⌗ Twenty Three : Kesepakatan

220 21 7
                                    

❥ • ---
◞ 𝐣ust 𝐟an𝐟iction ◦˳ 𝗞𝗮𝗻𝗴𝘆𝗼𝗻 : 𝗜𝗻 𝗔𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗗𝗶𝗺𝗲𝗻𝘀𝗶𝗼𝗻 📼 Deal 💭 %

• ― ♤ ✦ ♧ ― •

Kebetulan terjadi saat mereka bertiga tengah melewati pasar.

"Dia disana," ujar Gavriel melirik pada pria berjubah di depan sana.

Orang yang dibicarakan bergerak mendekat ke arah mereka.

"Kita harus secepatnya pergi dari sini. Terlalu banyak yang mengawasi," imbuh Leon.

"Kamu habis melawan sesuatu, ya?" tanya Amelia.

"Mari kita berbincang di dalam." Gavriel menyela. Mereka akhirnya berjalan dengan cepat menuju penginapan.

Untungnya penginapan mereka terbilang cukup jauh dari pusat pasar. Yang artinya orang-orang yang mengejar mereka lima puluh persen belum menggeledah penginapan ini. Lima puluh persen sisanya masih kemungkinan, sebab aksi pencurian tadi menjadi tanda tanya besar bagi Kanglim.

"Rencana awal kita yaitu menuju pusat Ibukota dan mengungkap identitas. Namun dengan peristiwa ini sepertinya kita harus menghapus rencana awal dan membuat rencana yang lebih matang," jelas Gavriel yang mondar-mandir kesana kemari.

"Selama dua tahun ini, apa yang sebenarnya ingin kalian tuju?" tanya Amelia pada dua pemuda di hadapannya.

Mereka berdua diam seribu bahasa.

Leon yang semula ragu akhirnya membuka mulut, "mengubah ramalan dan kembali ke dunia kami."

Amelia tersentak, "tujuan kalian sudah berubah, ya?"

"Di dunia ini eksistensi kami dipertanyakan, jika kami muncul kembali setelah dinyatakan menghilang, itu akan menjadi tanda tanya besar bagi seluruh rakyat Kerajaan. Dan skenario terburuknya mungkin kami akan diminta kembali untuk menjadi Ksatria dan menjaga Kerajaan sampai akhir hayat," jelas Leon.

"Lagian skill kami te-riset, yang artinya kemampuan kami yang dulu dan sekarang tentu akan berbeda. Aku bukanlah aku yang dulu," lanjut Kanglim tegas.

Hening, keempat insan itu tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Cangkir teh yang sedari tadi Amelia pegang ditaruhnya. Ia bangkit, bergerak mengitari sofa yang diduduki oleh kedua lelaki di hadapannya,

Telapak tangannya meraih bahu Gavriel,

"Master Albert benar. Mau seberapa keras kami mengubahnya, semua itu akan tergerak sesuai garis takdir yang telah ditentukan," lirih Amelia.

Ia melirik ke belakang,

Pion-nya telah mengambil jalan lain rupanya.

"Kalian pasti telah mengetahui identitasku. Seorang Putri Marquis sekaligus Putri dari dua penyihir hebat pada masanya." Amelia menarik napasnya dalam-dalam. Mengingat memori indahnya yang harus terpaksa ia kubur. "Kadang, percampuran jiwa antara dua orang penyihir dapat menciptakan entitas spesial. Aku mendapat berkat pada indra penglihatan. Jiwa dan memori kalian dapat dikorek sesuka hati olehku," ungkap Amelia.

𝐂𝐑𝐎𝐒𝐒𝐑𝐎𝐀𝐃𝐒 [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang