🗾NeiBri-01🗾

45.8K 3.5K 217
                                    

Ayo biasakan vote kalau gak bisa komen, minimal vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 65 komen.

"Nama gue Abriel Genata, usia gue 17 tahun, gue indigo sejak 7 tahun lalu dan sejak saat itu hidup gue kacau."

—Abriel Genata(Fanboy Seventeen—

Neina-Abriel

"Iel, kakek gabut nih. Coba kamu deketan sini."

Saat itu usia Abriel masih 10 tahun, bocah lugu dengan lesung pipi dikedua pipinya itu patuh saat sang kakek memintanya untuk mendekat.

Liburan sekolah kali ini Abriel bersama ke empat orang tuanya pergi ke rumah kakek Abriel yang ada di Medan.

Ya orang tua Abriel ada 4, orang tua kandung dan angkat.

Jadi Abriel ini punya Mami dan Papi kandung bernama Betrice dan James, lalu ada Umi dan Abi angkat bernama Zumad dan Haniwa.

Jadi gak heran uang jajan Abriel banyak masuk dari berbagai sumber.

Kakek Jef, itu adalah kakek kandung Abriel, ayah dari Papi nya Abriel.

"Kakek mau apa? Jangan suruh khodam kakek buat apa-apain Iel."

"Enggak kok, khodam kakek juga males deketin kamu. Katanya kamu terlalu wangi jadi banyak setan yang suka ngikutin."

Gak heran, Abriel memang dikenal wangi karena suka memikat banyak setan-setan dan jin.

Di rumah Umi dan Abi saja yang senantiasa aman, sebab selalu dingajiin, sementara rumah Papi dan Mami adalah sarang setan.

Soalnya Papi sering nge dugem di rumah, dugem sampai mabok, maboknya juga dengan cara pasang banyak pengharum ruangan stella jeruk di AC penjuru rumah.

Dan Papi nya akan mabok beberapa menit kemudian.

"Kakek mau apa sih?" tanya Abriel heran.

Kakek Jef tak menjawab, beliau justru meletakan telapak tangannya didahi Abriel lalu membacakan beberapa doa serta mantra lainnya.

"Merem dulu Iel."

Abriel nurut lagi, dia meremin mata lalu membiarkan telapak tangan kakek mengusap dari dahi sampai ke dagu Iel.

Setelah selesai, kakek menyuruh Abriel membuka mata.

"Dah, coba buka mata kamu, dan lihat apa yang ada di pohon pisang halaman rumah kakek."

Abriel mengerjab pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, lalu dia melihat kearah halaman rumah kakek yang dipenuhi pohon mangga, beringin, jambu, pisang dan bambu.

Saat Abriel melihat ke halaman, jantungnya langsung nge dugem, hampir sama kaya pas naik angkot di Medan, apalagi kalau speaker gede ditaruh dibagian ujung angkot.

Terus di setel lagu DJ pake volume full, nah, jantung Abriel langsung berdegup tak karuan.

"Ganteng banget cucu nya Kakek Jef, boleh gak sih kalau saya jodohin sama cucu saya."

"Aduhai, manisnya si Iel, udah gede aja dia."

"Dek brondong mau sama kakak gak? Tapi mata kakak hilang satu gak papa kan?"

Abriel gemetar, dia pucat pasi saat segerombolan hantu bermacam model dan bentuk mulai mendekatinya.

"Gimana? Kakek tadi baru belajar doa buka mata bat—"

"HUAAAAAAA MAMIII PAPIIII UMIII ABIIIII AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Sejak saat itu, hidup Abriel tak pernah damai lagi.

....

Dan sekarang ini Abriel sudah 17 tahun, bukannya makin berani dia justru makin penakut.

Sebenarnya dia pemberani kok, kalau ramai orang, kalau sepi mau ciut juga pantat Abriel.

Pagi hari yang cerah, hari pertama Abriel naik ke kelas 11 seharusnya dia bersemangat, tapi begitu membuka mata, apa yang dia lihat sungguh mengejutkan empedu Abriel.

"Tolong..suruh kucing kamu untuk tidak..kencing ditempat saya.."

Wajah Abriel pucat pasi saat wajah penuh belatung dan bibir sobek nongol tepat diatas wajahnya, jantung Abriel berpacu sangat cepat.

Hantu wajah belatung itu biasanya cuma duduk disudut kamar sambil nyanyi lagu cicak-cicak di dinding, baru kali ini Abriel melihatnya nongol diatas kepala Abriel.

"Kamu dengar saya..Briel?"

"Gue denger..tapi tolong jauhin muka burik lo, gue mau muntah."

Sosok itu mengangguk lalu menghilang, sekejab dia kembali duduk disudut kamar sambil menyanyi.

Abriel menghela napas lega lalu menghitung sebentar, Abriel punya kebiasan melamun sebentar setelah bangun.

Ataupun menghitung sampai 10 sebelum melakukan apapun.

TIN TIN TIN TIIIIIIN!

"WAHAI BRIEL BONGSOR UNTUK SEGERA KELUAR! LO MAU TELAT APA GIMANA BANGSAT!?"

"BRIEL BURUAN TURUN! GUE MAU MAKAN BUBUR SEBLAK MBAK RIN WOY!"

"BABIII HUTAN YANG BERNAMA ABRIEL DIMOHON UNTUK SEGERA KELUAR!"

Abriel terkadang lelah punya teman kaya mereka bertiga, sudahlah berisik, tukang ghibah, suka kentut sembarangan dan yang jelas tukang makan di rumah Abriel.

"Teman-teman kamu berisik."

Abriel terkejut, dia menoleh kearah pintu kamar mandi dan sontak pucat pasi.

Ada kepala buntung ngintip disela pintu kamar mandi, matanya hancur pula tuh.

"HUAAAAAA MAMIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!"

Ke 3 teman Abriel terkejut mendengar teriakan cetar membahana itu, mereka sudah tau perihal kelebihan Abriel.

Tapi mereka suka pula ngajalin Abriel uji nyali gitu, lebih seru dan menantang.

Abriel mah, badan doang tinggi, mentalnya sih mental kerupuk seblak, lembek.

"Temen lo itu." cetus Bumi.

"Bukan, itu temen lo." sewot Orbit.

"Ah lo berdua jangan gitu, ntar si Briel ngamuk habis lo berdua gak ditraktir." cemoh Telaga.

Bumi, Orbit, dan Telaga adalah teman sejak di embrio nya Abriel dan mereka selalu senang melihat Abriel tersiksa.

Tersiksanya Abriel adalah kebahagiaan mereka bertiga, bahkan mereka melakukan syukuran saat Abriel masuk rumah sakit sehari setelah sang kakek membuka mata batinnya.

Intinya, kesengsaraan Abriel adalah kebahagiaan mereka.

🗾Bersambung🗾

Neina The Dominant Ghost [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang