⌗ Twenty Two : Waktu

212 19 6
                                    

❥• --
◞ 𝐣ust 𝐟an𝐟iction ◦˳ 𝗞𝗮𝗻𝗴𝘆𝗼𝗻 : 𝗜𝗻 𝗔𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗗𝗶𝗺𝗲𝗻𝘀𝗶𝗼𝗻 📼 Time 💭 %

Sebuah mansion besar berada tepat di hadapannya. Leon berdiri dengan rasa bingung yang menghantui pikirannya. Beberapa saat kemudian ia melangkah masuk ke dalam mansion tersebut.

Sudah lebih dari dua tahun lamanya ia tinggal di mansion ini. Tak ada yang berubah sama sekali disini, masih terlihat mewah seperti saat ia datang pertama kali. Dibukanya pintu dengan suasana hening. Tak ada pelayan yang berlalu lalang. Leon menaiki tangga menuju lantai dua, atau yang bisa disebut sebagai tempat pribadi para penghuni mansion.

Lagi, hening menyambut saat kakinya sampai pada lantai dua. Apa benar ini mansion yang ia tinggalkan selama beberapa hari? Biasanya saat ia mencapai tangga terakhir untuk sampai ke lantai dua, ada beberapa pelayan yang berlalu lalang dan menyapanya.

Apakah ada sebuah kejadian pembunuhan berantai? Tidak, terlalu dini untuk berpikir seperti itu. Bisa saja mereka mengambil cuti atau hal lain, kan?

Leon mengambil langkah menuju ruang sang pemilik mansion.

Kini ia telah sampai tepat di depan ruangan. Leon menghembuskan napa berat dan mengetuk pintu, lalu diam menunggu jawaban.

"Masuklah."

Ia membuka pintu tersebut dan melihat para penghuni mansion yang telah berkumpul di ruangan tersebut. Gavriel yang duduk pada kursi meja kerjanya, Amelia dan Kanglim yang duduk berhadapan di sofa.

"Kau terlambat lima detik," ujar Gavriel melirik jam di meja kerjanya.

Dengan raut kebingungan Leon bertanya, "Apa terjadi suatu masalah?"

"Ini sudah waktunya."

• ― ♤ ✧ ♧ ― •

Seminggu kemudian.

Terjadi penyerangan secara membabi-buta di mansion pada dini hari. Penyerangan tersebut dipimpin langsung oleh anjing setia keluarga Kerajaan. Sayangnya, mereka telat satu langkah dari Gavriel yang telah memprediksi peristiwa yang akan datang.

Tepat dua hari sebelum penyerangan, Gavriel, Amelia serta Kanglim dan Leon telah pergi duluan meninggalkan mansion. Para pelayan yang bekerja disana pun ikut pergi sehari setelahnya, karena mereka harus membakar semua barang-barang yang bisa memberikan si penjarah suatu petunjuk.

Matahari menyapa. Kini adalah hari ketiga perjalanan Gavriel dan kawan-kawan menuju Ibukota Kerajaan. Mereka telah melewati hutan mati, yaitu hutan yang dirumorkan dihuni sejuta monster.

"Cih, tak ada apapun di dalam sana. Darimana sebenarnya rumor itu bisa menyebar." Kanglim mendecih karena merasa kurang mendapatkan agrenalin setelah melewati hutan tersebut.

"Itu akal-akalan adik tiriku saja. Sebenarnya di dalam hutan itu terdapat mineral baru, dia ingin memonopoli-nya sendiri," ujar Gavriel.

"Rencananya tetap berjalan, kan?" tanya Kanglim memastikan.

"Hmm ... Mungkin," jawab Gavriel.

Ada jeda dalam jawabannya, sepertinya dia tidak terlalu yakin dengan rencana ini.

Baru saja berucap demikian, seorang shadow datang membawa informasi. Lajur yang sedang mereka lalui ternyata tengah dijaga ketat oleh Ksatria Kerajaan wilayah perbatasan.

"Sialan, mereka sampai berbuat hal semacam ini. Gila," umpat Gavriel memijat kelopak matanya.

Kanglim dapat membaca situasinya dalam sekejap. Langkah kami berikutnya diperkecil dengan kecurigaan dari pihak Kerajaan, dan sejujurnya setengah rencana yang mereka berduaーGavriel dan Ameliaーrangkai. Kanglim tidak mengerti secara keseluruhan, rasanya seperti ada yang salah disini.

𝐂𝐑𝐎𝐒𝐒𝐑𝐎𝐀𝐃𝐒 [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang