Lima CSL

818 95 8
                                    

Pedro baru saja masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu dengan sebelah kakinya hingga menimbulkan bunyi keras, tanpa mau repot-repot ingin tahu keadaan Sang Tuan Putri. Pedro masuk lebih dalam ke dalam kamarnya, dia hampir saja masuk ke dalam kamar mandi tapi langkahnya terhenti saat tak sengaja pikirannya melayang pada Sang Tuan Putri. Di mana dia tadi meminta bantuannya untuk mengambil piring.

Memejamkan mata erat, Pedro kembali meneruskan langkahnya, mengabaikan pikirannya yang kini malah melayang pada hal-hal yang tidak menyenangkan.

Mengumpat kuat, Pedro hampir meninju pintu kamar mandi kalau saja dia tidak bisa mengendalikan diri.

Memutar tubuhnya, Pedro kembali berbalik arah. Melangkah keluar kamar dan kembali ke tempat di mana Tuan Putri Nugroho berada.

Kedua bola matanya nyaris keluar saat melihat apa yang sedang wanita itu lakukan. Mempercepat langkahnya, Pedro berhasil menarik perhatian Olivia, wanita itu langsung melempar senyum senang saat melihat sang asisten kakaknya melangkah lebar ke arahnya. Tanpa sadar bagaimana ekspresi wajah pria itu saat ini.

"Kau kembal---argh..." Jeritnya memekik. Kedua matanya sudah terpejam saat kursi yang dia naiki oleng ke samping. Tak lagi mampu menahan berat tubuhnya karena gerakan tubuhnya yang terkejut melihat keberadaan Pedro.

Pedro yakin jika saja dia terlambat sedikit saja, tidak berlari sekuat yang dia bisa untuk menahan tubuh wanita yang kini berada dalam gendongannya. Dia pasti sudah tamat saat itu juga.

Entah drama apa lagi yang akan wanita itu lakukan untuk mengusik hidupnya.

Tapi, seketika nafas lega bercampur geram keluar dari bibir Pedro. Dia mendesis saat Olivia memejamkan matanya erat atas apa yang akan menimpanya.

Ya Tuhan. Geram Pedro dalam hati.

Tak ingin berlama-lama menahan berat tubuh Olivia yang kini menatapnya tanpa berkedip, Pedro menurunkan wanita itu begitu saja. Tak peduli jika Olivia masih cukup terkejut hingga dia terduduk di atas lantai yang dingin dengan tubuh kurang nyaman. Setidaknya dia menjauhkan wanita itu dari tragedi kepala berdarah-darah atau kaki keseleo karna ulahnya sendiri.

"Isss," ringisnya saat dengan tega Pedro menurunkannya di atas lantai.

"Berhenti membuat drama! Bangun!" Tegurnya membuat Olivia mengerucutkan bibirnya. Wanita itu terlihat tidak senang dengan perilaku Pedro yang terlalu bar-bar.

"Tidak bisakah kau memperlakukanku dengan lembut?" Tanyanya bangkit. Membenarkan dressnya yang sempat tersingkap karna posisi tubuhnya tadi.

"Anda bicara seolah-olah saya yang membuat anda naik ke atas kursi itu." Sindir Pedro menarik kasar kursi yang tadi sempat Olivia naiki. Menyingkirkannya sejauh mungkin agar tidak membuat Sang Tuan Putri mengulangi hal yang sama nanti.

Ck, sial! Kenapa Pedro berpikir seolah-olah Olivia akan datang lagi ke rumahnya? Sepertinya, dia harus benar-benar menjauh dari gadis manja di sampingnya. Itu pun jika dia masih ingin berpikir waras dan tidak masuk dalam masalah lebih jauh lagi.

"Itu karena kau tidak memberiku pilihan, Pedro." Sahut Olivia sewot. Yang hanya dilirik Pedro sekenanya.

Tanpa kata dia pun meraih piring dari lemari yang tadi sempat ingin Olivia raih. Tapi terhenti saat Pedro buru-buru menarik perhatian wanita itu.

Tanpa kata dia pun mengulurkannya pada Olivia. Yang diterima dengan wajah penuh binar.

"Sebentar!" Tegurnya saat Pedro sudah akan berbalik. "Sendok dan gelas?"

Menarik nafas dalam, menghembuskannya kasar. Pedro mendelik sebelum memberikan apa yang Olivia inginkan.

"Menyusahkan." Gerutunya yang masih bisa di dengar oleh Olivia.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang