4

17 5 9
                                    

11 Maret,

Debu-debu beterbangan di dalam rumah Tya sekarang, sudah saatnya tugas mingguan keluarga untuk kerja bakti membersihkan rumah. Seharusnya jadwal bebersih datang di hari Sabtu, tapi karena orang tua Tya ingin pergi kencan besok, maka jadwal kerja bakti diubah menjadi hari ini, hari Jumat. Hari ini Ayah bertugas di lantai atas, memeriksa suara gemruduk yang semalam timbul dari atap, Mama membersihkan dapur dan peralatannya, sementara Tya membersihkan kamar dan ruang tamu.

Tya menghentikan aktivitas menyapunya untuk mengganti musik yang terputar dari ponsel, musik yang tersetel sekarang terlalu sedih, Tya sedang ingin bersenang-senang sambil menyapu. Saat sedang asik memilah-milah urutan musik yang akan terputar, tiba-tiba Tya teringat pada teman onlinenya, thegreencoat. Tya menoleh ke dapur dimana Mama sedang konsentrasi membersihkan pantat panci yang gosong, Tya ingin berbincang sebentar dengan thegreencoat, tak apa 'kan, Ma?

Tya gesit mengetik pesan kepada thegreencoat, dia tidak ingin ditegur Mama tidak totalitas saat menyapu, sedangkan Tya sudah susah payah menyapu sampai tangannya mulai muncul kapalan.

[Ini long weekend, 'kan? Kesibukan kamu apa?]

Kling!

Suara notifikasi dari ponsel Tya terdengar, buru-buru Tya membuat ponselnya dalam mode senyap agar Mama tidak mendengarnya. Dalam dua menit, Tya sudah mendapatkan balasan dari thegreencoat, tampaknya gadis itu sedang online di ponselnya. Tya jadi senang, karena kali ini tidak perlu overthinking karena pesannya lama dibalas.

[Hmmm ... hari ini Ibu mau keluar belanja, aku harus ikut. Terus besok waktunya bersih-bersih rumah, besoknya lagi jemput adik di bandara.]

[Kesibukanmu apa, Kak?]

[Woah, ternyata kamu juga sibuk ya, wkwk.]

[Hari ini aku harus bersih-bersih, besok mungkin keluar jalan-jalan, hari Minggu berkutat dengan tugas sekolah yang belum selesai.]

[Adikmu yang sekolah di luar negeri, 'kan? Sudah boleh pulang?]

[Eh, Kakak bersih-bersih juga? Aku kira anak laki-laki cuma bisa diam. Iya, adikku yang manja itu mau pulang.]

[Peraturan itu nggak berlaku di keluargaku, lagipula aku anak tunggal, siapa lagi yang mau disuruh-suruh kalau bukan aku?]

[Punya adik itu seru, nggak?]

"Aduh!" Tya mengaduh saat merasakan tangan lebar Mama menampar punggungnya, Tya cukup terkejut, sejenak dia tadi lupa dengan kegiatannya untuk menyapu dan Mama yang sangat tegas perkara kebersihan rumah. "Sakit, Ma," katanya.

"Diselesaikan dulu itu kegiatan kamu, baru lihat ponsel lagi. Kalau menyapu harus bersih, Tya, jangan setengah-setengah, nanti jodohnya brewokan, lho!" tegur Mama diakhiri nasehat jadulnya.

"Astaga, Ma! Tya masih suka perempuan, kok." Tya yang tidak terima dirinya diejek begitu oleh Mama, langsung membalas. Tentu saja Tya tidak akan mendapat seorang suami, 'kan?

"Ya kan bisa saja kamu dapat istri yang brewokan." Mama menaruh telunjuknya di depan mulut ketika Tya siap berbicara lagi untuk membalas perkataan Mama. "Sudah, lihat ponselnya nanti saja, bilang ke pacarmu tunggu lima menit lagi."

Tya semakin terkejut mendengar itu, bertubi-tubi omongan Mama membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. Sudahlah, mau dijawab seperti apapun, Mama pasti akan tetap menang. Lebih baik Tya diam dan melanjutkan menyapu ruang tamu yang belum selesai daritadi. Lalu nanti kembali mengecek ponselnya dan bercakap-cakap dengan thegreencoat.

Sunshine with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang