Kepada orang baik, terimakasih banyak sudah ada untuk Mazaya.
"Zaya!!!" suara berat Hizam mengagetkan Mazaya yang sedang mengantre cilok di pinggir jalan. Gawat!! Hizam pasti akan marah besar padanya karena kembali membolos sekolah.
Sedangkan seusai membayar cilok-nya, Mazaya mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri dari galaknya Hizam. "Zaya?!! Jangan lari!" teriak Hizam seraya mengikuti larinya Mazaya.
"Zaya, jangan lari, sini kamu!!" kata Hizam lagi.
Karena terlalu sibuk membelah trotoar, Mazaya tidak melihat jika di depan sana ada tiang lampu. Ingin mengelak tapi sudah tidak ada waktu.
Duagghh!!
"Zaya!!" Hizam berteriak saat Mazaya menabrak tiang lampu.
Amankah dahi Mazaya? Gadis itu dibuat syok dengan kejadian yang menimpanya. Kacau sudah semuanya, Hizam akan menangkapnya sekarang. Mazaya ingin berlari lagi, ingin sekali lepas dari Hizam yang memasang wajah garangnya. Namun, kepalanya berputar luar biasa. Mazaya pingsan dengan bekas memerah sepanjang dahi hingga hidungnya nampak kentara. Kasihan sekali.
"Ya Allah, kan udah aku bilang. Jadi gini, aduh, bangun, Zaya." Hizam dibuat panik dengan hidung Mazaya yang mengeluarkan darah.
Laki-laki bertubuh atletis itu mengangkat Mazaya dan berlari ke arah mobilnya, Mazaya butuh pertolongan dengan segera. Hizam adalah tipikal orang yang mudah panik apalagi dihadapkan dengan suatu kecelakaan seperti tadi, ditambah dirinya juga sendirian, ini sangat membuatnya panik dalam gugup sekaligus.
Seusai memasangkan sabuk pengaman pada gadisnya, Hizam segera memutar arah dan melakukan mobilnya menuju klinik terdekat. Bibirnya komat-kamit membacakan do'a untuk keselamatan Mazaya.
"Sabar, Zaya, pasti sakitnya sampe ulu hati ya." Hizam bergumam tanpa hentinya. Laki-laki itu benar-benar prihatin dengan keadaan Mazaya yang sangat jauh dari kata baik-baik saja. Bahkan, garis merah di dahinya nampak sedikit mengeluarkan diri alias benjol.
-abj-
Daffa menyambut uluran tangan Pelita dengan senyuman ramah, mereka bertemu untuk membahas study banding pekan depan. Gadis bertubuh tegap bak putri solo itu memiliki gingsul yang mampu membuat kadar kemanisan nya bertambah sekian persen.
"Baiklah, kita mulai lewat materi pertama ya, nanti rencananya bakal ada kakak tingkat yang akan aku ambil buat jadi narasumber di wawancara kamu. Dia dulunya ketua Dewan Ambalan yang mendapat gelar siswa teladan tahun ini. Selain ganteng dan baik ramah serta pandai, kakak tingkat ini juga bakalan ngasih beberapa skill kepemimpinan buat kamu." Pelita menjabarkan dengan iringan senyuman yang nyatanya luput dari penglihatan Daffa, karena laki-laki itu tengah melihat kertas jadwal yang diberikan Pelita tadi.
Pelita itu sekretaris OSIS di SMA 45, dia di utus oleh ketuanya untuk menemui Daffa karena sedang berhalangan. Tentu saja Pelita tidak menolak perintah itu, karena digadang-gadang Ketua OSIS SMA 75 itu ganteng sekaligus anak konglomerat. Tak ada salahnya jika Pelita membawa satu langkah pijakan untuk mendapatkan Daffa melalui pertemuan ini.
"Nah, yang kedua, nanti Bapak Kepsek yang bakal kalian wawancarai, jangan lupa siapkan pernosil kalian buat ngerecode ya." Kata Pelita kembali, sedangkan Daffa hanya manggut-manggut paham. Aslinya tanpa disuruh-pun Daffa sudah mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPADA NUELLA [TAMAT]
Teen FictionSimpan saja rasanya Teruntuk bulan yang tak selalu membersamai bintang, Mazaya tidak kuat sendirian. Teruntuk Hizam, terimakasih waktunya untuk mendewasakan Mazaya. Kepada Semesta, sampaikan rindunya Mazaya pada ketenangan. Kepada Daffa dan kebai...