Aku diam bukan berarti lemah, karena dengan diam adalah hal yang paling elegan untuk membuktikan kekuatan.
_Daff
"Mazaya, we loves you, we proud with you, and we still remember your memories."
Dion membacakan pembukaan untuk persembahannya dengan perasaan terdalam yang ia miliki. Dia ingin memberi kesan istimewa kepada Mazaya. Meski tak setampan dan sekaya Daffa, Dion juga termasuk sosok yang mengidamkan Mazaya.
"Gadis cantik yang pernah berjalan bersama kita
Menyusuri bait-bait kehidupan tanpa resah
Menggali senja untuk menutupi luka
Dengan Bhaskara yang menjadi pujaannyaSemesta, kenapa?
Secantik dia, menenggelamkan banyak duka
Bahkan setiap arunika tak mampu membuatnya bahagia
Hanya senja yang menjadi penantiannya
Dia adalah si ikhlas yang tak pernah pudar senyumanDirgantara bersama semesta membohongi kita
Seolah selalu mengatakan bahwa dia selalu bahagia
Gadis itu menutupi luka dengan guratan cerianya
Kita tak tahu dukanya, tapi kita tahu kekuatannya."Dion menarik napas panjang, melambaikan tangan pada Daffa yang berada disisi panggung. Mengajaknya menyelami makna bait-baitnya dengan perasaan yang sama. Dion yang sudah tidak sanggup membacakan puisinya, hingga laki-laki itu mengalihkan mikrofon pada Daffa.
"Mazaya, terimakasih sudah hadir untuk kita
Menjadi bagian dari sandiwara kita
Terimakasih sudah mengajarkan banyak cara untuk menyembuhkan luka
Kita tak akan melupa
Tentang besarnya kasihmu pada kita
We loves you, Zaya.Dan, semesta ini
Selalu menantimu dalam mimpi
Sampai jumpa di keabadian, sayangnya Daff."Banyak teriakan yang menjadi saksi akhir puisi, "Zaya, aku rindu." Bisik Daffa pada angin.
"Mazaaayaaa, aku kangen."
"Zaya, sampai jumpa."
"Terimakasih sudah hadir, Zaya."
"Zaya, aku kangen berat."
"Mazayaaaaa, kangeeennnnn."
"Aaaaa, Mazaya, i love you."Daffa menatap mereka satu persatu, bahkan dimata mereka ada butiran air mata. Mereka sayang pada Mazaya? Si biang onar ternyata banyak yang sayang.
"Buat kalian, terimakasih untuk do'a terbaik yang kalian kirimkan untuk Mazaya. Kita lihat perform special dari sahabat kita, Dion Dirgantara, perahu kertas." Daffa mempersilahkan Dion dengan liriknya, dia akan mencari Hizam. Entah kemana laki-laki itu pergi.
"Perahu kertasku 'kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanyaPerahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri."Daffa yang melihat Hizam dibelakang panggung dengan mata sembab, menghampirinya juga dengan perasaan campur aduk. "Kak? Kenapa disini?"
Hizam menggeleng, "nggak kok, kamu kenapa kesin?"
Daffa tersenyum, "berat, ya, Kak? Buat mereka semua ini berat, mengenang jauh lebih menyakitkan daripada kehilangan."
"Daff," panggil Hizam lirih membuat Daffa menilik mata cokelatnya dalam. "Aku, bentar lagi nikah."
Daffa ingin menangis, tapi tetap tersenyum. "Hm, selamat, Kak. Semoga lancar sampai harunya, ya."
"Kamu dateng, ya."
"Aku usahakan, Kak."
-abj-
"Tiada lagi yang mampu berdiri
Halangi rasaku, cintaku padamuKu bahagia
Kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada
Di antara miliaran manusia
Dan ku bisa
Dengan radarku
Menemukanmu."Semuanya mengikuti lirik yang dibawakan oleh Dion, mereka hanyut dalam satu kesedihan yang sama.
"Teruntuk Mazaya, terimakasih sudah hadir, Sayang." Kata Daffa mengharukan suasana. Mereka berpikir, betapa bahagianya Mazaya dilindungi oleh seorang Daffa dan dicintai oleh seorang Hizam. Mereka iri dengan Mazaya.
*
Maaf typo masih bertebaran,
_zedn
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPADA NUELLA [TAMAT]
Teen FictionSimpan saja rasanya Teruntuk bulan yang tak selalu membersamai bintang, Mazaya tidak kuat sendirian. Teruntuk Hizam, terimakasih waktunya untuk mendewasakan Mazaya. Kepada Semesta, sampaikan rindunya Mazaya pada ketenangan. Kepada Daffa dan kebai...