Mengulang Syukur

118 114 99
                                    

Selamat mengulang syukur wahai manusia baik yang pernah aku kenal. Part spesial ini sengaja aku tulis di hari ulang tahunmu yang ke-23 tahun.

Di usia dewasa kamu yang sekarang aku harap kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi laki-laki yang paripurna dalam segala bentuk kenyataan hidup yang kamu jalani hari ini dan seterusnya.

Aku ingin kamu menemukan bahagiamu dalam segala kondisi dan kenyataan hidup yang kamu jalani, di mana pun kamu berada dan dengan siapapun kamu bersama.

Aku senang dapat bertemu denganmu hari ini. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk bertemu. Terima kasih telah menjadi bentuk penyembuh dari rasa rindu yang sekian lama kuredam untuk tidak pernah minta menemuimu.

Kamu tahu, sebelum bertemu denganmu. Dari pagi aku sudah merayu Tuhan agar perasaan ini sekuat mungkin untuk tertahan dan perlahan bisa diikhlaskan. Iya, sebab untuk pertemuan kali ini berbeda untuk kita. Dengan kenyataan rasa sayang yang aku punya untukmu sebagai sahabat kini hanya bermakna simbolis bahwa aku punya perasaan lebih dari itu dan di sisi lain, kamu juga sudah mengelar status baru bersama kekasihmu. Sedikit berat, dan sebenarnya aku sedikit ragu bertemu denganmu, tetapi ini hari spesialmu. Sebagaimana janji kita waktu itu, "Kupastikan akan hadir dalam momen-momen spesial dalam hidupmu." Ya, dan aku janji untuk menepati itu.

Dan ternyata Tuhan sangat baik padaku. Perasaan yang aku kira akan membawa dampak dalam percakapan kita ternyata tidak ada. Tidak lebih dari rasa senang atas rindu yang terbalas dengan pertemuan di tempat yang lalu pernah kita kunjungi untuk beberapa percakapan.

Kamu sangat cerdas, ya. Pemikiran kamu sangat luas. Aku senang mendengar semua cerita sejarah, fakta agama, isu politik, prediksi perekonomian Indonesia di tahun 2023 dan banyak hal lain yang semakin menjadi nilai plus dalam diri kamu yang aku kenal. Aku menyukai itu.

Ada satu hal yang aku ngga tahu dan nggak pernah berhasil menemukan jawaban itu, "Kenapa saat sama kamu, waktu berjalan begitu cepat?" 3 jam tidak pernah terasakan begitu lama. Kenapa semua bisa mengalir begitu saja. Bahkan tidak ingin rasanya aku menyudahi pertemuan kita. Tetapi kan tidak bisa.

Hari ini, aku bertekat untuk sesuatu. Aku ingin membatasi diriku. Pertama untuk bentuk komunikasi antara kita yang memang sepertinya kamu sibuk atau juga telah memberi batasan untuk itu tapi entahlah, yang jelas aku berusaha untuk tidak menunggu balasan chat darimu. Kedua bentuk peduliku yang perlahan luruh sebab sudah kusadari kamu sebenarnya lebih dewasa dariku dan sudah tahu atas segala bentuk keputusan dalam hidupmu. Ketiga rasa ragu dan takut dalam diriku yang sudah menemukan damai dalam proses mengikhlaskan kebahagiaanmu dan menjemput bahagiaku.

Kamu tahu? Kenapa waktu kamu datang dan waktu mengantarkan aku pulang aku menjabat tangan kamu, padahal selama ini kita tidak pernah begitu.

Kamu tahu, kenapa jarak duduk kita lebih dekat dari biasanya? Kenapa aku menatap mata kamu lekat-lekat? Kenapa waktu pulang aku lihat kamu dengan jarak yang agak berjauhan? Kenapa di motor aku selalu lihat tangan kamu yang mengendarai motor itu perlahan? Kenapa?

Kawan, itu aku lakukan sebab aku ngga pernah tahu kapan kita akan bertemu kembali. Aku takut ini adalah pertemuan terakhir kita, sebab tidak ada lagi alasan kita untuk bertemu. Apa iya hanya untuk jalan-jalan, sungguh tidak mungkin kita lakukan lagi, kan?

Aku memastikan betul kamu sehat, kamu baik-baik saja, kamu bahagia dengan dia, kamu dapat menjalani hari kamu dengan baik, menerima segala bentuk permasalahan hidup yang terjadi. Dan aku sudah menemukan semua jawaban itu hari ini.

Kamu bahagia dengan dia, emosi kamu sangat stabil, kesehatan kamu membaik, hari-hari kamu membaik. Semua bentuk kekhawatiranku mendapatkan jawaban hari ini. Aku tenang, aku senang.  Setidaknya kamu juga sudah punya rumah untuk kamu pulang jika kamu sedang tidak baik-baik saja, kamu sudah tidak lagi merasa kesepian, dan kamu sudah tidak lagi sendirian.

Tulisan ini adalah bentuk rahasia yang sebenarnya tidak boleh ada yang membaca, terlebih orang-orang yang aku kenal di dunia nyata ternyata tahu akan sesuatu ini pasti bisa ditebak siapa kamu dan siapa aku sebenarnya. Tapi tidak apalah, siapapun yang tahu akan fakta ini tolong diamlah, jangan mencari tahu lebih jauh.

Terakhir, hei kamu kawanku.
Lagi-lagi aku ingin berterima kasih, semoga kamu bisa membaca tulisan ini nantinya. Aku sungguh sangat bersyukur punya kamu, kenal kamu, dan menjadi sahabat dalam hidupmu. Terima kasih untuk banyak malam yang pernah kita habiskan, untuk banyak cerita yang sudah terlewatkan, untuk banyak momen yang pernah kita abadikan, dan juga banyaknya doa yang saling kita panjatkan.

Kawan, jika hidup adalah tentang pertemuan dan perpisahan. Tentang adanya rasa senang dan juga kesedihan, dengan adanya masa dan berhentinya sebuah waktu dan kemudian dihadirkan dengan sesuatu yang baru, dengan sebuah fakta yang memang tidak lagi dan tidak akan bisa lagi seperti dulu, apapun itu, aku tidak pernah menyesal menjadi sahabatmu.

Terima kasih. Terima kasih sudah membersamaiku dalam masa-masa yang sulit, terima kasih untuk segala bentuk nasehat dan saran yang kamu berikan, terima kasih untuk pengalaman dan kisah hidup yang pernah kamu ceritakan, terima kasih sudah menjadi bagian dari proses pendewasaan.

Kawan, aku menyayangimu. Bahagialah selalu.

26 Oktober 2022

Melepas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang