24. Maaf ya

469 53 10
                                    

Ciro berlutut di depan Ceisya yang sekarang duduk di sofa setelah pulang dari rumah sakit. Wajahnya masih pucat tapi berhubung ia lapar jadi ia sambil makan mekihat aksi drama Ciro.

"Cei maafin Ciro ya, Ciro khilaf terbawa emosi." Ciro berkata.

"Gitu aja terus sampai fir'aun tiktokan."

"Imposible sih, dia dah jadi mummi." Ciro berdecak pelan. "Nanti dulu berantem bahas hal randomnya. Cintaku Ceisya maafin aku ya."

"Geli." Ceisya bergidik, biasanya juga Ciro enggak selebay ini tapi hari ini lelaki itu meminta maaf berlutut di depan Ceisya.

"Loh kok geli? Aku 'kan enggak ciumin leher kamu cinta." Balasan Ciro berhasil membuat Ceisya melotot garang.

"Iya maaf." Ciro menunduk. "Aku minta maaf. Aku bakalan berlutut sampai kamu maafin aku."

"Gitu aja terus sampai Arjuna insaf jadi playboy." Ceisya menghela napas.

"Baru tahu kalau Arjuna playboy." Ciro membalas. Ceisya berdecak kesal.

"Sebenarnya lo sadar enggak sih salah lo dimana?" Ceisya meletakkan piringnya di meja lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya gimana gue enggak ngambek." Ciro ingin bangun tapi suara Ceisya membuatnya mengurungkan niatnya.

"Kok bangun?"

"Sorry cintaku."

"So ...."

"Gue itu jealous Ceisya." Ciro mendengus, geregetan deh sama Ceisya. "Gue enggak suka sama si boty. Pokoknya lo enggak boleh malmingan sama si boty ataupun cowok lain, yang cuma boleh sama gue."

"Jeje cowok." Ceisya membalas.

"Kecuali dia, dia sukanya batangan enggak suka sama lo. Lagian memangnya lo enggak bisa nangkep tatapan mendamba si boty sama lo? Ishhhh lo beneran enggak peka banget."

"Gue enggak tahu siapa si boty, gue juga enggak ada niatan malmingan sama siapapun, termasuk lo." Ceisya menjawab.

"Beneran? Lo benar enggak akan jalan sama Xavier 'kan?" Ciro menopang dagunya di paha Ceisya.

"Oh kalau Xavier, kami janjian nonton tapi sama Mawar juga kok."

"Enggak boleh! Enggak pokoknya big no!" Ciro memeluk kaki Ceisya. "Enggak boleh! Gue enggak akan rela lo jalan sama Xavier si boty."

"Dia suka cewek, dia enggak boty."

"Dia suka lo, gue enggak suka dia." Ciro semakin mengencangkan pelukannya di kaki Ceisya.

"Ya udah sih, enggak masalah juga 'kan dia suka gue. Lumayan dapat pacar atau calon suami, dia cekep, bucin sama gue, kaya raya."

"Enggak bisa, cuma boleh gue! Gue lebih cakep, gue lebih tajir, gue lebih bucin. Lo pinta gue belah lautan aja gue sanggup, lo minta bikinin candi kayak Roro Jongrang, gue bikinin."

"Helleh mustahil."

"Ya makanya mustahil jangan suruh gue yang aneh-aneh. Lagian kita udah tidur bareng, lo nikmatin tubuh gue, masa lo enggak mau tanggung jawab. Lo perkosa gue Cei, lo renggut keperjakaan gue. Jadi lo enggak boleh sama cowok lain, cuma gue, harus gue dan hanya gue."

"Bentar gue telepon dokter rumah sakit jiwa kenalan gue, buat langsung bawa lo dirawat disana." Ceisya mengambik ponselnya.

"Ceisyaaaa ..." rengekan Ciro membuat Ceisya menghela napas.

"Lo mau apa sih sebenarnya Ci?" Ceisya memijit pangkat hidungnya, mengahdapi Ciro yang tantrum memang cukup merepotkan.

"Jangan malmingan sama Xavier, jangan sama cowok lain juga."

Pretty SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang