"Aduh!"
Tubuh Tya menghantam jalan beraspal dengan keras, meskipun kesakitan, tapi Tya merasa senang karena berhasil kabur dari ombak hitam yang akan menelannya itu. Tya membuka matanya, suara teriakan gembira terdengar di telinga, Tya bingung sebentar, apakah dia mendarat di cabang jalan yang ramai lagi?
Tya mendongak, menatap komidi putar di depannya. "Lho?"
Tya kembali berada di cabang ketujuh, dia melihat ke sekitar, semuanya tampak baik-baik saja seperti tidak ada yang terjadi. Tidak ada ombak hitam yang siap menelan semua orang, tidak ada orang-orang yang berlarian kesana-kemari panik mencari jalan keluar.
"Kok, aku berada disini lagi?"
Mengherankan, Tya melihat anak-anak di komidi putar yang melambaikan tangan ke arah orang tuanya, rumah angker dan penjual makanan di belakangnya nampak tak tersentuh ombak hitam. Padahal Tya lihat sendiri tadi kalau bangunan itu sudah ditelan air hitam seperti disedot vacuum cleaner. Tya berbalik, taman rindang penuh kursi besi juga baik-baik saja, meskipun kejadian ombak hitam barusan membuat banyak tanaman tercecer keluar dari tempatnya.
"Ini aneh." Tya kembali berjalan menuju area kolam anak-anak, hendak mencari tahu keadaannya, apakah juga kembali seperti semula?
Sepanjang jalan Tya mengamati sekitarnya, semua benar-benar seperti terkena rewind, kembali ke awal adegan saat semuanya masih baik-baik saja. Tya merinding, bukan karena merasakan keberadaan si Hitam, tapi karena pemandangan ini terkesan sangat horor.
Tya tiba di dekat area kolam anak-anak dan benar saja! Semuanya kembali seperti sedia kala, anak-anak bermain di dalam kolam, para orang tua mengawasi, seluncuran yang ramai, bola-bola mainan warna-warni berserakan, seakan ombak hitam tadi tidak pernah mampir kesini.
Tya mengerutkan dahinya, dia juga seharusnya tiba di cabang jalan yang lain tadi, tapi malah kembali ke tempat semula di cabang ketujuh, cabang yang sama. Padahal dia sudah ingat dengan segala petunjuk Sanatana tentang ilmu teleportasi itu, tapi entahlah, kenapa Tya tidak berhasil melakukannya.
Tya mendongak ke arah langit. "San, kamu dengar aku? Ombak aneh tadi–"
"Cepat pergi, cepat!"
Tya tidak jadi melanjutkan kalimatnya, teriakan yang sama terdengar lagi. Orang-orang berlarian, berusaha menyelamatkan anak-anaknya, lagi! Tya merinding, rasanya benar-benar seperti adegan film yang sedang diputar ulang.
Di tengah salah satu kolam, warna hitam kembali muncul, menyebar dengan cepat, semakin luas, tangan-tangan aneh berwarna hitam pekat juga muncul, menyeret orang-orang yang tidak sempat keluar dari kolam.
Kali ini Tya bertindak cepat, tanpa mendengar teriakan kedua dari arah kolam dewasa, Tya langsung berbalik dan lari secepat mungkin. Tak bisa dipungkiri, hanya dengan melihat aksi ombak itu menenggelamkan orang-orang, sudah bisa membuat Tya panik tak karuan.
"Aduh, sebenarnya apa yang terjadi dengan cabang jalan ini, sih?"
Tya jadi yakin, cabang yang terlihat bahagia tak mungkin bisa dipercaya, buktinya taman bermain yang indah penuh teriakan gembira ini bisa berubah menjadi wahana horor dalam sekejap. Tya memasukkan cabang ketujuh dan keenam di daftar paling bawah, tak mungkin rasanya kembali ke cabang ini dalam waktu dekat.
"San! Tolong hentikan ombak aneh itu!"
Tya terus berteriak meminta tolong pada Sanatana, tapi Sanatana sama sekali tidak menjawab. Tya semakin panik, semakin sedikit orang-orang yang bertahan dari cengkraman tangan hitam aneh itu, semakin sedikit celah yang ada untuk kabur dari tengah-tengah kepungan para ombak hitam.
Tya kembali mengarahkan tangannya ke jalanan kosong, membayangkan lubang penyedot yang bisa membawanya pergi ke cabang lain. Kali ini Tya benar-benar berharap dengan hati yang pasrah, bahwa dia akan terkirim ke cabang yang lebih aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine with Me
FantasySELESAI Aditya mempunyai sahabat online yang selalu dia tunggu balasan chatnya. Gadis penyuka fotografi yang bisa memprediksi kapan hujan akan datang. Berkat kemampuannya itu, Aditya jadi tahu kapan harus membawa mantel di sepeda motornya dan kapan...