A-11

45.8K 4.5K 261
                                    


Penolakan yang terus menerus diterima menyebabkan seseorang cenderung menutup diri dan merasa bahwa ia hanya sendiri tanpa siapapun disisinya.

Seperti gadis yang kini termenung di cafe
Menciptakan imajinasinya sendiri terlalu asik hingga tak menyadari seseorang menyapanya.

Tuk..

Tuk..

Seorang pria mengetuk meja karna pemiliknya hanya melamun.

"Boleh aku bergabung?" tanya pria itu setelah Athalia mentapnya.

"Silahkan."

"Kenapa melamun? Tidakkah sore ini terlihat sangat indah."

"Aku tidak melamun Dok."

Tawa renyah terdengar indah menyapa rungu sang gadis. Tak ayal dokter muda dihadapannya ini memang sangat tampan.

"Lalu siapa tadi yang kupanggil tak menjawab, hm?"

Keduanya mencoba berteman guna mengurangi rasa canggung. Tidak, lebih tepatnya Louis lah yang mendekat supaya sang gadis pasien merasa nyaman saat mereka melakukan serangkain terapi.

"Dokter tidak sibuk? Atau ternyata kabur dari pasien gadis-gadismu." alihnya

Bukan apa sebagai dokter muda yang tampan dan mempesona pria itu memiliki banyak pasien yang bahkan tak jarang hanya pura-pura sakit padahal sudah jelas bahwa ia adalah dokter spesialis Onkologi

"No, kebetulan shifku malam dan bukankah sudah kubilang jangan memanggilku dokter saat kita berada ditempat umum."

"Hm baiklah maaf aku melupakan itu."

Keduanya terdiam menikmati hidangan yang mereka pesan.

Sesekali Louis menatap gadis cantik berkulit putih yang cenderung pucat, tubuh itu terlihat lebih kecil dari terakhir ia bertemu dipantai malam itu.

Louis merasa tertarik dengan gadis dihadapannya itu, dia terlihat cantik yang menyimpan banyak luka dari sorot matanya. Dan ditambah fakta yang ia ketahui dari Dr. Tasya bahwa Athalia tak cukup mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.

Louis merasa ingin melindungi gadis ringkih nan mungil itu.

"Bagaimana keadaanmu?"

Athalia menatap dokternya.

"Baik." dengan anggukan kecil

"Jangan merasa sungkan, jika terjadi sesuatu atau merasakan sesuatu yang tak nyaman katakan saja padaku."

"Tenang saja Kak, aku hanya merasa semakin sering pusing tapi aku bisa mengatasinya."

Louis mengangguk paham

"Kamu meminum obatmu dengan baik kan?"

Yang ditanya hanya mengangguk beberepa kali dengan senyum indah miliknya.

...

Makan malam yang terasa menyenangkan untuk keluarga Smith. Jarang sekali meraka bisa makan bersama secara lengkap dan tentunya canda tawa menghiasi malam ini.

Meninggalkan gadis yang hanya memberi sedikit respon terhadap topik yang sedang mereka bahas.

"Jadi kapan kompetisi baletnya, Dek?" tanya Revan

"Tiga minggu lagi, Bang. Kalian semua bisa ikut datang kan?"

"Of course baby, anything for you, kami semua pasti akan datang melihat penampilanmu yang pasti sangat memukau." Jiveer menyusap lembut kepala putri emasnya.

Athalia Secret. |Sudah Terbit|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang