A-27

46.1K 4.1K 401
                                    


Ketika harapan tak lagi mampu untuk sekedar menjadi nyata meski hanya sementara.

"Sayang.. kamu yakin putramu itu tak akan marah.."

"Siapa yang berani marah atas keputusanku honey.."

Nadia menghela nafas, tak habis pikir suaminya ini dengan santainya menerima perjodohan antara Louis dan Thania. Entah apa yang akan putranya lakukan saat mengetahui perihal rencana gila ini.

"Putramu itu menyukai Thalia bukan Thania bagaimana bisa kamu menjodohkan mereka.. astaga aku tidak tau apa yang akan putramu itu lakukan.."

David terkekeh gemas mendengar ocehan istri tercintanya, kenapa jadi Nadia yang kalang kabut.

"Sayang kita tidak tau mana yang menjadi jodoh Louis.. Aku hanya mencoba peluang yang ada.."

"Peluang apanya.. kamu gak tau aja gimana Louis mencintai Thalia.."

"Bukankah mereka kembar.. Dengan itu tentu Louis mudah untuk pindah kelain hati.."

"Ya.. Terserahmu aku gak ikut campur kalo nanti ada perang dingin diantara kalian.."

"Don't worry honey.. it's not gonna happenned."

Gemas sekali rasanya mengoda sang istri, lihat meski sedang merajuk wanita itu tak menghindar ketikan David mencium gemas pipinya.

Tak perlu ragu akan kesetian keluarga Alexander, sejak terdahulu darah yang mengalir didalamnya adalah kesetian pada pasangan. Tak perlu cemaskan hati yang terlanjur jatuh kedalam pesona cinta, sebab barang berpaling saja adalah hal mustahil bagi mereka.

...

Baru saja Athalia akan bangun dari ranjang tapi rasa sakit dikepalanya menghantam, denyut yang teramat sakit membuatnya menjerit tak tertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru saja Athalia akan bangun dari ranjang tapi rasa sakit dikepalanya menghantam, denyut yang teramat sakit membuatnya menjerit tak tertahan. Rasanya sangat sakit hingga membuatnya ingin mati saja.

Meringkuk diatas kasur terisak pedih dengan sakit yang tak kunjung mereda. Bahkan kini tangannya terus menarik rambutnya keras berharap sakit itu sedikit mereda.

Dadanya sesak, membayangkan ini adalah akhir dari kisah hidupnya, bagaimana cinta yang baru ia rasakan telah hilang tanpa bisa ia jaga dengan tubuh yang bernyawa.

Seolah semesta menghukumnya tanpa pandang waktu terus saja menghujani segala sakit dan derita.

Dengan sekuat tenaga ia bawa tubuh lemahnya mencari obat, sial obat itu tersimpan diatas meja diruang tengah.

Perjuangan yang tak sia-sia terlihat kini remaja itu meminum obatnya dengan tergesa, bahkan botol obatnya pun terjatuh berserakan isinya, entah sesuai dengan takaran atau tidak Athalia tak lagi peduli yang terpenting sakit yang terasa mereda.

Nafasnya tersegal, belum lagi hidung yang terasa basah. Lagi, darah itu mengalir dari celahnya.

Sebelum kegelapan merenggut sadarnya Athalia menyebut nama kekasihnya. Berharap ia masih bisa memanggil dengan kehadiran yang nyata.

Athalia Secret. |Sudah Terbit|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang