⌗ Twenty Five : Ray

159 13 9
                                    

❥ • --
◞ 𝐣ust 𝐟an𝐟iction ◦˳ 𝗞𝗮𝗻𝗴𝘆𝗼𝗻 : 𝗜𝗻 𝗔𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗗𝗶𝗺𝗲𝗻𝘀𝗶𝗼𝗻 a.k.a 𝐂𝐫𝐨𝐬𝐬𝐫𝐨𝐚𝐝𝐬 📼 Ray 💭 %

• ― ♤ ✦ ♧ ― •

"Tidak ada hal buruk, hanya saja ada gangguan dalam memorinya. Kemungkinan besar dia akan hilang ingatan untuk sementara waktu," ujar tabib yang membuat Kanglim serasa disambar oleh petir imajiner.

Okay. Ini mirip sekali seperti adegan film, batin Kanglim seraya menggigit jari-jarinya.

Sebab tidak percaya omongan tabib, dia menodong sang tabib yang akan segera pergi,

"Tuan. Tabib. Tolong. Katakan. Yang. Sejujur. Jujurnya." Tatapan tajam dari Kanglim membebani tabib, dia berdeham lalu melanjutkan kata-katanya, "saya sudah berbicara sejujur-jujurnya, Tuan. Jika Anda ingin memastikannya, silahkan tunggu sampai beliau bangun. Saya keluar dulu," pamit sang tabib buru-buru pergi dari ruangan dimana Leon dibaringkan.

Kanglim merunduk, hah, lagi-lagi sial.

"Ini bukanlah sebuah kesialan, manusia."

Gaya bicara khas rubah kecil, Kanglim melirik ke arah sumber suara.

"Kamu selalu saja menyelipkan teka-teki ketika berbicara dan lagi, apa kamu bisa mendengarkan batinku?" tanya Kanglim dengan tatapan seteru.

Lumie memutar bola mata, "Pikir saja sendiri, ngomong-ngomong lihatlah dia" kaki kecilnya menunjuk pada ranjangーlantas presensinya menghilang mengikuti deruan angin yang masuk.

Kanglim dapat melihat bahwa jari-jari Leon bergerak, ditambah ekspresi yang terusik. Kesadarannya sudah mulai kembali, Kanglim memegang tangan kanan Leon erat-erat, berharap sebuah keajaiban datang.

Haruskah aku memanggil tabib? Atau menunggu dia siuman dulu ...

Ketika rasa khawatir Kanglim mencapai puncak dia akhirnya memutuskan untuk memanggil tabib, akan tetapi, kala tungkainya mulai bergerak meninggalkan ruanganーsalah satu lengannya ditarik yang membuatnya terkesiap,

"Kamu mau kemana, Azraelve?" ucapan Leon dengan ekspresi pucat serta keringat dingin yang mengucur membuat mata Kanglim membelalak,

Perkataan itu membuatnya bolak-balik menengok, lalu kembali duduk di samping ranjang. Ada kemungkinan ucapan tadi tidak dia dengar saking linglungnya,

" ... Kamu bangun,"

Leon terkekeh, "kenapa wajahmu seperti itu? Seperti tidak pernah melihatku terbaring saja. Ini sudah biasa 'kan?" ujarnya. Dengan santai dia membuang selimut yang menutupi tubuhnya dan beranjak bangun dari ranjang.

"Tunggu dulu, kamu tidak bolehー"

Leon bergerak ke arah jendela dan memperhatikan aktivitas warga desa dari balik kaca, "Oh, hey. Ada apa dengan desa ini? Mengapa mereka hidup rukun sekali? Azraelve, sebenarnya berapa lama aku terbaring?" pertanyaan aneh beserta wajah kebingungan Leon membuat Kanglim keheranan dibuatnya.

Desa? Hidup rukun? Sejak kapan dia memperhatikannya dengan se-detail itu? Lalu ... Azraelve?















"Kalian adalah Kanglim Azraelve dan Leon Raymond. Kedua Komandan pasukan besar Kerajaan."















𝐂𝐑𝐎𝐒𝐒𝐑𝐎𝐀𝐃𝐒 [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang