Mengikhlaskan

90 76 63
                                    

Beberapa waktu yang lalu aku adalah orang yang paling ambisius untuk memilikimu.

Aku adalah orang yang secara terang-terangan merayu Tuhan untuk kita dipersatukan.

Sampai lupa jika aku hanyalah manusia yang punya batas kelemahan dan kemampuan.

Ada banyak sekali hal yang memang nggak sepantasnya aku paksakan. Ada banyak batasan yang memang seharusnya aku ikhlaskan.

Aku lupa akan hal itu.

Siang, dan malam aku menyebut nama kamu dalam doaku.

Aku percaya kita pasti akan bersatu.

Sampai akhirnya, Tuhan mengabulkan permohonanku.

Tetapi, dengan cara yang lain.

Kamu memilih untuk menjalin dengan satu wanita dan itu bukan aku orangnya.

Hancur.

Ada kesalahan terbesarku waktu itu adalah sempat menyalahkan Tuhan.

Sebab, jawaban atas doa yang kupanjatkan adalah kekecewaan.

Aku marah, aku sedih, tapi aku hanya bisa bungkam dalam kesedihan.

Aku sendirian.

Aku lari tanpa arah, jalan tanpa tujuan, aku nangis sesenggukan.

Aku kesal.

Dan beberapa waktu kemudian, aku menyesal, aku tersadar.

Ternyata Tuhan maha baik. Mungkin memang bukan kamu yang terbaik.

Sekarang hari-hari itu sudah terlewati.

Meski perasanku masih kamu yang memiliki.

Tetapi rasa ikhlas untuk melepas kamu pergi sudah kutanam erat dalam hati.

04/10/2022

Melepas LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang