200 vote aja itupun masih jimplang, tapi udalah, capek itu mulu yang mau diributin terus, toh banyak yang gak perduli.
200 vote aja, cepat ya.
..........................................................."Lo selingkuh ya!?"
—Abriel Genata—
Let's Reading
Neina mencari cara bagaimana agar gelang itu bisa lepas dari tangan Abriel, tapi sulit rasanya sebab Abriel terlihat seperti anjing gila.
Emosinya berbahaya, dia gak pernah lagi bermanja sama Neina, marah terus taunya.
Seperti pagi ini, Abriel membanting semua piring sarapan di meja hanya karena masalah Chat Viano di Wa Neina.
"LO SELINGKUHIN GUE BANGSAT! BISA-BISANYA LO SELINGKUH SAMA SI CACAT!" jerit Abriel seraya melempar gelas susu nya dari meja.
Neina menggeleng pelan, padahal chat itu juga cuma berisi pesan kalau Viano tau bagaimana cara membantu Neina.
Perihal gelang itu loh.
"Enggak ada yang selingkuh, kamu jangan suka marah gitu dong." protes Neina.
Lama-lama ya dia kesal juga anying, dimarahin mulu setiap hari padahal dia gak salah apa-apa, capek dimarahin terus.
Abriel yang mendengar itu semakin berang, dia mengambil vas lalu melempasnya kearah Neina, untung Neina cepat ngehindar.
PYAR!
Vas itu justru nabrak dinding apartemen dan pecah sampai berkeping-keping, deru napas Abriel sangat cepat.
Neina justru mulai marah, dia gak suka kalau harus mengalami kekerasan kaya gini, dia mendekati Abriel dengan emosi yang memuncak.
"Kamu udah keterlaluan!"
Plak!
Abriel terdiam saat pipinya ditampar Neina, seolah tak percaya jika Neina akan menamparnya.
"Kamu tuh makin gak waras aku lihat, marah gak jelas, bentak-bentak! Teriak-teriak, cari masalah sama orang! Kamu udah kaya setan tau gak!" marah Neina.
Abriel masih diam, matanya mulai berkaca-kaca dengan bibir yang bergetar pelan.
"N-neina nampar aku..hiks..sakit.."
Neina mengusap wajahnya kesal, selalu kaya gini, pasti kalau udah mereka bertengkar dan Neina menamparnya, Abriel akan seperti ini.
Menangis, seolah dia baru tersadarkan dari tamparan tadi.
"Kamu kenapa sih..aku tuh capek ngeliat kamu marah-marah gak jelas gini.." keluh Neina capek.
Abriel menunduk, bahunya bergetar.
Tanpa menjawab dia langsung berlari pergi menuju kamarnya, rasanya menyakitkan walau Abriel sendiri linglung pada apa yang terjadi.
Neina yang ditinggal begitu saja hanya mampu berdecak kesal, dia harus mencari tau cara penyelesaiannya dari Viano.
Atau mungkin Kakek Jef saja ya?
"Kayanya memang harus sama kakek Jef deh."
Neina akan pergi ke tempat kakek Jef, walau jauh yang penting Abriel bisa disembuhkan.
Dan pastinya Abriel harus ikut juga.
Neina segera berjalan masuk ke kamar, dia mau membujuk Abriel agar mau ikut sekaligus minta maaf karena nampar dia barusan.
"Nata, aku minta maaf karena udah nampar kamu."
Neina bisa melihat Abriel tengah menangis disudut kamar, bahunya bergetar ditambah isakan yang membuat hati Neina sedih.
"K-kamu nampar aku terus..hiks..semalam juga..hari ini juga..kamu udah gak sayang aku lagi huhuuuu.."
Neina menahan senyumnya, Abriel kalau lagi mode waras gini jadinya kan lucu, Neina gemas dibuatnya.
Perlahan dia mendekati Abriel lalu memeluknya.
"Iya maaf ya, aku salah, maafin aku."
"Gak mau! Hiks..kamu jahat.."
"Iya aku jahat, kamu yang paling baik sedunia."
"Hiks..huhuuuuu..mau pulang.."
"Pulang? Ayo kita pulang, biar aku anter. Ke tempat Abi umi atau mami papi?"
"K-ke tempat umi sama abi."
"Yaudah ayo."
Abriel mengangguk, dia melepaskan pelukan Neina lalu menatapnya lama, tatapannya jatuh pada bibir kemerahan Neina yang terlihat kenyal.
"Kamu udah lama gak cium aku." rengut Abriel.
Neina hanya bisa cengengesan, ya gimana mau ngasih ciuman kalau Abrielnya galak gak terkira, marah terus kerjaannya.
Neina pun jadi seram dibuatnya.
"Yaudah sini aku cium." Neina menangkup wajah Abriel lalu mengecup lama bibir kenyal milik kekasihnya itu.
Abriel memeluk leher Neina dan menikmati ciuman serta sentuhan kecil yang Neina berikan.
Sementara Neina, secara perlahan menarik keluar gelang karet hitam itu dari tangan Abriel lalu menyimpannya di kantong.
Bagus, setelah ini Neina tinggal tanya sama Kakek Jef perihal gelang karet ini.
"Ahhh! Jangan diremet!"
"Hehe, maaf-maaf, habis gemesin pantat kamu."
"Dih gitu.."
Neina terkikik pelan, Abriel itu nyatanya gemes cuma kalau lagi ketempelan justru kaya anjing gila yang belum divaksin.
Ganas.
🗾Bersambung🗾

KAMU SEDANG MEMBACA
Neina The Dominant Ghost [End]
Novela JuvenilDom in publick, Sub in Private. Abriel itu indigo, dia sudah indigo sejak kakeknya membuka mata batinnya karena gabut dan berakir terbuka permanen. Abriel itu gentle dan Dominan, tapi sejak kedatangan hantu cantik bernama Neina yang juga mengaku Dom...