Dua Puluh Delapan SCL

435 36 1
                                    

"Selamat Pagi." Bisikan itu di susul dengan kecupan mesra di pundaknya membuat Olivia mengeliat.

"Via?" Sesuatu yang basah, kenyal terasa menggelitik lehernya, yang seketika membuat Olivia pun menggeliat dan membuka matanya. Tangannya menahan sesuatu agar menjuah. Kedua matanya terbuka meski sedikit enggan dan saat itulah dia temukan wajah geli juga tatapan mata yang menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Selamat pagi," Sapaan itu kembali terdengar, saat itulah Olivia segera tersadar dengan apa yang terjadi. Terutama saat menemukan wajah itu terlihat segar. Olivia segera menutup tubuhnya dengan selimut. Menenggelamkannya dengan wajah panik.

Pedro tertawa renyah, dengan sengaja dia malah mendekap tubuh itu erat-erat. Memeluk perut itu di balik selimut yang membungkus tubuh itu.

"Ped!"

"Ya, Honey?"

Olivia merasa wajahnya terasa panas saat mendengar jawaban Pedro, yang mendadak kembali membuatnya mengingat kejadian semalam. Bagaimana permainan mereka juga segala yang pria itu lakukan di tubuhnya.

Ouh, perut Olivia melilit seketika.

"Menjauh dariku!"

"Kenapa? Kau tidak ingin bangun sekarang?" Olivia diam. "Ayo bangun, aku sudah membuatkanmu sarapan."

Pelukan itu semakin erat-yang mau tidak mau membuat Olivia menurunkan sedikit selimutnya. Mengintip pria yang ternyata kini tengah menatapnya.

"Jam berapa sekarang?"

"Tujuh. Kenapa?"

Menurunkan sedikit pandangannya, Olivia temukan jika suaminya kini hanya menggunakan kaos rajut dan celana training. Bukan kemeja lengkap dengan atributnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Jam yang biasanya membuat pria itu sibuk ke sana-kemari.

"Kau tidak bekerja?"

"Aku akan bekerja sebentar lagi. Jadi ayo bangun." Tubuh pria yang miring ke arahnya dengan satu tangan pria itu menyangga samping kepalanya itu mendaratkan kecupan, singkat namun bertubi-tubi di pelipisnya. Membuat Olivia pun menarik sudut bibirnya.

"Jadi kau akan bekerja?"

"Hmm?"

"Bagaimana kalau hari ini libur saja?" Tawarnya menghasut. Yang sayangnya malah membuat pria itu tergelak. Olivia yakin jika suaminya itu tidak akan setuju dengan mudah, seorang pria yang gila kerja. Yang sudah sangat mencintai, atau bahkan tergila-gila dengan semua tumpukan berkasnya. Bagaimana mungkin setuju dengan mudah untuk meninggalkan kekasih yang sangat pria itu cintai?

"Emm... Kita bisa menikmati waktu berdua. Jalan-jalan dan-" Satu kecupan mendarat di bibir Olivia.

"Tawaran yang menarik, Nona. Akh, apa sekarang aku harus memanggilmu Nyonya?"

Wajah Olivia semakin terasa panas. Menjalar sampai leher. Dia yakin jika kini wajahnya pasti sudah memerah. "Jadi?" Olivia menunduk, menusuk-nusuk dada itu dengan ujung jarinya.

"Yang sayangnya tidak membuatku memilih untuk tinggal." bisik Pedro, yang seketika membuat Olivia mendelik. Dia menatap pria yang kini kembali tergelak itu. Mendorong pundaknya menjuah saat pria itu kembali hendak mengecup pelipisnya. Yang seketika membuat Pedro tertawa renyah.

"Curang!" Dia terlihat kesal.

Pedro kembali tertawa. Tanpa rasa bersalah.

Dan Olivia semakin kesal melihat itu.

"Ayo bangun. Kita harus sarapan sekarang."

Pernah dengar jika Olivia tidak akan menyerah mendapatkan apa yang dia mau? Dan sekarang pun masih sama. Dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang