"Kamu dan Ira berasal dari kota yang sama dan bersekolah di tempat yang sama, apakah kalian berkenalan di sekolah itu?" Tya membuka percakapan lagi di tengah perjalanan mereka ke tempat Ira berada sekarang, Tya penasaran ingin tahu cerita tentang Ira dari mulut sahabatnya.
"Aku dan Ira saling mengenal dari kecil, sebenarnya aku mengikuti Ira ke sekolah itu." Kala menjawab santai, seolah bangga menjadi sahabat setia Ira selama bertahun-tahun. "Kalau kamu dan si Soma ini bagaimana?"
"Oh, ikatan persahabatan perempuan, ya? Aku dan So–maksudku, Asa, saling mengenal dari masa orientasi SMA, kami menjadi teman sebangku selama tiga tahun ... hei, kenapa kamu tidak protes kali ini, Sa?" Tya menatap Asa yang duduk di sebelahnya, padahal barusan Tya juga hampir ikut menyebut Asa dengan nama 'Soma', tapi Asa tidak heboh protes lagi seperti sebelum-sebelumnya.
Asa melirik ke Tya sebentar, lalu kembali menatap ke luar jendela mobil. "Siapa kamu tiba-tiba mengajakku berbicara? Memangnya kita saling kenal?" jawab Asa sinis.
Tya dan Kala sontak terbahak-bahak, menggoda Asa terasa lebih menyenangkan jika dilakukan beramai-ramai.
"Kamu beruntung baru mengenalku, Soma, kalau kamu sudah mengenal Ira, dia akan lebih membuatmu naik darah, hahaha." Kala menghapus air mata yang timbul di ujung matanya, terlalu banyak tertawa.
"Sepupumu benar, Sa, tunggu saja sampai kamu mengenal Ira." Tya juga tahu betapa usilnya Ira meskipun hanya berbincang lewat online. Ada saja hal yang membuat Ira berulah dan Tya jadi jengkel karenanya. Ah ... Tya rindu masa-masa itu.
Asa sontak menoleh, tidak terima dengan omongan Tya. "Dih, kenapa kamu menyeretku?"
"Padahal kamu sendiri yang sangat penasaran dengan wujud Ira." Tya mengangkat tangannya, mengarahkan telunjuk ke Asa sebagai orang yang paling heboh ingin tahu wajah Ira.
"Aku sudah menyerah, sulit sekali menemukannya, seperti mencari dragon ball saja." Asa bersandar ke belakang, merasa perjalanannya menemukan teman online Tya itu mirip dengan perjalanan Son Goku.
"Sebentar lagi kita sampai di tempat tujuan, kakak-kakak sekalian, mohon dicek kembali barang bawaannya agar tidak ada yang ketinggalan." Sopir taksi online yang membawa mereka memotong pembicaraan, mengingatkan bahwa sebentar lagi mereka akan tiba.
Tya yang mendengar itu kemudian melihat ke luar jendela mobil, apakah ini tempat Ira berada sekarang? Tya seperti tidak asing dengan jalur yang diambil oleh sopir ini.
"Bukankah ini terlihat familier, Sa?" tanya Tya ke Asa, orang yang ditanyai ikut melihat keluar.
"Oh, apa jalan ini menuju rumahmu, Tya?" Kala juga mendengar pertanyaan Tya, dia menolehkan kepala ke kanan agar lebih jelas mendengar jawaban dari Tya.
Tya berdehem sebentar. "Rumahku lewat jalan ini juga bisa, sih, tapi masih jauh."
"Iya, ini jalan yang setiap Kamis kita lalui." Asa menjawab Tya sambil masih celingak-celinguk melihat kompleks ruko-ruko yang mereka lewati.
"Mau turun di depan sini, Kak?" Mobil taksi online yang dipesan oleh Kala melambat, sopir laki-laki itu menepikan mobilnya ke sebelah kiri agar lebih aman untuk menurunkan penumpang.
"Eh, iya Mas, di sini saja. Soalnya kalau ke parkiran ada biayanya selain member." Kala merogoh tasnya, mencari uang pas untuk membayar taksi.
Tya benar-benar bingung sekarang, mereka berhenti tepat di depan kafe yang biasa dijadikan tempat Tya dan teman-teman untuk nongkrong setiap hari Kamis, dia hanya bisa termangu menatap pelanggan kafe yang ramai di dalam.
"Ayo, Ira bekerja full time di kafe ini selain weekend, jadi kita pasti bisa bertemu dengannya." Kala membuka pintu mobil, mendahului Tya dan Asa yang masih duduk diam di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine with Me
FantasySELESAI Aditya mempunyai sahabat online yang selalu dia tunggu balasan chatnya. Gadis penyuka fotografi yang bisa memprediksi kapan hujan akan datang. Berkat kemampuannya itu, Aditya jadi tahu kapan harus membawa mantel di sepeda motornya dan kapan...