🗾NeiBri-23🗾

16K 1.9K 79
                                    

Kenapa komen gak penuh ya, heran aku. Aku penuhin komen maupun votenya, seenggaknya vote kalau gak komen.

230 vote dan 60 komen.
...........................................................

"Kalau saya gak bisa milikin kamu, berarti anak ini juga gak bisa!"

—Norman si setan gamon—

Let's Reading

Neina gak bilang sama Abriel soal Norman yang merasukinya, dia gak mau buat Abriel berpikir yang bukan-bukan, ditambah mental Abriel belum terlalu baik.

Selama 1 bulan Abriel tinggal di Apartemen Neina, kerjaannya cuma beresin Apart, nunggu Neina pulang kuliah lalu bermanjaannya sampai malam.

Abriel bosan, tapi dia juga takut untuk keluar dari Apartemen, pasalnya hantu-hantu di Negara ini sulit dibedakan.

Mereka benar-benar mirip seperti manusia, bahkan jalan pun mereka gak melayang, mereka jalan seperti manusia pada umumnya.

Jadi Abriel tetap di Apartemen aja, sama Om Norman juga, kadang mereka main kartu atau main Ps.

Tapi tetap saja Abriel bosan.

Jadi hari ini Abriel mau bujuk Neina supaya mau balik ke Indonesia, dia lebih nyaman berada di Jakarta karena hantu-hantu disana udah akrab sama Abriel.

Abriel juga gak perlu takut.

"Neina," Neina yang tadinya lagi berbincang dengan sesosok hantu laki-laki berwajah setengah rusak lantas menoleh.

Neina ketemu hantu itu kemarin, saat hantu laki-laki itu duduk didepan apartemen Neina sambil menunggu Neina pulang.

Wajahnya agak familiar dimata Neina, tapi dia gak tau siapa itu.

"Kenapa Nata?" Abriel berjalan mendekat lalu memeluk Neina erat.

"Neina balik ke Jakarta ya, jangan disini. Iel gak suka disini soalnya hantunya pada mesum! Masa ada yang ngintipin pas Iel mandi, kan gak sopan!" rengeknya mengadu.

Neina hanya tertawa mendengar aduan manis itu, dia membalas pelukan Abriel lalu mengecup lekuk lehernya pelan.

"Balik ke Jakarta, terus kuliah aku gimana?"

"Iya juga.."

"Aku masih semester 2 loh, masih lama lagi lulusnya."

"Hish, aku gak mau LDR."

"Ya udah, tahanin aja. Nanti aku tegur hantu-hantu itu biar gak gangguin kamu."

Abriel mengangguk, dia mendusel diceruk leher Neina dan bertemu pandang dengan Norman, tapi Abriel abaikan.

Sementara Norman tampak tak suka pada hantu laki-laki yang menjadi pendatang baru di Apartemen Neina.

Hantu itu berperawakan tinggi, bahu lebar dengan wajah tampan yang setengah rusak dan rambut hitam, mirip seseorang tapi Norman gak tau siapa.

"Kamu siapa lagi? Kenapa tiba-tiba kesini?" tanya Norman sedikit tak suka.

Hantu itu hanya tersenyum lalu menggeleng, dia berjalan mendekati Neina dan menatapnya saja, senyumnya begitu lembut dan hangat.

Dan itu terjadi hanya saat melihat Neina saja.

Norman jadi tak suka, kenapa banyak sekali yang mau mengincar Neina-nya.

.....

Pukul 3 malam, Neina sudah tertidur lelap bersama Abriel dipelukannya, awalnya tak ada yang aneh sampai disatu ketika dimana Abriel tiba-tiba bangun.

Matanya terbuka namun tatapannya kosong, Abriel melepas pelukan Neina lalu bangkit dan terduduk.

Menatap kosong kearah pintu kaca balkon kamar, sudut bibirnya naik menciptakan senyum miring yang mengerikan.

"Hehe, kalau saya tidak bisa mendapatkannya, maka kamu juga tidak, Abriel." bisik Abriel lalu turun dari kasur.

Dia berjalan pelan menuju balkon, disinari rembulan yang tampak terang malam ini.

Hantu laki-laki yang juga ada di kamar itu langsung menghadang Abriel agar tidak keluar dari kamar, namun itu percuma karena tembus.

Hantu itu bingung harus bagaimana, cara satu-satunya adalah membangunkan Neina melalui mimpinya.

Abriel membuka pintu balkon lalu berjalan dengan tenang menuju pagar pembatas, semilir angin tengah malam menerpa wajahnya.

Seringai lebar terulas lebar diwajahnya.

"Mati dong, kamu harus mati seperti dulu saya mati hahahahaha."

Abriel naik ke pembatas balkon, menyeringai puas saat melihat bawah  balkon adalah parkiran Apartemen, tempat dimana Norman mati dulu.

"Huuu, pasti Abang Zumad bakalan sedih tau anak kesayangannya mati hihihi."

Saat tubuh Abriel hendak terjun kebawah, tubuhnya langsung ditahan.

Kriet!

"Aw!" Neina memekik kesakitan saat tangannya menghantam pagar pembatas, dia menahan tubuh Abriel yang sudah menggantung diluar Balkon.

Neina menahan kerah belakang piyama yang Abriel pakai, dia mengernyit merasakan sakit ditangannya.

"NATA WOI! BANGUN GAK KAMU! MELEK WOI!"

Norman mendecih lirih, dia keluar dari tubuh Abriel dan membuat pria itu seperti keluar dari air, sesak napas.

"Hahh..hah? Loh kenapa aku disini!"

Abriel panik saat melihat tubuhnya menggantung, apalagi saat melihat parkiran dibawah yang penuh dengan mobil.

"N-neina!"

Neina menggeram kesal, dia mengerahkan tenaganya untuk mengangkat tubuh Abriel.

Untung bisa walau kini tangan Neina terasa sangat sakit.

"N-neina..maaf.." lirih Abriel gemetar ketakutan, masih terbayang jelas tubuhnya terombang-ambing dibawah.

Neina menggeleng, dia memeluk Abriel erat "Sst, ayo masuk." Neina meringis saat Abriel membalas pelukannya.

Baru kali ini dia kerasukan sampai hampir kehilangan nyawanya, salah dia juga melepas gelang pemberian Neina sampai bisa dirasuki hantu.

Sementara hantu laki-laki berwajah setengah hancur, tampak menatap Norman penuh amarah.

"Kenapa kamu ngeliatin saya kaya gitu?" sewot Norman.

"Kamu..hampir ngebunuh adik aku!" geram laki-laki itu.

Norman mengerjab heran, adik? Norman gak paham sungguh.

🗾Bersambung🗾

Neina The Dominant Ghost [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang