⌗ Nineteen : Kebetulan

121 23 2
                                    

❥ • --
◞ 𝐣ust 𝐟an𝐟iction ◦˳ 𝗞𝗮𝗻𝗴𝘆𝗼𝗻 : 𝗜𝗻 𝗔𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗗𝗶𝗺𝗲𝗻𝘀𝗶𝗼𝗻 📼 𝐈ncidentally 💭 %

• ― ♤ ✦ ♧ ― •

Setelah istirahat sebentar di mansion, Kanglim kembali pergi menuju desa dengan setelan polos dan jubah navynya.

Mari beraksi.

Apa yang akan dia lakukan? Tentu saja melakukan pekerjaan berbahaya.

BRUK.

"Lemah sekali," cibir Kanglim memutar bola mata malas, tudungnya turun dari puncak rambutnya menampakkan surai hitam gelapnya.

Kanglim mengambil sapu tangan dari saku dan menyeka bagian pedang yang terkena cipratan darah. Pedangnya harus terlihat bersih untuk menebas orang berikutnya.

Sudah empat. Tinggal satu target lagi.

Kanglim keluar dari gubuk tua itu dan membakarnya dengan kekuatan elementalis miliknya.

Tuk - tuk - tuk. Seorang pria yang datang entah darimana tiba-tiba muncul di belakang punggung Kanglim. "Ternyata ini pekerjaan yang dilakukan seorang pahlawan, ya." ujar pria tersebut.

Kanglim dengan sigap berbalik dengan ekspresi terkejut. "Kau siapa?" tanyanya dengan pedang yang sudah berada dalam ancang-ancang.

"Anggap saja aku sebagai final boss dalam dunia mu." Pria tersebut berkata dan menghilang begitu saja.

Dia menghilang tanpa meninggalkan aura suatu kekuatan. Siapa dia?

• ― ♤ ✧ ♧ ― •

Illegal bar.

Suara bising menderu di dalam bar. Orang-orang bertubuh besar lah yang memenuhi kursi-kursi yang tersedia. Kanglim berjalan dengan pandangan menatap lurus kedepan, tentu saja pandangan itu membuat orang-orang disekitarnya terlihat kesal, bahkan terlihat memiliki dendam tersendiri pada Kanglim.

Alih-alih ikut kesal, orang bersangkutan malah santai, karena tak lama lagi bar ini pun akan mendapat hal yang sepantasnya di dapatkan.

Kanglim duduk tepat di kursi yang berhadapan langsung dengan barista.

"Apa ada wine yang ada sukai, pelanggan?" tanya seorang barista yang mendatangi Kanglim.

"Berikan wine terbaik yang dimiliki bar ini. Sejenis yoghurt, mungkin."

Barista tersebut mengerti maksud dari pelanggan spesial satu ini. "Mari ikut saya," ajak sang barista memimpin perjalanan menuju sebuah ruang rahasia.

Barista tersebut berhenti di sebuah pintu yang sudah cukup tua, "Silahkan masuk, Tuan."

Tanpa di suruh pun, aku akan tetap masuk.

Kanglim masuk ke dalam ruangan dan meninggalkan barista tersebut di luar ruangan. Terlihat seorang pria bersurai pirang yang sedang membelakangi dirinya.

Dia sangat familiar ...

"Kau Leon, kan?" tanya Kanglim tanpa pikir panjang.

Entah ilusi atau bukan, tapi beberapa detik setelah pertanyaan yang dilontarkan oleh nya. Badan pria bersurai pirang itu terlihat gemetar. Apakah dia tadi tertawa?

Surai pirangnya bergerak mengikuti alunan angin yang samar-samar lewat. Dia berbalik dengan senyuman puas, "Selamat datang, The Midnight." sambutnya.

"?!?!?!"

• ― ♤ ✧ ♧ ― •

"AHAHAHA. Aku tidak menyangka kamu akan langsung mengenali ku," ucap Leon dengan tawa puas.

"Aku mengenali mu, karena itu kamu ...." gumam Kanglim.

"Apa? Aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan."

"Kenapa kamu bisa menjadi pemilik bar illegal?" tanya Kanglim mengganti topik.

"Tentu saja untuk mendapatkan uang."

Doeng. Seperti ada batu kecil yang jatuh diatas kepala Kanglim. Jawabannya tidak salah, tapi salah. Kanglim tidak habis pikir dengan isi otak praktis Leon.

"Kamu tahu, kan. Apa sebab-akibat yang akan terjadi jika pemilik wilayah mengetahui keberadaan bar illegal di wilayahnya."

"Untuk apa harus waspada. Pemilik wilayahnya saja ada dihadapan ku sekarang," lontar Leon yang masih tetap dengan jawaban praktisnya.

"Pantas saja." Kanglim menghela nafas berat. Dia bersandar pada sofa lembut di belakangnya. "Jadi, kamu berniat menutup bar saat tengah malam nanti?"

"Sesuai pemikiran mu."

"Hah, aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang." Kanglim menutup wajahnya dengan tangan kanannya. Dia telah menghilangkan semua tujuannya pada hari itu.

Setelah berbincang sebentar, Kanglim pergi dari bar menuju tempat di mana sesuatu hal aneh muncul beberapa waktu lalu. Tentunya Leon tidak ikut karena harus mengurus bar nya yang sebentar lagi akan gelar tikar.

Semua jalanan di daerah ini ... buntu.

"Mari berkeliling sebentar dan kembali."

Kanglim mendekati satu jalan buntu dan mengiris jarinya agar mengeluarkan darah. Dia membuat lingkaran di dinding buntu tersebut dengan darah miliknya.

Sringg. Sebuah lorong muncul setelah lingkaran tercipta dengan sempurna.

"Daerah alchemy? Menarik juga," kata Kanglim sambil berjalan masuk ke dalam lorong.

Suara gaduh dan riuh terdengar jelas dari ujung lorong yang dilewatinya. Kanglim melangkah dengan sedikit lebih cepat untuk mengetahui asal dari suara gaduh dan riuh yang ia dengar.

Segerombolan manusia berjubah mendominasi tempat ini. Tidak ada yang aneh dari sini, ini terlihat seperti sebuah pasar ramai pada umumnya. Tapi, disitulah keanehannya. Mengapa ada sebuah pasar yang ditutupi dari publik? Bahkan akses masuknya saja harus memakai sebuah kekuatan.

Apa ini sebuah tempat perdagangan illegal? Banyak bahan yang terasa asing bagi penglihatan ku. Aku harus mencari tahu lebih lanjut.

Dia berjalan memasuki kerumunan dan melihat-lihat apa saja yang dijual oleh para pedagang. Mulai dari rempah, pangan sampai potion tersedia di pasar ini. Anehnya wujuh dari semua itu terlihat mengerikan.

Perut ku mual.

Kanglim bergerak dengan cepat mencari pintu keluar dari pasar illegal tersebut. Ia menahan napas agar bau aneh yang muncul tak dapat menyerang kekebalan tubuhnya.

"Dasar, pasar sialan," umpat Kanglim bersandar di dinding gang.

• ― ♤ ✧ ♧ ― •

Saya sebagai author, berpikir bahwa diri saya ini tidak konsisten dalam menulis😔☝🏻

Walau tidak konsisten nulis dan ide suka macet ditengah-tengah, saya selalu berusaha update tiap Sabtu dengan tulisan seadanya.

Hm ... kenapa jadi curhat begini ya? Aah entahlah, pokoknya see you next chp!

𝐂𝐑𝐎𝐒𝐒𝐑𝐎𝐀𝐃𝐒 [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang