6. Dengerin Zaya, Please!

34 10 0
                                    

#Tandai_yang_typo

Sabar dan syukur itu perlu waktu dan usaha keras, intinya nggak segampang nyinyirin orang.

_zedn

Brakkk!!

Hizam memukul keras meja di depannya, tangannya terkepal kuat. Sedangkan Mazaya sudah ketakutan dengan sikap Hizam yang sedari tadi menatap tajam matanya. Mazaya tak ingin menangis disini, dia akan dicap lemah jika menangis di hadapan umum.

Hizam yang mengerti keadaan lalu membawa Mazaya menuju ruang pribadinya. Mereka akan membicarakannya secara empat mata dan tentunya tak akan menggangu para pengunjung dan pegawai lain.

"Kenapa bohong?" tanya Hizam dingin. Dia sudah duduk diatas kursi kebesarannya seraya menetralkan emosi yang sempat membuncah.

Tapi Mazaya hanya menggeleng pasrah, Hizamnya kini akan bersikap tegas padanya. Atau bahkan akan mendiamkannya selama dua sampai tiga hari.

"Jawab, Zaya!! Kalo ditanya tuh jawab, kamu punya mulut, kan?!" gertak Hizam. Hari ini pekerjaanya cukup banyak dan membuat kepala pening. Tapi Mazaya datang tanpa dosa dan sudah berbohong jika sekolah dipulangkan lebih awal. Padahal dirinya membolos.

"Maafin Zaya, Izam." Ucap Mazaya lirih diiringi setetes air matanya yang bening bak mutiara.

"Kamu tahu dari dulu aku paling nggak suka kalo dibohongi, dan kamu juga harusnya sadar Zaya. Kamu udah gede, kamu ada perjanjian sama staf BK biar kamu nggak dikeluarin dari sekolah!!!" ujar Hizam penuh penekanan.

Sempat terbesit dalam pikiran Hizam. Apa penyebab utama Mazaya mejadi seperti ini? Padahal setahunya dulu, Mazaya adalah sosok yang penurut pada Ayahnya. Juga kadang Hizam berpikir, kapan Mazaya akan paham dengan situasi yang mengurung dirinya dengan waktu. Jelas-jelas gadis itu hanya memiliki sisa waktu sepuluh hari untuk menyelesaikan misi pendewasaannya. Kenapa gadis itu membuang waktu hanya untuk kembali berbuat onar.

"Maafin Zaya, Izam. Zaya tahu kalo Zaya salah." Tutur Mazaya lirih pelan. Gadis itu sudah banyak menitikan air mata.

"Sini," pinta Hizam. Lalu dengan segera Mazaya berhamburan kedalam pelukan hangat milik pria itu. "Maafin aku udah bentak kamu tadi, aku nggak maksud nyakitin kamu, Zaya. Tapi kamu juga harus tahu gimana waktu ngurung kamu. Waktu kamu tinggal sepuluh hari aja." Jelas Hizam dengan raut sendu yang tak mampu dilihat oleh Mazaya.

Mazaya hanya menggeleng, "apa Zaya bisa?" batin Mazaya.

"Mulai besok jangan bolos-bolos lagi, gunain sepuluh hari dengan baik ya." Ujar Hizam membuat Mazaya kembali mengeratkan pelukannya. Gadis itu terlalu takut untuk melangkah, dia tentunya takut jika kehilangan jati dirinya sendiri. Mazaya lebih menyukai di sebut biang onar daripada si Mazaya kalem.

"Zaya takut, Zaya nggak bisa, Izam." Lirih Mazaya.

"Mazaya, dengerin aku. " Kata Hizam menangkup kedua pipi Mazaya membuat kepala gadis itu mendingan dan menatap manik cokelatnya. "Kamu nggak sendirian, kamu bisa jadi dirimu sendiri kalo kamu mau berubah. Kalo kamu gini terus, yang ada orang-orang malah makin benci sama kamu. Apa kamu nggak suka ketenangan?"

"Zaya suka ketenangan, Zaya nggak suka kalo ketenangan punya Zaya di ganggu orang. Zaya benci mereka yang rusuh!!" sahut Mazaya dengan celengan kepala yang kuat.

KEPADA NUELLA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang