11. Bagaimana Jika Ternyata Rencana Tuhan?

22 7 0
                                    

Kita hanya manusia yang ditugaskan untuk memimpin dunia, jangan menjadi yang paling berkuasa karena semuanya masih bercampur dengan kekuasaan Tuhan.

_zedn

Seorang wanita paruh baya menelisik koridor SMA 75 dengan sebilah rotan di tangan kanannya. Hari ini tidak akan ada ampun untuk siswa yang membolos saat pelajaran berlangsung.

Sesaat Bu Siti merapikan jilbabnya yang tertiup angin, dan tak lupa mengaca sebentar saat melewati UKS yang kacanya hitam. "Masih pagi, masih kinyis-kinyis. Coba udah masuk jam sepuluh, walah langsung kumut-kumut nih muka." Gumamnya seraya kembali menata jilbab.

Bu Siti kembali melangkah menuju lorong Laboratorium Bahasa yang selalu nampak sepi dengan ketenangan yang abadi. "Hmm, biasanya Mazaya suka bolos lewat sini," katanya dengan tatapan tajam.

Sedangkan Mazaya, gadis itu tengah berusaha lari dari kelasnya. Hari ini dirinya sangat suntuk berada di kelas. Apalagi dengan cuitan-cuitan temannya saat jam kosong terjadi. Benar-benar memekakkan kedua telinganya.

Seperti biasa gadis itu akan menikmati es good day di warung Mb Inem, dengan beberapa gorengan sebagai selingan pengganjal laparnya. "Hari ini mocca latte kali ya, emmm... atau es buah aja?" Sepanjang perjalanan menuju belakang Laboratorium gadis itu hanya memikirkan menu apa yang akan di nikmatinya bersama es-nya nanti.

Tapi saat Mazaya sampai di ujung lorong, mata kecilnya menangkap sosok wanita paruh baya yang menjadi musuh bebuyutannya. Itu Bu Siti, Mazaya panik lalu menarik diri untuk bersembunyi di dalam gudang yang tak jauh dari tempatnya.

"Astaghfirullah, ada Bu Siti lagi jatuh cinta. Untung aja nggak sempet teriak tadi." Mazaya mengelus dadanya sendiri seraya beristighfar dan menetralkan deru napasnya yang terengah-engah. Kasihan sekali.

Tuk tuk tuk.... Benar-benar berisik. "Anjir, pehno fantofel langsung tok tok jalannya. Songong amat." Cibir Mazaya yang berjongkok dibawah jendela. Dia berkeringat dan butuh udara segar.

Mata Bu Siti sempat menilik ke dalam lewat jendela yang berada di atas kepala Mazaya, membuat Mazaya panik setengah mati. "Aduh, matanya keranjang!" cibir Mazaya lagi. "Moga bintitan tuh, pake ngintip-ngintip."

Ceklek, krek. Suara pintu terkunci dan dicabutnya kunci mengundang mata Mazaya untuk melotot tak percaya. Yang benar saja dia dikunci disini. Gadis itu panik dan mencoba untuk membuka pintu itu. Tapi hasilnya nol besar, memang pintunya dikunci.

"Ihh, aku harus gimana. Selain mata keranjang tangannya juga gatel toh." Mazaya semakin geram dengan Ibu Guru satu itu, suka sekali menggangu hidupnya.

"Isshh, gimana ini, bubar deh rencana minum es buahnya." Gerutu Mazaya seraya membawa langkahnya menuju jendela tempatnya berjongkok tadi. "Kenapa nggak ada yang lewat sih?"

Setelah lima menit menampakkan dirinya di jendela, akhirnya Mazaya melihat Daffa yang berjalan dengan santai seorang diri. Mungkin laki-laki itu baru saja selesai rapat organisasi, karena ditangannya ada beberapa map yang sepertinya penting.

Dengan sigap Mazaya menempelkan wajahnya di jendela dan mengutuknya pelan. Bukan Mazaya namanya jika menampakkan wajah sedihnya, gadis itu memunculkan wajah konyolnya untuk mengagetkan Daffa.

"Shut, Daff! Daffa woyyy!!" teriak Mazaya dengan tangan yang mengetuk-ngetuk jendela.

Sontak saja Daffa terkejut dengan wajah Mazaya yang menempel di jendela, persis seperti penampakan kuntilanak. "Woyyy, anjir!!" teriaknya kaget. Bahkan laki-laki itu mengelus dadanya yang jedag-jedug-jeder.

KEPADA NUELLA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang