15. Bersama Senja

24 6 0
                                    

#tandai_yangtypo

Seenggaknya pamit dulu sebelum pergi, jangan main nyelonong kayak maling.

_zedn

"Nabilaaaa!!!" Mazaya berteriak kesal karena tugas rekayasa-nya terus saja di rusuhi Nabila.

Mazaya sudah lelah dengan tugas ini, daritadi dirinya hanya fokus agar tidak ada yang keliru. Tapi Nabila, gadis itu tidak membantu malah merecoki. Dasar Si Ngeb.

"Zaya, ini harusnya disini, kan. Kok kamu malah naruhnya disana, nanti kebalik, dong." Selain tangannya yang usil, mulut Nabila juga tidak berhenti memberikan komentar pada tugas Mazaya. Telinga Mazaya pengang dibuatnya.

"Eh, Zaya, aku tadi lihat Denis loh, sumpah, dia tambah gans aja." Nabila juga mengajak Mazaya untuk membicarakan wakil ketua OSIS yang kata banyak orang adalah sosok cerdas nan tampan.

Mazaya tetap berlaku ditempatnya, tangannya sibuk mengutak-atik tugas Informatika yang harus segera ia selesaikan. Dia memilih diam agar rekayasa-nya segera rampung. "Ih, Zaya, kamu nggak denger, ya. Kamu marah sama aku?"

Mazaya berdecak, "bisa diem kagak sih? Daritadi ngomong terus, telingaku sampe budek dengerin kamu ngoceh."

Nabila menatap segitu pada Mazaya yang kembali fokus pada tugasnya, "gitu aja marah, huh, sensi."

"Ngomong lagi, aku buang kamu ke Sungai Ciliwung." Nabila diam seribu bahasa, dan akhirnya gadis bertubuh gempal itu memilih untuk bergabung dengan komplotan Fanisa CS. Biasalah, untuk menceritakan wakil ketua OSIS yang tampan luar biasa. Tapi bagi Mazaya, Daffa adalah yang terbaik.

Ditengah fokusnya pada tugas, Mazaya dikejutkan dengan darah yang menetes dari hidungnya. "Loh, kok bisa keluar??" Mazaya bertanya pada diri sendiri, dia bingung kenapa hidungnya mengeluarkan darah.

Telat makan? Tidak.

"Zay... Zaya!!" Daffa terkejut kala melihat Mazaya nampak mengelap hidungnya dengan tissu, bahkan darah itu tidak mau berhenti.

Mazaya mendongakkan kepala, "kok bisa keluar, ya, Daff."

"Jangan di dongakkin, nanti malah masuk paru-paru, di arahin kebawah aja biar cepet mampet." Saran Daffa seraya membantu Mazaya mengelap darahnya.

"Kamu demam? Atau lagi masuk angin?" tanya Daffa dengan raut khawatir yang kentara di guratan wajahnya.

Mazaya menggeleng, "aku nggak apa-apa." Mazaya tersenyum, saat dirasa darahnya sudah behenti dia menatap Daffa hangat. "Makasih udah bantuin."

Daffa mengangguk, "ini tugas kamu udah kelar belum? Biar aku kumpulin ke Pak Gio."

Mazaya kembali menganggukkan kepalanya, "udah, tapi belum aku kasih nama."

-abj-

Mazaya memeluk erat pinggang Daffa agar tidak terjatuh. Daffa seperti sedang mengendarai karpet terbang milik Aladdin, benar-benar cepat hingga membuat Mazaya tertiup angin jika saja tidak berpegangan padanya.

"Daffaaaaa!!! Pelan-pelan, aku takut." Mazaya berteriak dibalik helm kebesarannya. Jangan lupakan wajah Mazaya yang harus menunduk agar helmnya tidak terkena embusan angin. Bisa saja jika dia menatap langit kepalanya akan ikut mendongak. Mazaya takut kepalanya lepas.

KEPADA NUELLA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang