21. Fans Ceisya (20+)

1.7K 135 24
                                    

Pembaca di bawah 17thn harap bijak ya. Hehehe..

......

*10 Tahun Yang Lalu*

Ada mata tajam yang menatap takut di balik kacamata tebal dan tampilan culunnya saat berhadapan dengan beberapa lelaki berpenampilan keren.
"Ma-maaf Zafar."

Lelaki tampan dengan rahang tegas dan berlesung pipi itu menghela napas. "Lo tahu 'kan Xavier, kalau gue enggak akan perduli mau lo ngapain dan bagaimana tetapi kesalahan fatal lo adalah lo bantuin cewek gue dan sentuh tangan cewek gue."

"Mawar hampir jatuh, gue enggak sengaja lewat dan memegang tangannya." Lelaki culun bernama Xavier itu menunduk takut.

"Woi." Suara teriakan perempuan membuat Zafar mendengus. Ceisya yang mengenakan seragam putih abu-abu bersama dengan Mawar yang berdiri di belakangnya menatap kecewa pada Zafar. Ceisya melangkahkan kakinya mendekati Zafar. "Mawar nangis gara-gara lo, bisa-bisanya lo mau ngebully cowok enggak bersalah."

"Dia salah Cei. Dia pegang tangan cewek gue." Zafar menjawab.

"Ya terus? Dia 'kan enggak sengaja, dia bantuin cewek lo. Lagian lo posesif banget." Ceisya membalas.

"Mawar milik gue!" Zafar menegaskan.

"Iya, semua orang juga tahu itu. Lo datangi tuh cewek lo. Lo bisa sentuh dia sepuasnya, cuma kesenggol dikit sama cowok, masa sudah mau main serang." Ceisya mendengus. Zafar berdecak lalu menoleh pada Mawar dan menghela napas dan mendatangi Mawar.

Ceisya menghela napas lalu berbalik lalu mengulurkan tangannya pada Xavier. "Sorry, Zafar memang agak sinting. Lo enggak apa-apa?"

Xavier mengangguk, ia menerima uluran tangan Ceisya dan diam menatap gadis cantik dengan rambut berponi itu. "Makasih Ceisya."

"Lo tahu gue? Terkenal juga ya gue." Ceisya tertawa pelan. Tawa yang membuat Xavier merasakan jantungnya berdegup kencang. Siapa yang tidak tahu Ceisya dan ketiga temannya. Ceisya yang sulit di dekati, gadis itu sibuk belajar dan ikut kegiatan sekolah. "Lain kali lo harus hati-hati."

"Makasih Ceisya." Xavier membalas. Ceisya pikir yang cerobih hanya Ciro, adiknya ternyata ada juga yang lebih ceroboh dari adiknya itu. Ceisya menghela napas melihat lutut Xavier yang kotor karena berlutut pada Zafar. Ceisya menunduk.

"Ma-mau apa Ceisya?" Ceisya mengabaikan pertanyaan Xavier dan menepuk pelan celana Xavier untuk membersihkan debu di celana itu.

"Lo tuh udah besar masih aja kotor-kotoran begini." Ceisya berdecak pelan lalu menarik tangan Xavier dan menyapunya dengan tisu basah yang di bawanya di kantong seragamnya. "Cukup adik gue aja yang suka minta bersihkan tangannya yang kotor."

"Makasih ...." Wajah Xavier memerah karena malu dan salah tingkah, tidak semua orang good looking itu sombong dan suka memandang remeh orang culun dan kuper sepertinya walaupun Ceisya sering mengabaikan sekitarnya tetapi nyatanya gadis itu perduli.

"Sorry juga buat Zafar. Gue mewakili Mawar minta maaf atas perbuatan Zafar karena lo harus tahu mereka enggak mungkin minta maaf dan kalaupun Mawar bisa minta maaf, Zafar akan ngamuk lagi." Ceisya tersenyum kecil lalu memberikan sisa tisu basah miliknya. "Buat lo, gue bisa beli lagi nanti."

"Makasih." Sekali lagi Xavier berkata. Ceisya hanya berbalik pergi.

***

Ceisya memeriksa seorang lelaki dengan setelan rapi dan wajah tampan di depannya. Ceisya bukannya sombong tetapi lelaki tampan sudah biasa di sekitarnya, ia hanya berdecak kagum dalam benaknya saat melihat lelaki tampan di depannya sekarang.

"Bapak akhir-akhir ini stres ya?" Ceisya bertanya setelah selesai melakukan tensi darah.

"Sedikit, karena pekerjaan saya." Lelaki itu menjawab lalu tersenyum kecil melihat betapa cantiknya Ceisya dengan rambut di ikat ponytail.

Pretty SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang