28

6 1 4
                                    

Hari keenam, 6 Mei,

Taksi online yang membawa Tya dan Asa berhenti di traffic light, menunggu giliran untuk melintas. Sepanjang perjalanan, Tya dan Asa hanya diam, tidak ada yang mau membuka percakapan, keduanya sibuk melihat keluar jendela. Asa sedang memperhatikan kemana Tya akan membawanya pergi, sedangkan Tya menatap langit, memeriksa cuaca hari ini. Syukurlah awan hitam belum tiba-tiba muncul lagi, akan repot jika Tya harus mengeluarkan kekuatannya di dalam mobil ini.

Asa memeriksa ponselnya yang bergetar, itu adalah pesan dari seseorang. "Hei, Tya," panggilnya setelah membaca pesan itu. "Apakah aku boleh mengajak Kala ke tempat itu juga? Dia bilang ingin mengatakan sesuatu kepadamu."

Tya menoleh lalu mengangguk. "Eh, Kala saja, 'kan?"

"Memangnya siapa lagi? Elio? Aku tidak mau mengajak anak aneh itu." Asa dengan cepat mengetik jawaban kepada Kala. "Kala akan menyusul nanti, sekarang sedang ada urusan."

Beberapa menit kemudian setelah perjalanan yang sepi, Tya dan Asa tiba di depan perpustakaan milik Sanatana. Asa celingak-celinguk memperhatikan lingkungan sekitar, ramai sekali pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar di depan ruko-ruko, hanya trotoar depan perpustakaan saja yang lengang, tak ada barang sedikitpun yang terpampang.

Tya mengajak Asa untuk segera masuk ke perpustakaan, cuaca memang belum terasa menyengat di kulit, tapi kalau terlalu lama berdiri di bawah matahari juga bisa membuat tubuh lama kelamaan merasa panas.

Bunyi bel kecil di daun pintu membuat seluruh karyawan hewan di dalam perpustakaan yang sedang sibuk beberes menoleh, mereka diam sejenak untuk melihat siapa yang masuk ke perpustakaan padahal papan yang digantung di pintu jelas masih memperlihatkan sisi 'close'.

Para karyawan hewan itu langsung kembali bekerja begitu mengetahui bahwa yang baru saja masuk adalah Tya, seperti sudah tak peduli dengan keberadaan Tya setiap paginya di perpustakaan ini. Karyawan kucing yang berada di balik meja resepsionis menatap Tya dan Asa bergantian, lalu kembali fokus mendata sesuatu di komputernya.

"Kamu datang lagi?" Sanatana muncul dari balik salah satu rak buku dengan cangkir kopi di tangannya. Asap panas mengepul, sepertinya Sanatana baru saja menyeduh kopi itu. "Bukankah ini hari libur? Kamu tidak sedang ada acara bersenang-senang dengan teman-temanmu?"

Tya menggeleng. "Hari ini aku memang berencana libur, tapi aku ada perlu tentang Ira bersama dia dan satu orang lagi yang masih dalam perjalanan." Bahu Tya terangkat.

Sanatana menatap Asa yang sedang mengeksplor bangunan perpustakaan ini dengan kedua matanya. "Siapa dia?"

"Ini teman sebangkuku yang telah banyak membantuku mencari Ira." Tya menyenggol siku Asa, meminta Asa untuk fokus. "Namanya Asa, dan pria beruban itu adalah pemilik perpustakaan, namanya Sanatana, panggil saja San."

"Salam kenal, San," katanya menyapa. Sanatana membalas dengan anggukan.

"Sa, kamu mau mendengar ceritanya dulu atau menunggu Kala sekalian?"

"Sekalian saja, aku mau melihat-lihat perpustakaan ini. Eh, boleh 'kan aku berkeliling?" Asa menatap Sanatana, meminta izin untuk berkeliling di tengah-tengah para karyawan yang masih berbenah-benah.

"Silakan saja, hati-hati dengan aktivitas mereka yang sedang bersih-bersih, takutnya kamu tertimpuk buku-buku tebal itu jika salah melangkah."

Asa tersenyum kecil, kemudian melangkah lebih dalam menjelajah di antara rak-rak buku yang tinggi-tinggi. Tya mencari tempat duduk yang paling nyaman untuk mereka bertiga–atau berempat jika Sanatana juga mau bergabung, bercerita sepuasnya nanti.

Sanatana mengekori dari belakang, perlahan mendekati tubuh Tya agar bisa berbisik di dekat telinganya. "Hei, kenapa kamu membawa teman-temanmu kesini? 'Kan ada kafe lain yang lebih glamour dari perpustakaan yang sesak ini."

Sunshine with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang