Dua Puluh SCL

471 37 10
                                    

Olivia menatap pintu kamar di depannya ragu-ragu antara ingin mengetuknya atau berbalik dan pergi.

"Apa aku langsung pergi saja?" Gumamnya dalam hati. Tapi setelah berperang cukup lama, pada akhirnya Olivia menyerah, dia memilih mengetuk pintu di depannya dan memutar gagang pintunya. Tidak di kunci. Pintu kamarnya sama sekali tidak di kunci, membuat dia langsung masuk dan saat itulah dia temukan Pedro yang duduk di atas ranjang dengan buku di tangannya juga kaca mata baca yang bertengger rapi membingkai wajahnya.

"Ped?" Panggilnya ragu, yang sayangnya sama sekali tidak membuat pria itu mengangkat wajahnya. "A-aku butuh pakaian ganti." Karna pakaiannya yang ia bawa saat itu tidak memungkinkannya untuk ia pakai lagi. Dan solusi terbaiknya adalah pulang dan mengambil pakaiannya.

Seharusnya Olivia tidak perlu gugup saat Pedro bahkan sama sekali tidak mau menatapnya, pria itu bahkan masih fokus pada buku bacaannya. "Aku akan pulang ke rumah sebentar." Gumam Olivia lagi.

Olivia menarik nafas dalam saat beberapa menit telah berlalu, namun Pedro sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Membuat Olivia pada akhirnya pun memutar tubuhnya.

"Dasar menyusahkan." Gerutuan itu, disusul dengan suara benda jatuh membuat Olivia memutar tubuhnya.

Pedro bangkit dan melangkah ke arah lemari yang berada di kamar itu, membukanya, meraih sebuah kemeja dengan sebuah celana. Tanpa di duga, pria itu berbalik dan segera melangkah ke arah Olivia yang sedari tadi hanya diam mengamati.

Olivia merasa perasaaanya berdesir, terutama saat Pedro berdiri di depannya dan mengulurkan kemeja pria itu. "Pakai ini."

Olivia menatap uluran kemeja itu, lama ia pandang sampai Pedro melemparkannya. Yang dengan segera Olivia peluk dan pegang erat-erat di atas dadanya. Kedua matanya melotot, menatap Pedro tak percaya.

"Jangan salah paham, aku tidak ingin Tuan Al akan bertanya banyak hal tentang kita. Apalagi aku sedang tidak tertarik untuk menjelaskan apa pun padanya." Ujar Pedro berbalik, kembali melangkah ke arah ranjang dan kembali sibuk dengan kegiatannya. Membuat Olivia yang melihatnya pun kian kesal.

Pedro dan mulut tajamnya benar-benar selalu berhasil membuat Olivia mersa kesal.

"Padahal kakakku tidak akan peduli dengan kita." Gerutunya kesal. Yang sayangnya sama sekali tidak dipedulikan oleh Pedro. Pria itu masih sibuk dengan kegiatannya membaca buku.

****

Olivia menatap wajah itu, wajah yang terihat begitu serius dan fokus. Kaca mata itu sesekali akan merosot, lalu jari telunjuk itu akan membenarkannya. Lalu, kedua mata tajam itu akan kembali fokus, akan kembali serius.

Olivia tidak bisa menahan senyumnya, kakinya yang tak menggunakan alas apa pun melangkah mendekat. ragu-ragu mengambil tempat duduk tepat di samping pria itu.

Ranjang itu sempat bergerak karna Olivia yang mengambil tempat duduk tepat di sisi yang kosong, samping pria itu. Membuat Pedro yang sedari tadi tampak begitu fokus pun menoleh seketika.

"Aku ngantuk, boleh aku istirahat di sini?" Dia tersenyum, balas menatap kedua mata itu. Yang sayangnya hanya sesaat menatapnya, karna kini kedua mata itu kembali fokus pada buku bacaanya.

Olivia berdecak jengkel.

Lagi, pria itu lagi-lagi mengacuhkannya.

Dengan perasaan dongkol luar biasa, Olivia segera berbaring. Memutar kepalanya dan menatap Pedro yang masih begitu fokus. Mendadak ingatannya melayang pada kejadian yang Demi Tuhan Olivia sangat malu jika mengingatnya.

Olivia berdehem, berharap bisa menarik perhatian pria itu yang sayangnya lagi-lagi harus menelan kekecewaannya.

"Aku tidak akan meminta maaf lagi untuk apa yang aku lakukan."

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang