Aku tak pernah tahu jika momen ini akan terjadi lebih cepat dari apa yang kupikirkan sebelumnya. Iya, aku memang pernah berpikir untuk jujur akan perasaan ini padamu suatu saat nanti, tapi aku tak menyangka jika momennya adalah hari ini. Kupikir aku baru akan berani jujur sesaat sebelum aku atau kamu menikah, atau beberapa tahun setelah kita berkeluarga nantinya. Hanya sekedar bercerita untuk sebuah perasaan yang telah habis masanya.
Tapi ternyata hari ini kita kembali bertemu setelah beberapa bulan lamanya kita tidak berjumpa, ya. Kulihat kondisimu sehat, fisik kamu bugar. Aku ikut senang, Mas itu artinya kamu baik-baik saja. Lantas bagaimana dengan hati dan pikiranmu, Mas? Semoga juga diberikan kesehatan, ketenangan, dan selalu dalam bingkai iman Islam, ya.
Aku merasa topik kita tidak bisa diselesaikan lewat chat saja, aku juga butuh ketemu dan ngobrol langsung akan hal ini, Mas. Untuk menjelaskan semuanya. Malam hari sebelum kita bertemu, aku telah menyusun runtutan pernyataan yang akan aku jelaskan, sebab jika tidak begitu pasti aku akan bingung memulainya dari mana, haha iya, sebab aku terlalu takut, terlalu ragu, terlalu bingung, dan jantungku mulai berdegup lebih kencang malam itu.
Pukul 06.45 WIB aku berangkat dari rumah sebab jam 07.00 WIB aku juga ada kelas online. Kamu mengabariku pukul 06.58 WIB untuk berangkat dari rumah dan sampai di tempat pertemuan kita pukul 07.20 WIB. Kita bertemu di tempat seperti biasa, perpustakaan kampus tentunya. Tempat pertama kali kita bertemu dulu. Kita juga duduk di tempat yang sama seperti waktu itu.
Hari ini kamu memakai celana jeans, kaos hitam dengan sablon putih, lengkap dengan jaket angkatan kebanggaan kamu juga bersepatu, sangat rapi. Potongan rambut kamu cukup rapi, kuku kamu juga bersih, meskipun tidak wangi tapi aku suka dengan style kamu hari ini. Hmm .., tapi aku juga selalu suka dengan apapun yang kamu pakai sih, Mas. Aku rasa pas-pas saja dan cocok di kamu.
Pertemuan kali ini aku cukup kewalahan mengatur napas sebab detak jantung ini masih berdegup sangat kencang. Aku bingung mulai dari mana membuka percakapan ini dan melihat kamu yang sangat santai sekali membuatku semakin tidak enak hati. Aku sedang berpikir respon apa yang akan kamu sampaikan nantinya?
Yahh, karena ini masih dalam suasana lebaran tentu aku yang usianya dua tahun lebih muda darimu meminta maaf terlebih dahulu sebagai permulaan. Kita saling berjabat tangan dan memaafkan.
Mas, meski kadang ucapan dan sikap labil mas itu cukup membuatku kesal tapi tidak pernah masuk ke hati kok. Seharusnya aku yang meminta maaf sebab suka keras kepala, tukang ngatur, gegabah, terlalu serius, dan banyak keburukanku yang lain mungkin pernah menyakiti hatimu, terutama maaf untuk perasaanku yang ngga tahu diri harus jatuh di kamu.
Aku yang canggung dan kamu yang tak kunjung memulai pertanyaan membuatku berinisiatif untuk memulai percakapan, "Mau langsung cerita? Aku mulai dari mana?" kataku.
"Udah jawab pertanyaanku yang di chat dulu aja." Mendengar ucapanmu aku langsung scroll chat kita yang kemarin.
[25/4 20:31] Kak : Kamu inget nggak aku pernah bilang kalo .... "yaapa ya kalo ternyata kamu jugak ngerasain ini" Dan ternyata emang bener? 🥲
[25/4 20:40] Kak : ..... Btw kalo sudah netral. Disini beneran netral? Kamu ga bohong lagi?
Hmm, ... Cukup menohok. Kamu membawaku pada ingatan beberapa bulan yang lalu saat perasaan ini masih bergemuruh.
Aku mati-matian menahan air mata ini untuk tidak tumpah atau setidaknya berkaca-kaca, kalau kamu menyadarinya dudukku pun tak tenang, Mas sebab aku gelisah. Ada banyak perasaan yang tertahan di sana.
Iya benar, aku sudah kalah dengan perasaanku. Aku ceritakan semuanya dari awal. Dari awal pertemuan kita, kedekatan kita, cerita-cerita kamu, bagaimana aku akhirnya percaya sama kamu, bagaimana akhirnya kita saling terbuka satu sama lain dan memutuskan untuk bersahabat hingga tanpa aku tahu kapan tepatnya, akhirnya perasaan ini juga kalah.
Kaget. Katamu begitu. Jangankan kamu, Mas. Aku juga kaget. Kenapa bisa aku jatuh cinta ke kamu? My friend is my crush.
Orang yang aku sayang seperti kakakku sendiri tapi perlahan perasaan itu meningkat satu level di atasnya lagi. Aku mencintaimu.
Ralat, aku juga belum sepenuhnya yakin jika ini benar-benar cinta, sebab aku juga ngga tahu bagaimana cara untuk memvalidasinya.
Sampai detik ini aku masih bingung perasaan ini apa namanya. Cinta, kah? Sebagai apa? Sebatas mana?
Peduliku, sayangku, bentuk perhatian, rasa takut kehilangan, iya sihh aku akui memang sudah sangat dalam.
Aku tak peduli apakah kamu juga sayang aku? Apakah kamu juga takut kehilangan aku? Aku ngga tahu, dan nggak mau tahu itu.
Aku berhasil untuk menceritakan seluruhnya. Dari bagaimana aku suka galau ngga jelas, kangen sendirian, lihat kalian online sampai dini hari, muter lagu galau sambil nangis, ke tempat-tempat yang pernah kita datangi, nulis tentang kamu di buku diary juga di cerita ini.
Kamu tertawa sekaligus nggak percaya kalau ternyata aku juga akan kalah, sama seperti sahabat-sahabat cewek kamu yang lainnya.
Kamu tertawa karena penilaian kamu masih jitu untuk melihat bagaimana wanita sedang terpanah, sedang jatuh cinta. Tapi katamu, kamu ragu meskipun sinyal yang sama kamu melihatnya di aku sebab ada nama lain yang selalu aku ceritakan padamu.
Iya betul. Itu sebabnya aku juga masih meragukan perasanku :(
Karena saat itu ada dua nama yang sama kuatnya, sama-sama dominan dan berhasil mengambil peran.Kamu berpendapat bahwa sebenarnya pemenangnya masih dia (Abang) dan kamu hanya sasaran rasa sayang saja, katamu rasa sayang yang sebenarnya untuk Abang akhirnya tersalurkan ke kamu sebab adanya kamu di dekat aku. Aku ngga tahu kamu benar atau tidaknya, aku juga suka bingung akhirnya.
Kamu sedikit tidak percaya jika perasaan ini benar-benar sudah netral. Hmm, ya sudah tidak masalah kalau tidak percaya. Yang harus kamu tahu, netral di sini bukan berarti hilang, hehe. Lebih tepatnya aku yang sudah bisa memposisikan diri, Mas. Aku yang sudah mampu mengontrol hari ini untuk sedikit mengurangi intensitas kegalauan itu pada kesibukanku yang lain.
Perasanku untuk Abang ataupun Mas nyatanya masih sama, tetap utuh. Tapi tidak ada ekspektasi apapun, tidak berapi-api meskipun masih suka menahan rindu dan ingin memutar kembali memori indah yang pernah kita lalui dulu.
Pulang dari sana, aku dapat chat dari salah satu mantanmu atau yang masih berstatus sebagai kekasihmu itu, ntahlah. Dia mencarimu dan bilang kalau khawatir sebab kamu ngga ada kabar. Dia sesayang itu loh sama kamu.
Aku jadi ingat Mas kalo beberapa Minggu yang lalu mas juga bilang kan, dulu dalam hubungan kalian di cewek ini sempat merasa cemburu dengan adanya aku.
Mas, aku sayang kamu. Tapi, aku tidak mampu untuk bersaing dapatkan kamu hehe. Mas, aku cuma mau kamu bahagia dengan siapapun itu. Jangan pedulikan aku.
Meskipun mas bilang kita tetap bisa bersahabat tapi aku juga cukup melapangkan hari jika di kemudian hari kamu memilih pergi. Sangat tidak apa-apa jika itu menyangkut bahagia kalian, bahagiamu terutama.
Aku cukup senang Mas sebab ternyata bukan hanya aku yang sayang sama kamu. Aku melihat cinta yang juga sangat besar darinya untuk kamu. Aku melihat effort dia untuk menghubungi teman-teman akrab kamu termasuk aku hanya untuk tahu kabar kamu.
Mas, sekali lagi aku sayang kamu. Bahagia selalu ya, dengan atau tanpanya aku di hidupmu. Aku percaya Allah pasti akan jagakan kamu, Allah pasti akan datangkan orang-orang baik dan juga sayang sama kamu.
Kemarin kamu berpesan kan kalau aku ngga boleh sering-sering overtinking. Aku ngga usah terlalu khawatir, aku harus belajar menahan perasaan ini sendirian. Iya, Mas. Aku akan belajar untuk itu. Aku berusaha untuk tidak mencarimu saat kita tidak ada komunikasi nantinya, aku usahakan begitu.
Mas, jika ini sekaligus menjadi pertemuan kita yang terakhir. Aku ucapkan beribu-ribu terima kasih ya sudah menemaniku dan mengajariku banyak hal selama kurang lebih 1,5 tahun ini. Semoga kebahagiaan, kebaikan, selalu menyertai perjalanan kamu, Mas. Kamu orang baik, kamu hebat, aku ngga peduli sehancur atau segelap apapun masa lalu kamu. Tapi kamu yang aku temui, kamu yang aku kenal adalah pribadi yang dewasa, terus sabar, terus mau belajar, dan berhasil untuk menjadi rumah untuk banyak orang, kamu sumber kebahagian, Mas. Maka kamu juga pantas untuk bahagia.
Sekali lagi, Mas. Aku menyayangimu.
27 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Luka
Fiksi RemajaSelalu ada alasan mengapa dalam hidup kita dipertemukan dengan seseorang. Entah itu hanya singgah atau menetap dalam waktu yang lama. Tidak ada jaminan apakah kita bisa selalu sama-sama, tetapi dengan kebersamaan yang ada itu pasti ada banyak pelaja...