8. Daffa dan Semestanya

26 7 0
                                    

#Tandai_yangtypo

Nggak boleh nyerah, buatlah perubahan sedikit demi sakiti meskipun itu menyiksa.

_zedn

Dua hari bukanlah waktu yang lama untuk kembali memulihkan raga dari segala rasa lelah. Mazaya harus kembali masuk sekolah usai kepergian Ayah-nya. Meski di rundung pilu yang tak kunjung mereda, gadis itu tetap tersenyum lebar di depan orang-orang yang menyapanya.

Mazaya bersyukur karena tak ada yanga mengatakan yang tabah ya, zaya atau zaya, kamu kuat ya.

"Selamat pagi semuanya," sapa Mazaya saat dirinya sampai di kelas.

"Zaya, kok kamu udah berangkat, udah sehat?" tanya Nabila histeris. Sepertinya gadis itu merindukan Mazaya yang selama dua hari tak masuk. Tentunya tak ada teman yang bisa di ajak adu mulut dengannya.

"Ih, sembrawut deh." Cibir Nuha, teman laki-lakinya yang sedikit kecewek-cewekan.

"Ih, kamu juga sewot." Balas Nabila menyengit.

"Heh, udah, geger mulu lo cabe tomat." Sahut Daffa, sang ketua kelas yang paling kalem tenang tegas dan berwibawa. Tapi sekali berucap nyelekit-nya sampai nusuk dengkul.

"Ada tugas Sastra Indonesia, Ya, buat ceramah. Besok kamu maju," Daffa memberitahu Mazaya, dan dibalas anggukan dan senyum oleh gadis itu.

Urip kok kakehan tugas, piye to ki. Batin Mazaya menjerit pilu.

"Kata Pak Sastro Aji, kamu harus masuk mapel Antropologi, soalnya kamu sering bolos. Kalo kamu nggak masuk lagi, dia nggak mau ngajar kelas kita lagi." Kini giliran Nabila memberitahu Mazaya.

Gadis itu menganga lebar, dia biang onar nya tapi malah satu kelas yang terhukum. Bagi Mazaya, Antropologi membuatnya mengantuk, karena penjelasan yang panjang dan LKS yang hanya terisi barisan paragraf super panjang.

Telinga Mazaya panas mendengar celotehan teman-temannya, "iya, besok aku masuk, kok." Putus Mazaya, menghentikan perdebatan pagi ini.

-(abj)-

Hizam berdiri bersandar pada tembok dibelakangnya, tangannya sibuk mengutak-atik ponsel bercasing aesthetic vintage itu. Seperti menunggu kedatangan seseorang.

"Kak Hizam," seru gadis di seberang jalan.

Hizam mengangkat kepalanya, memastikan bahwa memang orang yang ditunggu nya telah datang. "Oh, hai, apa kabar?" tanya Hizam menyambut kedatangan gadis cantik itu dengan pelukan hangatnya.

Gadis itu tersenyum melerai pelukannya, "ya sehat, Kak. Kak Hizam sehat, kan?" tanyanya balik.

Hizam mengangguk, "sehat, selalu sehat."

"Oh, iya, aku bawa makanan buat kakak. Dan juga ada bingkisan buat kak." Tuturnya seraya menunjukkan paper bag di tangannya.

Hizam terkesima, "makasih banget, sayang, jadi terharu."

Gadis itu dibawa Hizam untuk memasuki ruangan pribadinya, lalu meminta agar gadis itu duduk diatas sofa. "Ini punyamu, Kak? Luar biasa, udah sesukses ini ternyata." Gumamnya diselingi kekehan kagumnya.

KEPADA NUELLA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang