🗾NeiBri-16🗾

19.8K 1.9K 71
                                    

Vote lah kalau gak mampu berkomentar.

250 vote dan 50 komen, kalau 50 komen aja gak bisa penuh, udalah, gak paham aku.
...........................................................

"Mimpi itu nyata banget anjir."

—Abriel Genata—

Let's Reading

Abriel melihat sekelilingnya, ini kamar Neina yang versi manusia, dan Abriel saat ini tengah berada didekapan hangat Neina.

Neina manusia itu hanya mengenakan kaus kendor dan celana pendek sepaha.

Menatap wajah pucat Abriel yang terlihat kaget.

"Selamat pagi Nata, lo manis banget kalau bangun tidur." bisik Neina seraya menyampirkan helaian rambut Abriel ke belakang telinga.

Abriel masih diam menatap Neina, tangannya bertengger dipinggang Neina dan wajahnya sangat dekat dengan wajah Neina.

"Nata kenapa diem aja? Digangguin kunti depan rumah gue lagi?"

Gelengan Abriel berikan, dia tak mau bersuara karena baginya diam menikmati mimpi ini lebih menyenangkan.

Neina pun menepuk pantat Abriel lembut lalu mengecup dahi Abriel.

"Nata, gue sayang sama lo. Hari ini gue kelulusan dan pulang nanti gue mau jenguk lo di rumah sakit."

"Aku sakit apa? Aku gak inget kenapa aku bisa di rumah sakit." tanya Abriel pelan.

"Lo bilang, lo jatuh ke jurang pas nanjak sama temen-temen lo, maafin Bumi ya, dia gak becus jadi sahabat lo, nanti gue hukum dia."

"Kok kamu kenal sama Bumi."

"Loh, dia kan adik angkat gue, tapi kami gak pernah ketemu soalnya gue ikut sama Oma dan Opa, tapi gue sering kok chattan sama Bumi dan tau lo itu temennya."

"Gitu ya, terus ini rumah kamu dimana? Jakarta atau kota lain?"

"Ini di Jakarta, gue heran kenapa lo bisa nyasar ke rumah gue."

"Umur kamu berapa?"

"17 tahun lah, jangan bilang lo gatau umur lo berapa."

"Iya, aku lupa umur aku berapa."

"Umur lo 14 tahun, baru lulus SMP, lo masuk ke jurang pas liburan kelulusan."

Abriel mengangguk, dia gak ingat sama sekali perihal kejadian ini.

"Sekarang lo tidur ya, gue mau siap-siap ke sekolah."

"Aku ikut, boleh?"

Neina tampak menatapnya lama, kemudian tersenyum gemas lalu mengangguk pelan.

"Tentu, ayo."

Ini mimpi, Abriel yakin ini pasti mimpi.

.....

Abriel duduk di kursi pos dekat pagar sekolah, menanti Neina keluar dari sekolahnya.

Neina The Dominant Ghost [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang