A-04

49.6K 4.8K 82
                                    

Sejak kedua gadis kembar itu resmi menjadi anggota olimpiade mereka disibukkan dengan belajar.

Athalia fisika, Thania matematika.

Terlihat Thania sedang belajar diruang keluarga bersama guru privatnya, meraka sedang latihan soal matematika guna mengasah kemampuan sang putri emas.

"Thania istirahat dulu, kamu belum makan dari siang tadi sayang." Anjani meletakkan piring yang berisikan kue buatannya diatas meja.

Anjani mempersilahkan sang guru untuk mencicipi kue yang tersedia.

"Bentar Mah, ini hampir selesai kok." Thania terus fokus mengerjakan soal yang hampir rampung.

Anjani mengusap pucuk kepala sang putri emas tak lupa bibirnya tersenyum lembut menatap Thania yang terus mengerjakan soal.

Tanpa mereka sadari ada seorang gadis remaja yang menatap sendu interaksi kedua ibu dan anak itu.

Rasa sesak menghampiri relung yang masih basah dari luka. Hanya seperti itu, tapi sayangnya Athalia tak pernah mendapatkan hal seperhatian itu dari Anjani atau orang lain.

Mengabaikan rasa sakit yang dipunya Athalia melangkah menuju Anjani.

"Mah, Thalia ijin keluar ya."

Anjani mentap putri pertamanya yang terlihat rapi dengan jaket kulit yang berwarna hitam.

"Mau kemana? Ini udah sore."

"Toko buku Mah, ada beberapa buku yang Thalia cari."

"Tapi pak Dino lagi nganter Abang kebandara, mau berangkat sama siapa?"

"Thalia naik motor aja, Mah."

Mendengar itu Thania sontak menatap saudara kembarnya dengan sorot berbinar.

"Mah, ada buku yang Thania butuhkan juga boleh ikut kak Lia aja ya." pintanya sesekali matanya melirik saudaranya yang nampak tak nyaman atas ucapannya.

Apa pedulinya, Thania hanya ingin mengambil kesempatan siapa tau ia bisa pergi bersama saudara kembarnya itu. Pasti sangat menyenangkan pikir Thania.

Mendengar itu Anjani langsung menolak.

"Jangan... nanti kamu masuk angin, lagian belum makan kan? Nanti aja nunggu pak Dino dateng." ucap Anjani khawatir.

Melupakan seorang gadis yang telah melangkah pergi membawa rasa iri.

Binar dari netra coklat itu pun meredup dengan bersamaan langkah sang saudara yang terus menjauh dari ruangannya berada.

Thania ingin merasakan naik motor bersama saudara kembarnya, bagaimana rasanya keluar bersama dan bersenang-senang diluar sana.

"Kenapa Mama gak minta kak Lia nunggu Pak Dino juga?" pertanyaan itu langsung menembus ulu hati Anjani.

Iya, harusnya ia meminta putri pertamanya menunggu sang supir saja. Matanya bergulir menatap Athalia yang sudah menjauh.

Lagi-lagi Anjani turut memberi luka untuk Athalia.

...

Athalia fokus dengan buku yang berada di hadapannya, gadis itu memilih mempelajari buku tersebut ditempat yang di sediakan pemilik toko.

Mempelajari materi-materi dengan fokus hingga tak terasa setetes cairan merah pekat jatuh tepat di atas tangannya yang sedang menulis.

Mimisan, lagi-lagi darah dari celah hidungnya mengalir bersamaan denyutan kuat terasa di kepalanya. Tangannya beralih mencengkram rambutnya berharap dapat mengurangi rasa sakit yang ia rasa.

Athalia Secret. |Sudah Terbit|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang