A-12

45.7K 4.6K 127
                                    

Pagi menyapa begitu sejuk embun pun turut membasahi bumi.

Mata yang terpejam sejak semalam terbuka, mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan cahaya mentari pagi.

Kepalanya pening, tenggorokannya pun masih terasa panas bahkan sedikit sulit untuk sekedar menelan air minum yang ia ambil di samping ranjang.

Mengedarkan pandangan tanpa bertanya pun dia tau ini kamar rumah sakit tapi benarkah tak ada yang menemaninya? Paling tidak hanya menunggu ia sadar terlebih dahulu.

Athalia ingat, semalam bahkan Jiveer enggan membantunya. Ayahnya itu tau bahwa ia memiliki alergi terhadap seafood tapi bukannya menolong dirinya yang sekarat pria baya itu malah mencemohnya bersandiwara.

Memang benar ia melakukan itu hanya ingin mengetahui siapa yang peduli terhadap nyawanya tapi untuk rasa sakit akibat alergi itu nyata terasa menyiksa.

Terlalu ekstrim

Tapi bagaimana lagi nyatanya meski ia hampir mati masih saja tak ada yang peduli.

Bunyi pintu kamar mandi menyadarkan Athalia dari lamunannya. Menoleh dan mendapati seorang Anjani tersenyum berjalan kearahnya.

"Syukurlah.. kamu sudah sadar." diusapnya sayang surai brown yang terlihat acak-acakan terlihat manis dan menggemaskan.

Tak biasanya Anjani mendapati ekspresi sang putri seperti terkejut dan binar bahagia yang terpancar dari netra hazel itu.

"Mama disini? Sejak kapan? Sama siapa?"

Anjani tersenyum mendapati rentetan pertanyaan itu dari putrinya.

"Satu-satu nak, Mama jadi bingung jawabnya."

"Oh ya maaf, Mah."

"Mama disini sejak semalam Nak, kamu gimana kedaanya? ada yang sakit?"

Jawab itu menciptakan senyum merekah dari sudut bibir Athalia.

"Mama minta maaf, Sayang. Maaf karna Mama bahkan gak tau kalo kamu alergi udang bahkan Mama sendiri yang nyuapin kamu racun itu. Kenapa Athalia? Kenapa kamu gak bilang atau bahkan nolak makanan itu?"

Athalia yang ditanya hanya diam, tak terbiasa dengan nada panggilan lembut penuh kasih sayang. Ada perasaaan hangat yang membalut relungnya.

Sayang? Bahkan kini ia bisa merasakan panggilan lembut itu untuknya. Jadi begini rasanya dibelai kasih sayang ibu?

Jika dengan sakit membuatnya mendapatkan cinta, maka Athalia memilih sakit selamanya.

"Athalia jawab Mama, Nak."

"Karna itu suapan yang selama ini Thalia inginkan setelah sekian lama tak bisa merasakannya lagi. Jadi bagaimana bisa Thalia melewatkannya begitu aja mah."

Deg..

Bagai dihantam godam besar, Anjani merasa begitu sangat buruk sebagi seorang ibu. Ia paham kemana arah ucapan putrinya. Tak lain karna ia terlalu fokus merawat Thania hingga sering melupakan Athalia yang juga butuh perhatiannya.

"Kenapa tak memintanya? Kamu bisa bilang sama Mama kalo kamu juga ingin Mama suapi seperti Adikmu."

Athalia kembali diam. Mencerna maksud kalimat itu.

Meminta? Bisakah ia lakukan itu setelah banyak penolakan halus yang diberikan Anjani.

Baru saja Athalia mau menjawab tapi dering ponsel Anjani lebih dulu berbunyi.

My husband's...

Nama kontak itu tertera dilayar menyala.

Lihat? Belum genap 24 jam Anjani bersama Athalia tapi Jiveer sudah memintanya pulang dengan alasan tidak ada yang merawat keperluan Thania.

Athalia Secret. |Sudah Terbit|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang