Amelia Pandora.
Seorang gadis dari kalangan bangsawan yang memiliki mana sihir sejak lahir. Ia ditelantarkan oleh orang tuanya dan dimasukkan ke panti asuhan pada saat berumur 5 tahun.Saat umurnya yang ke 10, ia diadopsi oleh seorang pria tak dikenal, ia tidak diadopsi seorang diri melainkan juga dengan teman nya yaitu Kenzie yang diadopsi bersamanya. Mereka berdua hidup bersama di menara sihir sembari meningkatkan dan mengontrol mana mereka masing-masing.
Setiap harinya Master Albert memenuhi kebutuhan mereka dari mulai pakaian, makanan sampai tempat yang sangat layak untuk mereka. Sebenarnya kenapa Master mengadopsi kami? Itu pertanyaan yang masih Amelia simpan sampai sekarang.
『 ✧⁸ 』
Kini, bulan sudah tepat berada di tengah-tengah langit malam. Lumie dan Amelia pun berinisiatif untuk pulang kembali ke tempat peristirahatan mereka karena sudah mulai mengantuk.
Hanya ada hembusan angin dan langkah kaki mereka sekarang. Tapi, sepertinya ada hal yang menganggu mereka.
"Apakah hanya aku yang merasakannya?" bisik Amelia yang berjalan kaku.
"Ha, ternyata kamu juga menyadari hal tersebut."
"Sayangnya hutan ini sangat sensitif terhadap sihir, jadi aku tidak bisa mendeteksi apa yang mengikuti kita," tambah Amelia.
"Dia Elf yang tadi," timpal Lumie melirik sebentar kebelakang.
"Sudahlah biarkan saja, nanti dia juga pergi dengan sendirinya," ucap Amelia.
Dan benar saja, beberapa menit kemudian sepertinya Elf itu berhenti mengikuti mereka dan membuat mereka berdua lega untuk berjalan kembali menuju tempat peristirahatan.
✧
"Kalian dari mana saja sih?" tanya Kenzie merenggut. Dia langsung menghampiri setelah mereka keluar dari balik hutan lebat itu.
"Sepertinya kami agak lupa waktu disana," jawab Lumie dengan santai, ia langsung berjalan masuk ke tenda Amelia dan berbaring disana.
Perkataan Lumie sangat benar!
"Ngomong-ngomong mereka berdua sedang apa?" Amelia menunjuk dua pemuda yang memegang sebuah pedang dengan sangat fokus.
"Mereka sedang berlatih."
"Kamu tidak ikut? Bukankah kamu juga bisa menggunakan pedang?" tanya Amelia.
"Kapan-kapan saja," jawabnya dengan ekspresi malas.
Mereka berdua sama-sama diam seribu bahasa sembari melihat latihan pedang kedua pemuda yang jarak nya agak jauh dari mereka itu.
"Mau minum teh bersama?" ajak Kenzie secara tiba-tiba.
"Boleh saja."
Mereka berdua berjalan menuju meja yang tadi mereka pakai untuk makan. Kenzie menuangkan teh kedalam cangkir dengan sangat hati-hati, dia seperti seorang yang berpengalaman.
"Terimakasih," Amelia menerima segelas cangkir yang diberi Kenzie. Mereka berdua meminum teh masing-masing tanpa berbicara sepatah kata pun.
'Kalau dipikir-pikir sejauh apapun aku mencari, aku tidak pernah tahu asal dia, tapi sepertinya dia juga seorang bangsawan.' pikir Amelia sembari sesekali meminum tehnya.
"Apa yang kamu dapatkan di danau?" tanya Kenzie memulai percakapan.
"Ada aliran sihir yang besar disana, juga, aku bertemu half elf."
"Half elf?"
"Iya, aku baru tahu bahwa ada elf yang memperlihatkan dirinya dihadapan manusia."
"Jika kamu bertemu lagi dengan makhluk semacam elf abaikan saja."
"Aku juga memang berniat mengabaikan nya lain kali," sanggah Amelia.
'Elf bisa berbahaya, apalagi jika muncul didepan penyihir bermana besar seperti Amelia.'
Sungguh, itu adalah tea time tercanggung mereka. Tea time di tengah malam dengan pemandangan hutan lebat, hembusan angin dan suara hunusan pedang yang menyatu disana.
✧
Wush~
Hembusan angin mengayunkan rambut seorang pemuda bersurai silver yang sedang duduk di sebuah bangku kayu. Siapa dia? Benar sekali dia adalah pemuda bernama lengkap Kenzie Gavriel.Pemuda bersurai silver dengan netra merah menyala itu kini sedang duduk seorang diri di luar tenda. Amelia, Lumie, Kanglim dan Leon sudah tertidur pulas di dalam tendanya masing-masing.
Dia duduk diluar karena ada banyak sekali hal yang mengganggu pikiran nya.
Krsksksk
'Apa itu?' Kenzie berdiri dari tempat ia duduk dan menjadi sangat waspada.
"Duduk diam saja manusia."
"Siapa kamu?" Kenzie sekarang telah mengeluarkan pedang nya. Darimana pedang itu? Pedang nya keluar tentu dengan sihir.
"Elf," seorang gadis half elf bersurai blonde dengan netra hijau muncul secara tiba-tiba di hadapan Kenzie.
'Apa dia elf yang diceritakan Amelia?' batin Kenzie, ia percaya bahwa gadis didepannya adalah elf karena telinga gadis itu berbeda dari manusia pada umumnya.
"Ada keperluan apa Elf sampai menunjukkan diri pada manusia?"
"Mari bekerjasama," tawarnya..
✧
"Gerak geriknya sangat mencurigakan," bisik Kanglim pada Leon di dalam tenda.
"Apa Amelia tidak curiga padanya?" tanya Leon.
"Entahlah, tapi sepertinya orang itu sangat pandai membuat karakter sampai tidak dicurigai."
"Kamu ingin menyelidikinya?"
"Tentu saja!"
Pembicaraan mereka berakhir dengan sedikit perdebatan kecil di tenda.
✧
Flashback, Kanglim POV.
Tidak habis pikir, mereka bahkan sudah menyiapkan empat kuda untuk pelarian?! Setelah bertanya-tanya dengan diriku sendiri, Amelia bercerita bahwa kuda ini diurus oleh mereka. Tapi, bagaimana mereka bisa mengurus empat kuda sekaligus? Aku yang merawat satu tanaman saja tidak bisa mengurusnya dengan benar sampai-sampai tanaman itu layu.
Mereka berdua benar-benar harus diwaspadai. Mungkin setengah ingatan ku yang kembali pulih ini bisa memberiku sedikit petunjuk tentang siapa yang harus kupihak nanti. Juga, sepertinya aku harus menanyai si blonde tentang ingatannya.
Apa ini adalah pilihan paling tepat untuk sekarang?
✧✧✧
Setelah Ame POV, tebak minggu depan POV siapa?
Revisi done ✓
Chibi Ame ↓
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐒𝐒𝐑𝐎𝐀𝐃𝐒 [ Slow Update ]
Adventureー ON GOING Kanglim dan Leon, dua orang yang telah menjadi rival dari awal pertemuan tiba-tiba dibawa menuju dunia lain. Kedua rival itu harus bekerja sama untuk menyelesaikan semua teka-teki rumit yang terjadi di Kerajaan. Apa takdir yang akan merek...