat sebelah alisnya ketika Jooheon tidak kunjung melanjutkan ucapannya. "Gue kenapa?"

"Enggak jadi."

Changkyun mendengus pelan namun detik berikutnya tersenyum kecil. "Udah ah. Lo istirahat sana. Gue juga mau tidur, ngantuk banget semalem begadang buat ngerjain tugas sejarah." Ucap pemuda manis itu untuk mencairkan suasana sambil beranjak ke arah kasur yang ada di sebelah kasur yang ditempati oleh Jooheon dan berbaring di sana tanpa menutup tirai pembatasnya. Namun belum juga ia membaringkan tubuhnya, Jooheon tiba-tiba sudah menarik Changkyun untuk berbaring di kasur yang berada di ujung ruangan.

"Heh?? Mau ngapain??" 

"Udah diem."

Jooheon memeluk tubuh mungil Changkyun, menjadikannya seperti guling dadakan.

"Gue mau tidur di sebelah aja." Changkyun memberontak kecil namun Jooheon malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Please, kayak gini dulu."

Mendengar suara lirih Jooheon, akhirnya Changkyun pun mengalah dan membiarkan Jooheon memeluknya. Lagipula Changkyun sudah terlalu mengantuk untuk memberontak. Pemuda manis itu akhirnya memilih untuk menyamankan posisinya, membiarkan Jooheon menyandarkan dagunya di puncak kepalanya dan akhirnya keduanya tertidur di atas kasur yang sama hingga menjelang jam istirahat pertama.





***




Keesokan harinya, Jooheon menunggu kedatangan Changkyun di parkiran. Setidaknya ia harus berterima kasih karena Changkyun sudah membantu mengobati lukanya kemarin. Senyuman terbit di bibir Jooheon ketika melihat mobil putih itu memasuki area parkir. Pemuda Lee itu berusaha menetralkan ekspresinya sebelum turun dari mobil dan menghampiri Changkyun.

"Oi."

"H-hah?"

"Lo..." Jooheon mengerutkan keningnya. "Bukan Changkyun ya?" Pemuda Lee itu sadar karena pemuda manis yang ada di hadapannya saat ini, menatapnya dengan tatapan takut, berbeda dengan tatapan yang Changkyun berikan biasanya.

Daniel segera mengangguk. "K-kak Kyun ada pelatihan lomba di sekolahnya." Cicitnya pelan sambil menundukkan kepala.

"Berapa lama?"

"Eum... 5 hari sih."

"Oh."

Suasananya benar-benar canggung. Daniel masih tidak menyangka jika pagi harinya akan disambut oleh Jooheon seperti ini. Jujur saja ia takut jika harus berlama-lama dengan Jooheon, tapi Daniel juga tidak berani untuk beranjak lebih dulu.

"Gue... boleh minta nomernya Changkyun?"

Sontak Daniel mendongak dan menatap Jooheon dengan terkejut namun detik berikutnya, Daniel mengangguk kuat. "Boleh! Boleh banget!" Pemuda manis itu kemudian menyebutkan sederet nomor yang merupakan nomor ponsel milik kakaknya yang sudah ia hafal di luar kepala dengan Jooheon yang langsung mengetikkan nomor milik Changkyun pada ponselnya dan menyimpannya.

"Thanks."

"Iya, sama-sama Jooheon." Daniel tersenyum manis kemudian memberanikan diri untuk berpamitan ke kelas tanpa menyadari sepasang mata yang sejak tadi sudah memperhatikan keduanya dari kejauhan.

Switch (Jookyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang