The Final Chapter

51 16 67
                                    

24 Juni 2023
Selamat wisuda, Mas.

Selamat untuk gelar S.T.-nya. Semoga ilmu yang Mas dapatkan berkah, ya. Selamat menempuh proses hidup dalam langkah-langkah hebatmu selanjutnya. Selamat menghirup udara segar di luar pagar kampus tercinta kita ini. Aku ucapkan selamat sekali lagi, maka sekarang silakan kepakkan sayapmu itu ke segala penjuru yang kamu mau, pijakkan kaki itu pada belahan bumi mana saja yang kamu mampu.

Mas, aku ikut bangga atasmu hari ini. Untuk satu pencapaian hebat atas apa yang sudah kamu perjuangan dengan sangat selama menjadi mahasiswa. Iya, meskipun aku tidak begitu tahu yang sebenarnya, tapi aku bisa membaca itu dari sosokmu yang sekarang ini.

Aku ikut senang, Mas saat namamu itu dipanggil dan bersalaman dengan Bapak Rektor, tawamu sangat manis ketika tali toga itu berhasil dipindahkan posisinya. Aku juga sempat mengabadikan momen itu dengan screenshot layar ponselku. Tidak sengaja aku meneteskan air mata haru.

Aku senang, Mas, sangat senang. Rupanya kamu telah menemukan kebahagiaan, kan, hal yang selalu kamu nantikan. Aku lihat kekasihmu pun sangat bangga hari ini, di momen spesialnya ini.

Dia memposting kamu di story WhatsApp dan Instagram pribadinya dengan caption yang penuh cinta tak lupa pun dia tag kamu sebagai pacarnya. Aku tertawa, meskipun hatiku sedikit pedih melihatnya. Tapi sudahlah, bagian itu tidak terlalu penting, yang penting aku jadi tahu, rupanya wanita itu sangat bangga memilikimu.

Hmm, iya bagaimana tidak bangga, sih Mas. Aku sebagai temanmu saja sangat bangga denganmu, terlebih lagi dia. Aku senang, Mas jika ternyata hubungan kalian jauh lebih baik dari sebelumnya.

Mas, maaf jika hadiahnya tidak terlalu berharga, tapi semoga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Isi surat yang tertera dalam paper bag  itu sih sebenarnya bagian pentingnya, semua cita-cita, harapan, dan doa yang terbaik yang kusemogakan untukmu.

Mas, tahu ngga, tadi aku sengaja ngga datang sendirian ke wisudamu sebab sebenarnya aku malu untuk datang ke acara pentingmu. Aku malu dengan keluargamu, aku takut dipandang sinis oleh teman-temanmu, pun membuat kekasihmu cemburu, oleh karena itu lebih baik aku tidak sendirian untuk menemuimu.

Tapi sayang banget, ya aku ngga ketemu Ibu atau Mbak, padahal aku ingin tahu mereka atau mungkin boleh bersalaman jika diperbolehkan. Tapi rupanya Semesta tidak merestui kita bertemu di momenmu kali ini.

Mas tahu ngga, semalaman aku yang merasa deg-degan padahal mas yang mau wisuda, aku yang tremor duluan, aku yang buru-buruin teman-temanku untuk tidak lupa menemaniku ke momen wisudamu, dan banyak perasaan aneh lainnya yang bertumpu jadi satu saat itu.

Teman-temanku sedikit terkejut dengan adanya kamu, karena kamu sahabat laki-laki satu-satunya dalam hidupku, bahkan salah satu temanku yang tadi hadir bersamaku pun sedikit tidak percaya jika kita murni berteman haha, tatapan dan pertanyaannya cukup menyelidik tapi berhasil aku yakinkan kalau memang kamu sudah punya kekasih, dan itu bukan aku. Kita hanya teman, sahabat, adek dan kakak, atau iya itulah.

Mas, namamu berarti bumi. Maka kuharap engkau selalu membumi seperti doa yang tersirat dalam namamu itu. Semoga sikap dewasa dan bijaksana itu selalu tertanam dalam hati dan pikiranmu, semoga perasaan sabar dan kata maaf yang luas selalu menyertaimu.

Mas, aku minta maaf ya jika selama ini aku masih banyak kurangnya, maaf jika aku banyak salahnya, maaf jika selama ini masih suka keras kepala dan kebiasaan burukku lainnya. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalananku di dunia perkuliahan ini, denganmu hariku lebih berwarna.

Mas, aku juga minta maaf kalo ternyata hari ini adalah pertemuan terakhir kita, sebab aku pun tak punya alasan lagi untuk pertemuan kita selanjutnya dalam rangka apa, sebab momenmu pun sudah selesai sebagai mahasiswa.

Momenku? Kurasa tidak begitu penting untuk dirayakan, Mas. Bahkan aku tidak berharap feedback serupa darimu, sebab bagiku hadirmu selama ini lebih daripada cukup untuk menemani hariku yang sering berantakan ini. Aku bersyukur punya kamu, Mas. Aku bersyukur masih dikasih kesempatan untuk berkomunikasi denganmu, sebab itu aku tidak merasa sendirian. Aku senang dan tenang mendapat nasehat darimu, terima kasih banyak.

Perihal perasanku. Aku jujur masih dengan perasaan yang sama, seperti yang pernah kusampaikan di perpustakaan lalu. Aku menyayangimu. Iya, aku berbohong jika perasaan itu pernah ada, yang sebenarnya perasaanku masih ada. Tapi tidak perlu khawatir atau gimana, aku tidak punya ekspektasi untuk mengambilmu dari wanita itu, aku tidak punya maksud untuk mengganggu kedamaian kalian. Tapi izinkan perasaan ini tumbuh tanpa tekanan, pun aku akan tetap membebaskan perasaan ini bertahan sampai waktu yang tidak dapat kupastikan.

Mas, dengan ini pula cerita yang kutulis untukmu ini sepertinya selesai. Aku memutuskan bab ini sebagai akhirnya. Aku tak paham pasti apakah kamu akan membaca ini suatu hari nanti, atau bahkan ternyata diam-diam ada teman yang mengenalku di dunia nyata lalu membaca tulisan ini. Kalau iya, dan kalian tahu sosok Mas Bumi sebenarnya siapa, maka kumohon diamlah, jangan berisik.

Terima kasih untuk pembacaku telah sampai akhir menemaniku, terima kasih untuk nasihat, pendapat, dan penguatan untukku bahkan dalam menjalani hari-hari dengan perasaan berat.

Hmm, sekalian izin spill chatnya dikit ya, Mas.

[18/6 05:23] Kak : Iya bener. Makanya aku pernah bilang kalo itu masih cinta yg mengutamakan memiliki. Belum cinta di level "kalo kamu bahagia, maka aku bahagia. Meskipun tidak denganku" Ini sad sih asli. Tapi ya itu titik tertinggi mencintai. Melepaskan

Iya, chat Mas yang ini adalah rem cakram terbaikku. Sehingga aku pikir memang semestinya cerita ini usai di bab ini. Sebab setelah ini aku akan melepas liarkan perasaanku tanpa perlu aku tekanan dengan kesibukan, amarah, kesedihan atau bentuk pelampiasan lainnya sebab rasa cemburuku yang sering kali memburu.

Mas, aku melepaskanmu. Aku mencintaimu.
Aku harap, dengan siapapun akhirnya nanti Mas memilih wanita yang kamu jadikan sebagai istri dan Ibu dari anak-anakmu, semoga wanita itu mampu mengerti dan memahami ya, Mas. Semoga dengannya nanti kamu bahagia.

Jika aplikasi Wattpad ini masih ada di masa depan lalu aku membaca cerita ini ulang, aku harap dapat membacanya dengan senyuman. Sebab dalam hidupku ada kamu, ada seseorang yang begitu bermakna, berarti, dan kusayangi begitu hebat seperti ini.

Melepas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang