🧐 Bonus

22 1 3
                                    

12 Mei,

"Bagaimana dengan Tya? Apakah kamu juga ingin menghapus ingatannya tentang perjalanan mimpi itu?"

Ira diam, mungkin memang memalukan baginya karena Tya sudah mengetahui semua hal yang dia sembunyikan dari dunia. Apalagi Tya mengetahui itu sebelum mereka benar-benar bertemu dalam keadaan saling mengenal. Waktu itu Ira memang sedang tidak sadarkan diri, tapi tetap saja, itu memalukan baginya.

"Sepertinya ...." Ira kembali diam.

Sanatana memperhatikan dengan cermat, sambil mengetik pesan kepada ayah dan ibu Tya di ponsel milik Tya. "Aku bisa membuatnya lupa dengan informasi-informasi sensitif saja, kalau kamu mau."

"Begini saja, kamu bisa mengubah ingatan Asa dan Kala yang sebelumnya mereka tahu kalau Matahari pergi kesini untuk menyelamatkan aku, menjadi tahu bahwa Matahari pergi ke perpustakaan ini untuk belajar. Lalu, kamu bisa menghapus ingatan Elio dan ibuku, jangan menyisakan apapun yang berkaitan dengan aktivitas Matahari ketika mencariku."

"Kamu menyisakan si Matahari." Sanatana memencet tombol kirim.

"Kalau dia ... biarkan saja."

Mata Sanatana melirik ke arah Ira yang sekarang sedang mencari-cari ponselnya di saku. "Kamu yakin?"

Ira menghentikan aktivitasnya dan menatap Sanatana dengan berani.

"Aku yakin tidak akan menyesali keputusanku."

.

.

15 Mei,

"Ibu tahu kalau Ira sedang sibuk dengan pekerjaannya di perpustakaan itu, 'kan? Ira juga sibuk mempersiapkan ujiannya untuk masuk kuliah. Jadi, hari ini anak bungsu Ibu yang akan menemani belanja bulanan."

Ibu mengangguk, sudah tahu bahwa anak sulungnya adalah orang yang sangat sibuk. "Memangnya sejak kapan kakakmu punya waktu yang sangat luang? Dia selalu berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Untunglah anak laki-laki Ibu sedang waktunya pulang, jadi Ibu tidak merasa sendirian lagi."

Elio tersenyum. Beberapa hari lalu dia masih harus menguatkan diri untuk menjaga agar ibunya tidak khawatir dengan keadaan Ira, bahkan sebisa mungkin mencegah ibunya untuk tidak menanyakan kabar Ira karena keadaan Ira masih belum kembali dari sikap 'zombie'-nya. Dia mempercayakan proses kembalinya Ira kepada pemuda yang dulu membuatnya marah besar karena terlalu mengorek kehidupan pribadi keluarganya.

Namun, lama kelamaan Elio sadar, kalau Ira memang membutuhkan bantuan, dan yang bisa Elio lakukan adalah membantu Tya untuk menemukan akar masalah yang membuat Ira seperti itu.

Kemudian, tiga hari yang lalu, tepat setelah Elio sadar kalau ketiga buku terakhir diary Ira menghilang dari bawah ranjangnya, dan tepat sebelum Elio akan mencari Kala dan Tya tentang buku diary yang hilang itu, Ira pulang. Kakaknya pulang dalam keadaan sehat, sudah tidak bersikap aneh lagi seperti kemarin-kemarin.

Waktu itu Elio hampir menangis melihatnya, dia sudah sangat bersalah karena mencurigai Tya sebagai anak aneh yang ingin ikut campur masalah keluarganya. Rupanya Tya benar-benar tulus ingin membantu, Elio mati-matian menahan tangisnya sampai waktu tidur tiba. Sarung bantalnya menjadi basah pada malam itu, besoknya pun mata Elio membengkak, sampai tidak percaya diri untuk bangun pagi-pagi, apalagi jika Ira sampai melihatnya.

Di perjalanan menuju supermarket kota tempat Ibu sering belanja bulanan, Elio banyak berpikir, mungkin seharusnya dia bertemu dengan Tya dan berterima kasih padanya sekaligus meminta maaf atas sikap yang dulu dia perlihatkan ketika Tya sedang mampir ke rumah. Elio banyak menghela napas ketika berada di dalam taksi.

Bahkan ketika berada di dalam supermarket pun, Elio hampir saja tersesat karena melamun.

"El, kenapa kamu jadi suka melamun begitu? Ada sesuatu yang mengganggumu?" Ibu bertanya, menyadarkan Elio sebelum menabrak seorang laki-laki yang sedang mempromosikan sebuah merk blender.

Laki-laki itu tersenyum ketika Elio meminta maaf padanya. "Ah, bukan apa-apa, kok. Ibu tidak usah khawatir."

"Bagaimana kalau segelas jus untuk mengusir kekhawatiran Anda?" Laki-laki jangkung dengan rambut berwarna merah muda itu memberikan segelas jus jambu masing-masing kepada Elio dan ibunya.

Ibu menerima jus itu dengan santai, tidak ada salahnya meminum segelas jus gratis di hari yang cukup panas ini. Begitupun Elio, kebetulan sekarang dia sedang haus. "Terima kasih."

Elio dan ibunya kembali berjalan menyusuri supermarket, dengan pikiran yang lebih plong dari sebelumnya.

Laki-laki yang memberikan jus itu kepada mereka tersenyum sambil memperhatikan kepergian Elio dan ibunya.

"Tugas sudah selesai," bisiknya pada diri sendiri.

—————

"It's strange, I think we've at my dreams before."

Ira's spotify playlist :

Ira's spotify playlist :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://open.spotify.com/playlist/4h4kTzQU4afCm495aQXCwB?si=RQljs_NlRMKRXUgf2FdiPQ

Sunshine with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang