A-13

45.3K 4.4K 26
                                    


"Aku gak nyangka kalo ternyata kalian sedekat itu." Rabecca menatap pintu yang kini kembali tertutup setelah perginya dokter tampan.

"Dia sudah seperti Kakak untukku Becca."

Athalia mulai jengah menjelaskan tentang hubungannya dengan Louis. Gadis bersurai pendek itu selalu menaruh curiga terhadap keduanya.

"Tapi aku tak melihatnya seperti itu. Dia terlihat menaruh hati padamu."

Athalia tertawa mendengar opsi konyol temannya itu.

"Jangan konyol, dia pria dewasa tak mungkin menyukai gadis remaja sepertiku."

"Ck, terserahmu. Ini makan buah ini segara, kau harus cepat sembuh."

Rabecca menyuapi potongan mangga setengah matang sesuai kesukaan Athalia.

Rabecca memahami bagaimana Louis menatap penuh kasih sayang terhadap Athalia. Bagaimana ketika pria itu berbicara dan memperlakukan temannya seolah dia begitu istimewa.

Ataukah ia yang salah mengira?

Bahkan pria itu dengan gamblang menawarkan diri untuk mengantar pulang Athalia di waktunya yang cukup padat sebagai seorang dokter.

Suara pintu terbuka menghentikan kedua gadis itu. Seorang pria baya datang dengan aura angkuh yang tak terbantahkan.

"Sepertinya kau merasa nyaman tinggal disini sampai tak ingin pulang. Berapa biaya yang harus ku keluarkan hanya untuk anak sepertimu."

Jiveer, wajah yang begitu kentara akan kemuakan dan kebencian menguar begitu saja. Padahal masih terhitung dua hari Athalia dirawat.

"Menyusahkan! segera pulang atau kau sendiri yang harus menanggung biaya rumah sakit." Jiveer duduk di sofa tunggal mengabaikan gadis bersurai pendek yang kini menatapnya kesal.

Rabecca tak menyangka bahwa pengusaha sukses itu bersikap buruk pada putrinya sendiri.

Athalia menatap Jiveer sendu. Ayahnya datang hanya untuk meyampaikan kebencian yang dirinya punya?

Merasa terus ditatap oleh kedua gadis itu pun Jiveer berkata.

"Jangan pernah menyangka aku datang untuk menjengukmu. Putriku merengek hanya untuk mengantarnya menemui gadis sial sepertimu."

Baru saja kalimat sarkas terlantunkan masuk seorang gadis duplikat dengan tas paper bag di tangannya yang berisikan pakaian yang siang tadi Athalia minta. Tak menyangka bahwa pengantarnya adalah Thania.

"Bagaimana keadaan Kakak? Sudah lebih baik?"

Menatap datar Thania, gadis itu terlihat segar dan ceria. Berbeda dengan dirinya yang pucat dan kurus seolah dirinya kekurangan gizi, tidak! Lebih tepatnya kekurangan cinta dari keluarga.

Kasih sayang sangat berpengaruh dalam pola hidup.

"Ya aku sudah lebih baik. Dokter pun berkata aku sudah boleh pulang setelah cairan infusnya habis." jawabnya seolah menegaskan bahwa ia akan segera pergi dari rumah sakit ini.

Lagi pun siapa mau terus menetap di tempat yang membosankan dengan bau obat menguar disepanjang lorong rumah sakit.

"Oke kalo gitu aku mau nunggu Kakak biar sekalian aja. Bolehkan, Pah?" ucapnya penuh harap.

"Rumah sakit bukan tempat yang baik untuk kesehatanmu."

"Ayolah Pah boleh ya.. lagian kayaknya gak sampe bermalam disini juga."

"Sekali ini aja, Please.."

Jiveer yang ditatap penuh harap pun akhirnya luluh, ia tak cukup kuat melawan keinginan putri tersayangnya.

Athalia Secret. |Sudah Terbit|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang